Ana səhifə

Untuk perguruan tinggi


Yüklə 1.49 Mb.
səhifə29/30
tarix26.06.2016
ölçüsü1.49 Mb.
1   ...   22   23   24   25   26   27   28   29   30


8. Menyikapi Globalisasi dengan Filter Pancasila


Di era globalisasi ini pergesekan dan saling mempengaruhi antarnilai-nilai budaya tidak bisa dihindarkan. Untuk itu, bangsa Indonesia bukan saja harus mampu bertahan, namun juga harus mampu berperan aktif. Peran bertahan ada kemungkinan akan menimbulkan isolasi, ketertutupan dan inferiority, peran aktif (usaha mempengaruhi) akan menghasilkan keterbukaan dan superiority. Setidaknya kemungkinan ketiga, yaitu akomodatif, yakni penyesuaian dan penerimaan akan hal-hal yang datang dari luar sejauh bisa ditolerir. Oleh karna itu, persiapan intern baik tentang pemahaman maupun sikap dan mentalitas bangsa harus dibenahi terlebih dahulu.

Bangsa Indonesia hendaknya mampu menyelamatkan bangsanya dari dampak negatif globalisasi. Lebih lanjut bagaimana Indonesia dengan Pancasilanya tidak saja mampu memberi perisai terhadap manusia Indonesia dalam era globalisasi, namun juga mampu berperan aktif dan mampu pula menciptakan dan mendorong bangsanya untuk berperan aktif, bukan menciptakan bangsa yang mengisolir diri dari era globalisasi.

Pergaulan global sudah tidak dapat dihindari lagi oleh seseorang ataupun suatu bangsa, kecuali ia sengaja mengurung diri dengan menjauhi interaksi dan komunikasi dengan orang lain. Ketika seseorang masih membaca koran, menonton TV, menggunakan alat komunikasi, apalagi internet, ia akan tetap terperangkap dalam proses dan model pergaulan global.

Istilah globalisasi yang sangat populer itu, dapat berarti alat dan dapat pula berarti ideologi. Alat merupakan wujud keberhasilan ilmu dan teknologi, terutama sekali di bidang komunikasi. Ketika globalisasi berarti alat, maka globalisasi sangat netral. Artinya, ia berarti dan sekaligus mengandung hal-hal positif, ketika dimanfaatkan untuk tujuan yang baik. Sebaliknya, ia dapat berakibat negatif, ketika hanyut ke dalam hal-hal negatif. Dengan demikian, globalisasi akan tergantung pada siapa yang menggunakannya dan untuk keperluan serta tujuan apa digunakan. Jadi, sebagai alat dapat bermanfaat dan dapat pula mengakibatkan bencana. Terobosan teknologi informasi dapat dijadikan alat untuk hal-hal positif, dalam waktu bersamaan dapat pula menjadi penyebab hal-hal negatif.



Ketika globalisasi sebagai ideologi, sudah mempunyai arti tersendiri dan netralitasnya sangat berkurang. Oleh karena itu, tidak aneh kalau kemudian tidak sedikit yang menolaknya. Sebab, tidak sedikit akan terjadi benturan nilai, antara nilai yang dianggap sebagai ideologi globalisasi dan nilai nilai yang dianut oleh suatu bangsa.
9. Kiat Indonesia Menghadapi Globalisasi

Pengaruh globalisasi yang semakin kuat perlu disikapi dengan mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan yang diarahkan untuk tetap berada pada koridor pencapaian tujuan nasional sebagai wujud Indonesia baru. Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Republik Indonesia mutlak harus dipertahankan dan diimplementasikan secara benar. Nilai-nilai Pancasila harus mewarnai semua aspek kehidupan bangsa, sehingga tetap pada arah yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan nasional..

Di bidang politik, Indonesia harus melakukan proses demokrasi yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Demokrasi di Indonesia hendaknya diarahkan pada pemerintahan yang dibentuk oleh rakyat, dilaksanakan oleh rakyat, dan ditujukan untuk kepentingan rakyat.

Di bidang ekonomi, bangsa Indonesia perlu melaksanakan pasal 33 UUD 1945 dengan membangun kerja sama pelaku ekonomi yang terdiri dari badan usaha koperasi, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik swasta. Daerah harus diberdayakan agar mampu menghasilkan produk-produk unggulan daerah yang dapat diangkat menjadi produk unggulan nasional. Dengan demikian daya saing bangsa yang sangat diperlukan dalam era pasar bebas dapat tercipta.

Di bidang sosal budaya , bangsa Indonesia harus mampu mempertahankan nilai-nilai dasar budaya bangsa sebagaimana termuat dalam Pancasila. Pengembangan sumber daya manusia berkualitas sangat penting untuk mengejar ketertinggalan dengan negara maju.
10. Sikap Selektif terhadap Pengaruh Globalisasi Bidang Ekonomi

a. Dampak Globalisasi Ekonomi

Tujuan utama globalisasi ekonomi adalah liberalisasi ekonomi serta perdagangan bebas. Dengan liberalisasi ekonomi, mereka dapat menguasai bahkan menjarah berbagai aset dan sumber daya dunia untuk kepentingan mereka. Alat yang dipergunakan untuk menguasai aset negara berkembang antara lain perusahaan multinasional, lembaga-lembaga keuangan internasional (IMF, Bank Dunia), serta berbagai perjanjian multilateral. Dampaknya kebanyakan negara miskin akan menjadi semakin tergantung pada negara maju. Sumber-sumber alam negara miskin semakin jatuh dan dikuasai oleh kapitalis-kapitalis dari negara kaya. Adapun bentuk-bentuk intervensi yang biasa dilakukan negara maju terhadap negara berkembang sebagai berikut: (i) peran pemerintah dalam ekonomi harus diminimalisir, karena dianggap mendistorsi pasar, (ii) privatisasi BUMN, (iii) penghapusan berbagai bentuk proteksi terhadap produksi barang, (iv) mempermudah masuknya investasi asing, dan (v) penghapusan berbagai subsidi.

Dalam rangka mengatasi krisis ekonomi dan moneter 1997/1998 Indonesia mengundang IMF sebagai konsultan dan pemberi kredit. Indonesia telah menjalankan semua program yang dibuat oleh IMF bahkan telah menyetujui paket hutang luar negeri yang jumlahnya sangat besar. Akan tetapi apa yang disarankan ternyata tidak terbukti. Bahkan sebaliknya yang terjadi justru pengangguran semakin meningkat, harga-harga naik, pajak naik, BBM naik, subsidi orang miskin dihapus, negara semakin tidak melayani rakyat karena BUMN diswastakan, sementara hutang menumpuk.

Pelajaran yang dapat diambil adalah kita harus selektif dalam menaggapi isu dunia. Sebagai bangsa kita harus berani menentukan sikap, dan menjatuhkan pilihan yang cerdas dan tepat dalam menghadapi arus globalisasi ekonomi yang begitu dahsyat. Beberapa kiat dalam menghadapi arus globalisasi ekonomi antara lain sebagai berikut.



  1. Industrialisasi harus berdasarkan ketersediaan bahan baku setempat.

  2. Pertanian dijadikan prioritas, karena bangsa ini adalah bangsa agraris yang memiliki wilayah luas dan cukup subur.

  3. Jangan mengadopsi sistem pasar bebas secara penuh, mengingat kesiapan kita masih minim.

  4. Memilih sisitem ekonomi yang mendahulukan sektor domestik.

  5. Mengembangkan ekonomi kerakyatan, mengutamakan kesejahteraan rakyat.

  6. Tidak boleh terlalu tergantung pada hutang luar negeri.

  7. Menjalin kerja sama dengan sesama negara berkembang dengan semangat saling menguntungkan.


b. Ekonomi Pancasila Sebagai Solusi


Sistem ekonomi Pancasila ditopang oleh lima pilar yang membentuk satu kesatuan sistem yang bersifat holistik. Sila Ketuhanan dan Kemanusiaan adalah dasar (landasan) sistemnya, sila Persatuan dan Kerakyatan merupakan cara (operasionalisasinya), dan sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia merupakan tujuan yang hendak dicapainya. Mengacu pada rumusan ekonomi Pancasila yang dikemukakan Prof. Mubyarto dapat dikemukakan bahwa pilar sistem ekonomi Pancasila meliputi ekonomika etik dan ekonomika humanistic (dasar), nasionalisme ekonomi dan demokrasi ekonomi (cara/metode operasionalisasi), dan ekonomi berkeadilan sosial (sebagai tujuan). Berikut lima pilar ekonomi Pancasila tersebut.

  1. Ekonomika Etik (Ketuhanan)

Pilar pertama Sistem Ekonomi Pancasila yaitu moral agama, yang mengandung prinsip roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral. Pada awalnya para pendiri negara kita merumuskan politik kemakmuran , keadilan sosial, dan pembangunan karakter bangsa yang dilandasi semangat penerapan ajaran moral dan agama. Itu artinya pembangunan ekonomi harus seiring dengan pembangunan moral atau karakter bangsa, dan ditujukan untuk menjamin keadilan antarsesama makhluk ciptaan Allah, tidak sekedar pembangunan materiil semata.

  1. Ekonomika Humanistik (Kemanusiaan)

Ekonomika humanistik berfungsi sebagai dasar ekonomi yang memperjuangkan pemerataan dan moral kemanusiaan melalui upaya-upaya pemerataan pendapatan, aset, dan kekayaan. Hal ini ditempuh melalui optimalisasi penarikan dan penyaluran zakat dan pajak, serta redistribusi pendapatan lainnya.

  1. Nasionalisme Ekonomi

Di era globalisasi ini dibutuhkan ekonomi nasional yang kuat, tangguh, dan mandiri. Pembangunan ekonomi haruslah didasarkan pada kekuatan lokal dan nasional untuk peningkatan martabat dan kemandirian bangsa. Oleh karena itu, perhatian harus dipusatkan pada pemberdayaan ekonomi rakyat sebagai tulang punggung ekonomi nasional.

  1. Demokrasi Ekonomi (Kerakyatan)

Secara garis besar sasaran pokok demokrasi ekonomi meliputi penciptaan lapangan kerja, terselenggaranya sistem jaminan sosial bagi penduduk miskin, pemerataan modal, terselenggaranya pendidikan murah (gratis), dan kesempatan mendirikan serikat-serikat ekonomi.

  1. Ekonomi Berkeadilan Sosial

Tujuan keadilan sosial mencakup keadilan antarwilayah (daerah), yang memungkinkan seluruh wilayah di Indonesia berkembang sesuai potensi masing-masing. Pengalaman pahit sentralisasi politik ekonomi Orde Baru dapat dijadikan pelajaran untuk menyusun strategi pembangunan nasional. Inilah substansi negara kesatuan yang tidak membiarkan terjadinya ketimpangan sosial ekonomi antardaerah melalui pemusatan aktivitas ekonomi oleh pemerintah pusat.


11. Sikap Selektif terhadap Pengaruh Globalisasi Bidang Politik


Isu yang menonjol dalam bidang ini adalah hak asasi manusia, demokrasi, dan keterbukaan. Akan tetapi ketiga hal tersebut sebenarnya bersifat relatif serta ukurannya tidak terlalu jelas. Yang ada selama ini adalah ukuran yang dibuat oleh negara maju khususnya Amerika serikat maupun negara-negara Eropa Barat pada umumnya. Oleh karena itu, masalah ini sering dimanipulasi dan dibelokkan menurut kemauan dan kepentingan mereka.

Hak asasi manusia sebenarnya punya sifat universal, akan tetapi pengertian, kriteria, maupun implementasinya di lapangan belum ada persamaan dan kesepakatan. Selama ini penafsirannya didominasi oleh Amerika Serikat. Pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia yang dilakukan oleh suatu negara bisa dibiarkan saja oleh Amerika Serikat karena kebetulan ia sahabat dan menguntungkan kepentingannya. Akan tetapi kalau dianggap merugikan kepentingannya, negara tersebut akan diberi sanksi yang keras. Indonesia misalnya diembargo senjata akibat kasus Timor Timur. Bahkan lewat resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1316 akan dijatuhi sanksi ekonomi apabila tidak dapat menyelesaikan kasus Atambua dengan baik.

Suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju di dunia ini terlanjur terbentuk opini, bahwa sistem pemerintahan terbaik dan diterima bangsa-bangsa di dunia ini adalah demokrasi. Akan tetapi demokrasi sendiri sebenarnya memiliki banyak ragam. Sebenarnya demokrasi memiliki nilai universal sebagaimana HAM, namun sering disesuaikan dengan nilai-nilai lokal, sehingga ada Demokrasi Pancasila, Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Liberal, Demokrasi Rakyat yang semua itu kadang-kadang menghilangkan nilai dasar demokrasi. Selama ini yang dianggap baik adalah demokrasi ala Amerika Serikat, padahal mereka sering diskriminatif dan subyektif. Irak diserang dengan dalih pemerintahannya tidak demokratis. Kuba dijatuhi sanksi ekonomi karena dituduh tidak demokratis.

Keterbukaan adalah salah satu isu internasional yang dihembuskan oleh negara maju. Akan tetapi, sampai saat ini konsep keterbukaan juga tidak jelas. Ukuran yang dipakai selama ini menurut kacamata Amerika Serikat dan para sekutunya. Mereka mengkampanyekan konsep “keterbukaan” ke seluruh penjuru dunia lewat media massa maupun saluran diplomatik. Memang harus diakui isu keterbukaan ini mendorong negara-negara yang dulu pemerintahnya otoriter menjadi semakin demokratis dan terbuka kepada rakyatnya.



12. Sikap Selektif terhadap Pengaruh Globalisasi Bidang Sosial Budaya


Gaya hidup yang materialis, hedonis, individualis dan sekuler, yang tidak sesuai dengan norma timur (norma Indonesia) sebaiknya dihindari. Salah satu ciri globalisasi adalah segala sesuatu dengan cepat bisa mendunia. Tentu saja yang baik kita ambil sedangkan yang buruk harus kita hindari. Sayangnya kebanyakan orang menganggap segala sesuatu yang datang dari negara maju dianggap moderen dan baik untuk ditiru. Apalagi begitu gencarnya negara maju mempengaruhi negara-negara berkembang, lewat media seperti televisi, dan internet. Di sinilah perlunya kecerdasan anak bangsa dalam memilih dan memilah mana yang baik dan yang sampah. Tentu saja ukurannya adalah agama masing-masing, Pancasila, budaya, norma masyarakat dan sebagainya.


13. Sikap Selektif terhadap Pengaruh globalisasi Bidang Hankam


Isu yang sedang marak yang dikampanyekan negara maju khususnya Amerika Serikat di bidang pertahanan dan keamanan dewasa ini adalah tentang terorisme. Sementara itu belum ada kesamaan persepsi mengenai definisi terorisme, antara negara yang satu dengan negara yang lain. Bahkan ketika sebuah negara menuduh kelompok tertentu sebagai teroris, kelompok itu justru menuduh balik bahwa negara yang menuduh tadi adalah teroris sejati.

Oleh karena itu, perlu dirumuskan bersama pengertian terorisme agar ada kesamaan persepsi. Adanya persamaan persepsi akan menghilangkan perasaan saling curiga, saling tuduh dan sejenisnya. Jangan sampai terjadi bila suatu negara ada gerakan yang kebetulan merugikan kepentingan Amerika Serikat, dengan mudahnya gerakan tersebut dituduh sebagai terorisme. Bila pemerintah suatu negara tidak bertindak sesuai dengan keinginannya, maka akan dengan mudah dianggap melindungi terorisme yang akibatnya bisa diberi sanksi atau bahkan dapat diserang.

Dalam hal ini kita perlu bertindak cerdas dan bijaksana. Jangan sampai hanya karena ingin menyenangkan mereka, tetapi justru kita korbankan kepentingan rakyat sendiri. Oleh karena itu, perlu kerja sama dengan sesama negara yang selama ini merasa dirugikan dengan isu tersebut, untuk berjuang bersama menyamakan persepsi tentang terorisme, serta langkah-langkah yang harus diambil.


Rangkuman


Dewasa ini telah terjadi banjir informasi dari negara maju ke negara berkembang, sehingga menuntut kesiapan kita untuk mengambil hal-hal positif dan membuang hal-hal negatif. Melalui siaran TV terbuka peluang bagi masyarakat Indonesia untuk menyaksikan, mengetahui dan menikmati apa yang disajikan bagi masyarakat dunia oleh pemasok tayangan TV terbesar yakni Amerika Serikat. Intensitas dan frekuensi tayangan asing yang tinggi memungkinkan terjadinya proses sosialisasi nilai-nilai asing yang masuk ke Indonesia. Kondisi saat ini, banyak ancaman budaya berupa kebebasan yang datang dari dunia Barat. Ketika kebebasan itu berlebihan, nilai-nilai dan norma budaya lokal serta nasional, terlebih lagi nilai agama, akan terancam olehnya. Tentu kebebasan disini bukan dalam pengertian positif, seperti kebebasan berfikir, kebebasan menyampaikan pendapat demi kontrol sosial, dan sejenisnya. Namun, kebebasan yang menjurus pada kepuasan lahiriah, egoisme, dan hedonisme. Akibat negatif dari kebebasan seperti inilah yang kemudian berupa kebebasan penyalah gunaan narkoba, kebebasan seks, kebebasan makan minum barang haram, dan sejenisnya.

Di pihak lain, globalisasi menjadi peluang bagi bangsa Indonesia untuk menyerapnya jika memberi pengaruh pada hal-hal, nilai-nilai dan praktik kehidupan yang positif. Dengan demikian, bagaimana agar nilai-nilai positif yang ada di Barat atau bahkan di belahan negara lain, dapat masuk ke Indonesia dan dapat dipraktikkan di tengah-tengah masyarakat kita. Beberapa sisi kelemahan globalisasi sebagai berikut: (i) batas-batas politik antarnegara menjadi semakin kabur, (ii) batas-batas ekonomi antarnegara menjadi tidak jelas, (iii) hubungan antarnegara menjadi semakin transparan, (iv) pasar bebas hanya menguntungkan negara maju karena telah siap berkompetisi, (v) jati diri suatu bangsa menjadi terancam. Beberapa sisi positif globalisasi sebagai berikut: (i) hubungan antarnegara menjadi sangat lancar karena kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi, (ii) pasar bebas menjadi tak terelakkan, (iii) pertukaran informasi antarnegara sangat lancar, (iv) harga barang menjadi lebih murah karena persaingan yang ketat, (v) produktivitas barang menjadi tinggi, dan (vi) efisiensi menjadi tinggi.

Di era globalisasi ini pergesekan dan saling mempengaruhi antarnilai-nilai budaya tidak bisa dihindarkan. Untuk itu, bangsa Indonesia bukan saja harus mampu bertahan, namun juga harus mampu berperan aktif. Peran “bertahan” ada kemungkinan akan menimbulkan isolasi, ketertutupan dan inferiority, peran “aktif” (usaha mempengaruhi) akan menghasilkan keterbukaan dan superiority. Setidaknya kemungkinan ketiga, yaitu akomodatif, yakni penyesuaian dan penerimaan akan hal-hal yang datang dari luar. Gaya hidup yang materialis, hedonis, individualis dan sekuler, yang tidak sesuai dengan norma timur (norma Indonesia) sebaiknya dihindari


Latihan

1   ...   22   23   24   25   26   27   28   29   30


Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©atelim.com 2016
rəhbərliyinə müraciət