Ana səhifə

Mengapa yesus menunggu


Yüklə 0.69 Mb.
səhifə10/12
tarix27.06.2016
ölçüsü0.69 Mb.
1   ...   4   5   6   7   8   9   10   11   12

Appendix A

Suatu perubahan tentang kodrat kemanusiaan yang dikenakan Kristus terdapat dalam Bible Readings pada tahun 1949.


CATATAN:--Dalam kemanusiaanNya, Kristus me-ngenakan kodrat kemanusiaan kita yang berdosa dan telah jatuh. Jika tidak demikian, maka Ia tidak “dijadikan sama seperti saudara-saudaraNya,” tidak “dalam segala hal dicobai seperti kita,” tidak menang sebagaimana kita harus menang, dan oleh karenanya, bukan seorang Juruselamat yang leng-kap dan sempurna yang diperlukan manusia dan yang harus menyelamatkan manusia. Gagasan bahwa Kristus dilahirkan dari seorang ibu yang tidak berdosa atau tak bernoda, tidak mewariskan kecenderungan berdosa, dan oleh karenanya tidak berdosa, menjauhkan Dia dari alam dunia yang telah jatuh, dan dari tempat di mana pertolongan benar-benar dibutuhkan.
Dari sisi manusiaNya, Kristus mewarisi sama se-perti apa yang diwarisi oleh setiap anak Adam,--kodrat kemanusiaan yang berdosa. Pada sisi kei-lahianNya, dari sejak dalam kandungan Ia adalah dikandung dan dilahirkan dari Roh Kudus. Dan ini semua dilakukan untuk menempatkan manusia pada landasan yang menguntungkan, dan untuk menyatakan bahwa dengan cara yang sama setiap orang yang “lahir di dalam Roh” dapat mempero-leh kemenangan yang sama atas dosa di dalam daging yang berdosa. Maka setiap orang harus menang sebagaimana Kristus telah menang. Wah. 3:21. Tanpa kelahiran ini, tidak akan ada keme-nangan atas pencobaan, tidak akan ada keselamat-an dari dosa. Yoh. 3:3-7. Bible Readings for the Home Circle, hlm. 115, 116, edisi 1914.
CATATAN: Yesus Kristus adalah Anak Allah dan Anak manusia. Sebagai anggota keluarga manusia “Ia harus dijadikan sama seperti saudara-saudaraNya”—“dalam keserupaan daging yang berdosa.” Sejauh ma-na keserupaan ini adalah sebuah misteri inkarnasi yang tidak akan pernah dapat dipecahkan oleh manu-sia. Alkitab secara jelas mengajarkan bahwa Kristus dicobai sebagaimana manusia dicobai—“dalam segala hal...seperti kita dicobai.” Pencobaan seperti itu harus-lah meliputi kemungkinan berbuat dosa, namun Kristus adalah tidak berdosa. Tidak ada dukungan Al-kitab bagi ajaran bahwa ibu Kristus, melalui kandung-an tanpa noda, diasingkan dari warisan dosa umat manusia, dan oleh karenanya Putra ilahinya tidak da-pat berdosa.
Tentang ajaran palsu ini, Dean F.W. Farrar mengatakan dengan jelas:

“Beberapa orang, dalam semangat yang bodoh dan melampaui batas, telah mengatakan bahwa Dia [Kristus] bukan saja memiliki kodrat tak berdosa yang sesungguhnya, melainkan sebuah kodrat di mana dosa secara ilahi dan ajaib tidak dimungkinkan. Lalu apa? Jikalau pertentangan besarNya adalah semata-mata suatu khayalan seperti mimpi (phantasmagoria) yang menipu, bagaimana kisah itu bermanfaat bagi kita? Jikalau kita harus bertempur dengan pakaian tempur kebebasan kehendak manusia… apakah penghiburannya bagi kita jikalau Kapten Besar kita bertempur, bukan saja dengan kemenangan, melain-kan tanpa bahaya yang sesungguhnya; bukan hanya tidak cedera, melainkan bahkan tidak mungkin dilu-kai… Biarlah kita waspada dengan perlawanan terha-dap ajaran yang dinyatakan di dalam Kitab Suci,… dengan anggapan bahwa Ia tidak dapat dikenai pen-cobaan yang sesungguhnya.”—The Life of Christ (edisi 1883), vol. 1, hlm. 57. Bible Readings for the Home Circle, hlm. 143, 144, edisi 1949.


Appendix B
Pemikiran-pemikiran tentang Surat Baker
Ada beberapa orang yang memberi penekanan penting kepada suatu bagian di dalam sebuah surat yang ditulis oleh Ellen White kepada Saudara William Baker. Sebagian besar orang mengakui bahwa ini adalah “sebuah surat yang sangat kontroversial.” Se-seorang mengatakan bahwa: “dalam surat inilah Ellen White membahas tentang kodrat kemanusiaan Kristus secara lebih spesifik, lebih langsung, lebih mendalam dibandingkan dengan pembahasan di tempat lainnya.”

Pernyataan itu sangat sarat tafsiran. Tempat di mana ia “membahas kodrat kemanusiaan Kristus secara lebih spesifik, lebih langsung” dan “lebih mendalam,” dibandingkan dengan ”pembahasan di tempat lainnya” adalah dalam Desire of Ages (Kerinduan Segala Zaman). Buku ini adalah sebuah pernyataan yang sangat Alkitabiah, akurat secara teologis, dan masuk akal secara filsafati. Dan buku itu diterbitkan untuk umum dengan tujuan untuk memberikan pandangan yang benar tentang kodrat kemanusiaan Kristus. Buku ini bukan surat menyurat pribadi untuk mengoreksi su-atu kesalahan dalam ajaran tentang Kristus. Semen-tara Surat Baker adalah surat pribadi. Marilah kita pertimbangkan, secara singkat, konteks kesejarahan dan penulisan dari Surat Baker. Pertama:



Konteks Kesejarahan
Saat ini kita tidak mengetahui apa ajaran Baker yang sesungguhnya tentang kodrat kemanusiaan Kristus. Maka, konteks kesejarahan dari apa yang diajarkan tentang kodrat Kristus di masa surat Baker itu amat sangat penting.
William Baker bekerja di Pacific Press di tahun 1882. kemudian, ia dikirim ke Australia di mana ia bekerja selama bertahun-tahun sebagai seorang penginjil; kemudian sebagai presiden beberapa konferens di Australia. Sementara menjadi penginjil, ia mengajar-kan suatu penyimpangan dari ajaran tentang ko-drat kemanusiaan Kristus. Di akhir tahun 1895 (atau awal 1896) Ellen White menulis sepucuk surat kepada Saudara Baker dan istrinya tentang berbagai hal.
Di dalam suratnya, ia memperingatkan Baker ten-tang presentasinya tentang kemanusiaan Kristus. Be-berapa kritikus dari ajaran Jones dan Waggoner telah menyalahgunakan surat Baker dengan mengatakan bahwa E.G. White menegur kedua orang itu karena ajaran mereka tentang topik tersebut. Namun, tidak ada satu buktipun yang telah diberikan untuk mendukung tuduhan tersebut.
Ellen White mengetahui masalah apa yang terlibat dalam permasalahan ini. Ia mengetahui apa yang diajarkan oleh jurukabar 1888 dan Prescott. Tidak ada seorangpun yang diketahui telah dapat me-nunjukkan satu surat dari Ellen White, kepada me-reka, yang mengoreksi pendapat mereka.
George Knight merujuk kepada penemuan surat Ba-ker sebagai “satu pemicu utama bagi pergeseran da-lam pandangan beberapa pimpinan utama denominasi di tahun 1950-an” (dari penekanan 1888 tentang ko-drat kemanusiaan Kristus kepada kristus injli yang populer)—From 1888 to Apostasy, hlm. 140.
Yang berikut ini adalah bagian dari surat Baker yang digunakan untuk menihilkan hukum pewarisan sifat ke-turunan tentang kodrat kemanusiaan Kristus.
Berhati-hatilah, sangat berhati-hatilah tentang bagai-mana anda membahas kodrat kemanusiaan Kristus. Jangan menyampaikan Dia di hadapan orang banyak sebagai seorang manusia dengan kecenderungan do-sa. Ia adalah Adam yang kedua. Adam yang pertama telah diciptakan sebagai makhluk yang suci dan tanpa dosa, tanpa setitik dosapun padanya; ia adalah citra Allah. Ia bisa jatuh, dan ia memang jatuh melalui pe-langgaran. Karena dosa, keturunannya dilahirkan de-ngan kecenderungan warisan akan ketidaktaatan. Namun Yesus Kristus adalah satu-satunya anak Allah yang kekasih. Ia mengenakan bagi DiriNya kodrat ke-manusiaan, dan dicobai dalam segala hal sebagaima-na manusia dicobai. Ia bisa saja berdosa; Ia bisa saja jatuh, namun tidak sekejap pun di dalam dirinya terda-pat kecenderungan jahat. Ia diserang dengan penco-baan di padang belantara, sebagaimana Adam dise-rang dengan pencobaan di Eden.
Saudara Baker, hindarilah setiap pertanyaan yang ber-hubungan dengan kemanusiaan Kristus yang sangat mudah disalahpahami. Kebenaran berjarak sangat de-kat dengan jejak praduga. Ketika membahas kemanu-siaan Kristus, anda harus mewaspadai dengan tegas setiap pernyataan, jikalau tidak, perkataan anda akan diartikan lebih daripada maksud yang sesungguhnya, dan oleh karenanya anda kehilangan atau mengabur-kan pandangan yang jelas tentang kemanusiaanNya yang bergabung dengan keilahianNya…
Jangan pernah, dalam keadaan apapun, meninggal-kan kesan sedikit apapun di dalam pikiran orang-orang bahwa setitik noda atau kecenderungan untuk meru-sak tabiat terdapat di dalam Kristus, atau Dia dalam cara apapun menyerah kepada perusakan tabiat. Ia dicobai dalam segala hal sebagaimana manusia dico-bai, namun Ia disebut sesuatu yang kudus. Ini adalah sebuah misteri yang tidak pernah dijelaskan kepada manusia fana, bahwa Kristus dapat dicobai dalam segala hal sebagaimana kita adanya, namun tetap tidak berbuat dosa. Inkarnasi Kristus telah, dan akan selalu menjadi sebuah misteri. Apa yang dinyatakan, adalah bagi kita dan bagi anak-anak kita, namun biar-lah setiap manusia menjadi waspada dengan dasar yang menjadikan Kristus sebagai manusia, yang sama seperti kita: karena tidaklah demikian. Saat yang pasti ketika kemanusiaan berbaur dengan keilahian, bukan-lah untuk kita ketahui. Kita harus tetap berdiri di atas batu karang, Kristus Yesus, sebagai Tuhan yang di-nyatakan dalam kemanusiaan.
Saya mengetahui bahwa ada bahaya dalam memba-has topik tentang kemanusiaan Anak dari Allah yang Mahatahu. Ia benar-benar merendahkan diriNya ketika Ia melihat bahwa Ia adalah seperti manusia, sehingga Ia dapat memahami kuasa segala pencobaan yang mengepung manusia—Letter 8, 1895.
Sekitar waktu penulisan Surat Baker, di General Kon-ferens (1895) A.T. Jones berbicara dengan sangat je-las tentang kodrat Kristus. Bahkan tidak pernah ada peringatan dari Ellen White kepada Jones yang dapat ditemukan tentang bagaimana ia membahas topik tersebut.
Jones (1895)
Maka segala kecenderungan untuk berdosa yang telah tampak, atau ada di dalam saya, berasal dari Adam; dan segala yang ada di dalam anda berasal dari Adam; dan segala yang ada di dalam orang la-in berasal dari Adam. Maka segala kecenderungan untuk berdosa yang ada di dalam umat manusia berasal dari Adam. Namun Yesus Kristus merasa-kan seluruh pencobaan ini; ia dicobai dalam hal-hal ini dalam daging yang diwarisinya dari Daud, Abraham, dan dari Adam…. Dan memang ada sesuatu yang disebut dengan hukum pewarisan sifat keturunan (hereditas).
Maka hukum pewarisan keturunan mulai dari Adam hingga ke daging Yesus Kristus, sama pasti-nya seperti yang berasal dari Adam hingga ke da-ging kita masing-masing; karena ia adalah salah satu dari kita.
Maka di dalam daging Yesus Kristus,--bukan di da-lam dirinya, namun dalam dagingnya,--daging kita yang dikenakannya dalam kodrat kemanusiaan,--ada kecenderungan yang sama untuk berdosa se-bagaimana yang ada pada anda dan saya. Dan ke-tika ia dicobai, ini adalah ‘penarikan oleh keingin-an-keinginan ini yang berada di dalam daging.’ Ke-cenderungan untuk berdosa ini yang berada di dalam daging, menarik dia, dan berusaha membu-juknya, untuk tunduk kepada yang salah. Namun dengan kasih Allah dan dengan percaya kepada Allah, ia menerima kuasa, dan kekuatan, dan kasih karunia untuk berkata, ‘Tidak,’ kepada semuanya itu, dan mengalahkannya. Dan oleh karenanya de-ngan menjadi serupa dengan daging yang berdo-sa, ia mengutuk dosa di dalam daging.
Segala kecenderungan untuk berdosa yang berada di dalam daging manusia juga ada di dalam daging kemanusiaannya, dan tidak satupun yang dibiar-kan muncul; ia mengalahkan semuanya. Dan di da-lam dia kita semua memikili kemenangan terhadap semuanya.
Banyak dari kecenderungan untuk berdosa ini yang ada di dalam kita telah nyata dalam tindakan, dan kita menjadi berbuat dosa, telah menjadi dosa yang terbuka. Ada sebuah perbedaan antara ke-cenderungan untuk berdosa, dan pernyataan yang terbuka tentang tindakan berdosa. Ada kecende-rungan-kecenderungan untuk berdosa di dalam kita yang belum nyata; namun begitu banyak ke-cenderungan telah nyata. Maka semua kecende-rungan yang belum nyata, ia telah mengalahkan-nya. Bagaimana dengan dosa-dosa yang telah nya-ta? “TUHAN telah menimpakan kepadaNya keja-hatan kita sekalian. (Yes. 53:6). “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib.” 1 Pet. 2:24. Maka jelaslah bahwa segala kecenderungan untuk berdosa yang ada di dalam kita dan yang belum nyata, dan segala dosa yang telah nyata, dipikulkan kepadaNya. Ini mengerikan; ini benar. Namun, O betapa sukacita! Dalam kebe-naran yang mengerikan ini terdapat kepenuhan keselamatan kita….
O, Ia adalah seorang Juruselamat yang sempurna. Ia adalah seorang Juruselamat dari dosa-dosa yang telah diperbuat, dan pemenang atas kecen-derungan-kecenderungan untuk berbuat dosa—A. T. Jones, "The Third Angel’s Message", No. 14, General Conference Bulletin, 1895, hlm. 266, 267.
Berbicara tentang arti penting kodrat kemanusiaan yang telah jatuh yang dikenakan oleh Kristus, Jones mengajarkan bahwa “… keselamatan dari Allah bagi manusia tergantung hanya pada satu hal saja” A. T. Jones, "The Third Angel’s Message", No. 13, General Conference Bulletin, 1895, hlm. 233.
E.J. Waggoner sebelumnya menghubungkan antara pembenaran kita dan kodrat kemanusiaan Kristus: “Allah mengirimkan PutraNya dalam keserupaan daging yang berdosa, untuk mengutuk dosa dalam daging, sehingga Ia dapat membenarkan kita.” "Bible Study in the book of Romans" #12, General Conference Bulletin, 1891.
Bertahan dalam pendapat bahwa surat Baker adalah pernyataan tafsiran yang normatif tentang kodrat Adam bagi Kristus adalah sama dengan mengatakan kebohongan atas pekabaran 1888 yang diberikan oleh Tuhan melalui Jones dan Waggoner.
Ketika Ellen White menulis kepada Baker, Prescott berkhotbah di Australia; “Kebenaran ini (tentang je-nis kodrat kemanusiaan yang dikenakan Kristus) adalah fondasi atau landasan dari segala kebenar-an.” Karena pertimbangan waktu dan tempat, saya banyak mengutip dari Prescott.
Prescott (1895, 1896)
Ia yang memiliki segala kemuliaan dengan Bapa, sekarang mengesampingkan kemuliaanNya dan menjadi daging. Ia mengesampingkan keberadaan ilahiNya, dan mengambil keberadaan manusia, dan Allah menjadi nyata di dalam daging. Kebenaran ini adalah fondasi atau landasan dari segala kebenaran.
Dan Yesus Kristus menjadi daging. Allah menjadi nyata di dalam daging, adalah salah satu dari kebenaran-kebenaran yang paling menolong, sa-lah satu dari kebenaran-kebenaran yang paling instruktif, kebenaran di atas segala kebenaran, yang umat manusia harus bersuka cita di dalam-nya.
Pada malam ini saya hendak mempelajari pertanyaan ini bagi keuntungan kita saat ini secara pribadi. Mari-lah kita memusatkan pikiran kita sepenuhnya, karena untuk dapat memahami bahwa Firman menjadi da-ging, dan berdiam di antara kita, mensyaratkan selu-ruh kuasa mental kita. Marilah kita, pertama-tama, mempertimbangkan jenis daging apa: karena ini ada-lah landasan utama dari pertanyaan bagi kita secara pribadi.
“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mere-ka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, su-paya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena ta-kutnya kepada maut. Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. Itulah sebabnya, maka da-lam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai” (Ibrani 2:14-18). Bahwa melalui kematian, menjadi tunduk kepada kematian, mengenakan bagi DiriNya da-ging yang berdosa, Ia dapat, dengan kematianNya, menghancurkan dia yang memiliki kuasa kematian …

Maka, sesungguhnya, Ia menolong benih keturun-an Abraham dengan menjadikan DiriNya sendiri benih keturunan Abraham. Allah, dengan mengi-rimkan PutraNya Sendiri dalam keserupaan daging yang berdosa, dan bagi dosa, mengutuk dosa di dalam daging; sehingga pembenaran atas hukum dapat dinyatakan di dalam kita, yang berjalan tidak menuruti daging, melainkan menuruti Roh.
Jadi anda dapat melihat apa yang dikatakan Kitab Suci dengan sangat jelas bahwa Yesus Kristus me-miliki daging yang persis sama dengan apa yang kita miliki—daging yang berdosa, daging yang di dalamnya kita berdosa, namun daging yang di da-lamnya Ia tidak berbuat dosa, namun Ia menang-gung dosa-dosa kita di dalam daging yang berdo-sa itu. Jangan mengesampingkan perihal ini. Bagai-manapun anda memahaminya di masa lalu, bagaima-napun anda memahaminya sekarang seperti perkata-annya: dan semakin anda memahaminya dengan cara demikian, semakin banyak alasan bagi anda untuk berterima kasih kepada Tuhan karenanya…
Yesus Kristus datang, dari daging, dan di dalam daging, lahir dari seorang perempuan, yang terla-hir tunduk kepada hukum; lahir dari Roh, namun di dalam daging. Dan daging apakah yang dapat dikenakanNya selain daging pada masa itu? Bukan itu saja, melainkan itulah daging yang dirancang untuk dikenakanNya; karena, masalahnya adalah menolong manusia keluar dari kesulitan yang ke dalamnya ia telah jatuh, dan manusia adalah agen moral yang berkehendak bebas. Pekerjaan Kristus haruslah, bukan untuk menghancurkan dia, bukan untuk menciptakan suatu ras yang baru, melain-kan untuk menciptakan manusia kembali, untuk mengembalikan di dalam dia citra Allah. “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia” ( Ibrani 2:9).
Allah menjadikan manusia sedikit lebih rendah daripada malaikat, namun manusia jatuh jauh lebih rendah lagi karena dosanya. Sekarang ia sangat jauh terpisah dari Allah; namun ia harus dibawa kembali. Yesus Kristus datang untuk pekerjaan itu; dan untuk melaksanakannya, Ia datang, bukan di tempat di mana manusia sebelum ia jatuh, melain-kan di mana manusia setelah ia jatuh. Inilah pela-jaran dari tangga Yakub. Kaki tangga itu berpijak di bumi di mana Yakub berada, namun ujungnya mencapai surga.
Ketika Kristus datang untuk menolong manusia keluar dari jurang, Ia tidak datang di ujung jurang dan melihat ke bawah, dan berkata, Naiklah ke mari, dan Aku akan menolongmu kembali. Jikalau manusia dapat menolong dirinya sendiri naik ke titik awal di mana ia telah jatuh, ia dapat menolong dirinya untuk seterusnya; namun karena manusia benar-benar telah rusak, lemah dan cedera dan hancur berkeping-keping, dan sesungguhnya, sa-ma sekali tidak berdaya, maka Yesus Kristus turun ke mana ia berada, dan menemuinya di sana. Ia mengenakan dagingnya dan menjadi saudara bagi-nya. Yesus Kristus adalah saudara bagi kita di dalam daging: ia dilahirkan ke dalam keluarga kita.

Ia datang untuk menebus keluarga, mengutuk do-sa di dalam daging, mempersatukan keilahian de-ngan daging yang berdosa. Yesus Kristus mem-buat hubungan antara Tuhan dan manusia, sehing-ga roh ilahi dapat berdiam di dalam manusia—Khotbah W. W. Prescott: "The Word Became Flesh." Disampaikan di pertemuan perkemahan di Australia di akhir tahun 1895, dan diterbitkan di dalam Bible Echo, 6 Jan., 1896, hlm. 4, 5; dan 13 Jan., 1896, hlm. 12, 13.
Wilcox (1900)
Empat atau lima tahun setelah surat Baker dituliskan, dalam sebuah majalah penginjilan yang diterbitkan un-tuk umum, kita menemukan penggunaan kata pro-pensity (kecenderungan) dalam hubungannya de-ngan Yesus dalam sebuah editorial:
Tubuh itu adalah tubuhNya dari daging yang ber-dosa, yang diambil dari kandungan ibuNya yang perawan, dan bersamanya memiliki segala kecen-derungan (propensities) untuk berdosa sebagai-mana yang dimiliki oleh daging anak-anak Adam. Ia bukan saja dijadikan “di dalam keserupaan da-ging yang dikuasai oleh dosa,” Roma 8:3, melain-kan Ia mengenakan daging yang berdosa—W. C. Wilcox, editorial, The Signs of the Times, 3 January 1900, hlm. 1, kolom 2.

Harus dinyatakan dengan penekanan di sini bahwa tidak pernah ditemukan suatu peringatan atau na-sehat dari Ellen White kepada Saudara Wilcox atas penggunaan istilah “kecenderungan berdosa” di dalam editorialnya!


Konteks kesejarahan dari apa yang diajarkan oleh be-berapa pimpinan pekabaran Advent sehubungan de-ngan jenis kodrat kemanusiaan yang dikenakan Kris-tus adalah jelas terbukti sehingga apa yang diajarkan oleh Baker saat itu adalah sesuatu yang lain dari apa yang mereka ajarkan.
Konteks Penulisan
Paragraf yang dikutip di atas dalam konteks keseja-rahan perlu diulang kembali di sini sehingga kita men-dapatkan kejelasan lagi tentang konteks penulisan-nya:

Berhati-hatilah, sangat berhati-hatilah tentang bagai-mana anda membahas kodrat kemanusiaan Kristus. Jangan menyampaikan Dia di hadapan orang banyak sebagai seorang manusia dengan kecenderungan do-sa. Ia adalah Adam yang kedua. Adam yang per-tama telah diciptakan sebagai makhluk yang suci dan tanpa dosa, tanpa setitik dosapun padanya; ia adalah citra Allah. Ia bisa jatuh, dan ia memang jatuh melalui pelanggaran. Karena dosa, keturunannya dilahirkan dengan kecenderungan warisan akan ketidaktaatan. Namun Yesus Kristus adalah satu-satunya anak Allah yang kekasih. Ia mengenakan bagi DiriNya kodrat ke-manusiaan, dan dicobai dalam segala hal sebagaima-na manusia dicobai. Ia bisa saja berdosa; Ia bisa saja jatuh, namun tidak sekejappun di dalam dirinya ter-dapat kecenderungan jahat. Ia diserang dengan pen-cobaan di padang belantara, sebagaimana Adam dise-rang dengan pencobaan di Eden.


Struktur penulisan bagian ini membandingkan dua Adam. Kalimat “Namun Yesus Kristus adalah satu-satunya anak Allah yang kekasih” tidak mengacu ke-pada kalimat sebelumnya “Karena dosa, keturunan-nya dilahirkan dengan kecenderungan warisan akan ketidaktaatan.”
Kata hubung “namun” mengacu kembali kepada “Adam yang pertama” sebagai acuannya, dan bukan kepada frasa “kecenderungan warisan” dalam kalimat sebelumnya. Acuan “Adam yang pertama” digambar-kan sebagai seorang makhluk ciptaan. Maka dalam keadaannya yang tidak berdosa, pencobaannya, keja-tuhan dan akibat dari dosanya dinyatakan. Setengah terakhir dari paragraf ini menyatakan Kristus sebagai kebalikan dari Adam yang pertama. Tiga paragraf se-lanjutnya adalah peringatan kepada Baker untuk ber-hati-hati tentang ajaran-ajarannya mengenai kemanu-siaan Kristus dan keilahianNya. Paragraf keempat kembali membandingkan kedua Adam.

Perbandingan antara Kedua Adam:
ADAM

diciptakan sebagai makhluk yang tidak berdosa,

murni pada awalnya… tanpa secuil dosapun padanya

diserang oleh pencobaan-pencobaan

ia bisa jatuh

ia benar-benar jatuh melalui pelanggaran





YESUS

Mengambil bagi diriNya kodrat kemanusiaan

[tanpa] secuil …kerusakan terdapat pada DiriNya

Diserang oleh pencobaan-pencobaan

Dicobai dalam segala hal sebagaimana manusia dicobai

Ia bisa saja jatuh

Ia berpegang teguh pada Allah dan FirmanNya
Kalimat lain yang perlu dipelajari secara kontekstual adalah “Ia bisa saja berbuat dosa, Ia bisa saja jatuh, namun tidak sekejappun di dalam DiriNya kecen-derungan untuk berbuat jahat.”
“… tidak sekejappun…”
Kristus bisa saja jatuh namun tidak sekejappun di da-lam DiriNya kecenderungan untuk berbuat jahat” bu-kanlah suatu pernyataan yang mengecualikan Dia dari aturan hukum pewarisan sifat keturunan. Frasa “tidak sekejappun” berhubungan dengan panjang waktu. Selanjutnya, ini bukan suatu penolakan bahwa Kristus mewarisi kecenderungan untuk berdosa. Pernyataan itu haruslah dibandingkan dengan pernyataan berikut yang terdapat pada bagian selanjutnya dari surat tersebut:

“…ImanNya di dalam kebaikan, rahmat dan kasih BapaNya tidak meragukan sekejappun.”

“…tidak sekejappun di dalam DiriNya kecenderung-an untuk berbuat jahat” sama artinya dengan me-ngatakan bahwa “imanNya … tidak meragukan sekejappun.”
Jikalau iman Kristus pernah meragukan ‘sekejap-pun” maka akan ada “di dalam Dia kecenderungan untuk berbuat jahat” yang dapat menyebabkan kutukan dan kehancuranNya yang kekal.
Kita tidak pernah berhenti terheran-heran bahwa ka-langan terpelajar di dalam masyarakat Advent sejak tahun 1950-an, dapat menerima kalimat atau paragraf yang terpisah sebelumnya di dalam sebuah surat yang tidak diterbitkan secara umum, yang membahas pe-nyimpangan yang tidak jelas atau asing dari suatu ajaran oleh seorang penginjil konferens lokal tentang keilahian dan kemanusiaan Kristus, dan menggunakan kalimat ini sebagai batu penjuru utama, yang di atas-nya dibangun sebuah struktur ajaran yang identik dengan ajaran penginjilan tentang perawan dikandung tanpa dosa (satu generasi berasal dari ajaran Kepaus-an yang sama) yang menghasilkan seorang Kristus dengan tanpa kemampuan untuk menemui dosa di sarang setan—yaitu kodrat kemanusiaan kita yang berdosa.
Catatan Kaki


  1. Lihat Woodrow Whidden, "What Have We Thought and How Then should We Think About Christ’s ‘Sinful, Fallen Nature’?" hlm. 14-15. Whidden mengakui bahwa ia berhutang kepada Jean Zurcher atas tiga kategori tersebut. (Makalah ini adalah versi yang dipadatkan dari presentasi pada Sanctuary Bible Conference yang diadakan di Berrien Springs, MI, 11 i, 1997).

2. Pada tahun 1957, Questions on Doctrine (ditulis oleh orang-orang pilihan dalam General Conferens) hlm. 59-60 dikatakan bahwa kodrat kemanusiaan Kristus yang berdosa dan telah jatuh dikenakan seolah-olah dialamiNya sendiri (vicariously). Lagi-lagi kita mengomentari, Kristus mengenakan semua ini (kelemahan, kekurangan dan cacat turunan) seolah-olah dialamiNya sendiri se-bagaimana Ia menanggung seluruh pelanggaran kita seolah-olah dialamiNya sendiri. Dalam artian inilah kita semua harus mema-hami tulisan Ellen G. White ketika ia kadang-kadang menyebut kodrat kemanusiaan yang telah berdosa, jatuh dan memburuk.”



Bahwa Kristus mengenakan kodrat kemanusiaan yang telah jatuh seolah-olah dialamiNya sendiri haruslah menjadi argumentasi yang paling tidak dapat dipertahankan dari segala argumen yang dirancang, khususnya untuk menjelaskan kontradiksi yang nyata seperti kasus Questions on Doctrine. Dengan kewenangan apakah mereka membuat pernyataan seperti itu? Tidak ada satupun per-nyataan dari tulisan ilham. Pernyataan ilham adalah sebaliknya.


  1. Geoffrey Paxton, The Shaking of Adventism, hlm. 153.

  2. Ibid.

  3. Robert Lee Hancock, "The Humanity of Christ: A Brief Study of Seventh-day Adventist Teachings on the Nature of Christ," hlm. 26,27. Ini adalah sebuah makalah yang disampaikannya di fakultas Bidang Sejarah Gereja di Universitas Andrews, Juli 1962.

  4. R.W. Schwarz, Light Bearers to the Remnant, hlm. 447.

  5. Ibid., hlm. 447.

  6. S.N. Haskell Letter to Ellen White, Battle Creek, MI, 25 September 1900 (DF 190, White Estate).

  7. S.N. Haskell, "Christ in Holy Flesh, or A Holy Christ in Sinful Flesh," RH 2 October 1900.

  8. Ibid.

  9. Ibid.

  10. R.S. Donnell, ditulis ketika menjadi presiden Konferens Indiana. Di tahun 1907 tulisan ini diterbitkan dalam sebuah traktat berjudul "What I Taught in Indiana." (DF 190, White Estate).

  11. R.S. Donnell, "The Nature of Christ and Man," sebuah esai ditulis dari Memphis, TN, dan dikirimkan kepada koleganya S.S. Davis (DF 190, White Estate).

  12. S.S. Davis, Letter to I. J. Hankins, Elnora, Indiana, 15 Maret 1903.

  13. S.G. Huntington, "The Son of Man", hlm. 13. sebuah traktat yang diterbitkan oleh the Mission Press, La Fayette, Indiana sekitar tahun 1900.

  14. G.A. Roberts, "The Holy Flesh Fanaticism," 11 Juni 1923, (DF 190, White Estate).

  15. Letter 132, 1900 kepada Elder and Mrs. Haskell. (Direkam dalam See Selected Messages, Buku Dua, hlm. 36, 37.)

  16. E.J. Waggoner, GCB 1901, hlm. 403-405.

  17. Ellen G. White, GCB 17 April 1901, hlm. 419-420.

  18. Ellen G. White, RH 17 Juli 1900.

  19. Ellen G. White, YI 20 Des. 1900 (4BC 1147).

  20. Ellen G. White, MS 141,1901 (7BC 926).

  21. Dari Letter K. 303, 4 September 1903, (DF 63, White Estate). Tulisan tangan pada bagian samping, setelah surat diketik, berbunyi: “untuk menghadapi dan tunduk” dan “mengusahakan dalam segala cara untuk menghancurkan imannya."

  22. E.J. Waggoner, GCB 1901, hlm. 403-405.

  23. S.G. Huntington, "The Son of Man", hlm 3, (Sebuah traktat yang diterbitkan oleh the Mission Press, La Fayette, Indiana, 1900).

  24. Ibid.

  25. Pius IX, Ineffabilis Deus, 8 December 1854. (Edisi yang telah diedit ditemukan dalam Catechism of the Catholic Church yang baru, paragraph 491).

  26. Ibid.)

  27. Ibid.

  28. Catechism of the Catholic Church, Liguori, MO: Liguori Publications, 1994: 966 (Ini adalah nomor paragraf dalam buku. Penomoran paragraf dari Katekismus ini akan digunakan dalam tulisan ini karena ada perbedaan halaman antara edisi sampul tebal dan sampul tipis).

  29. Pius IX, Ineffabilis Deus.

  30. Catechism of the Catholic Church: 492.

  31. Pius IX, Ineffabilis Deus.

  32. Catholic Belief, hlm. 214 [American ed.: 5 Juni 1884].

  33. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, tr. Patrick Lynch, Rockford, IL: TAN Books & Publishers, 1974 (naskah asli. 1952 dalam bhs. Jerman), hlm. 200.

  34. Ibid.: 216, 217.

  35. James Cardinal Gibbons, The Faith of Our Fathers, NY: P. J. Kennedy & Sons, rev. ed., 1917, hlm.198,199.

  36. Fulton Sheen, The World’s First Love, hlm. 15, 16, 48.

  37. Daniel 7:25.

  38. Pope Boniface VIII, dlm. Papal Bull, Unam Sanctam,1302 AD

  39. Thomas F. Torrance, The Meditation of Christ, Helmers and Howard Publishers, 1992, hlm. 39, 40.

  40. A. T. Jones, "The Third Angel’s Message", No. 14, General Conference Bulletin, 1895, hlm. 266, 267.

  41. A. T. Jones, "The Third Angel’s Message", No. 13, General Conference Bulletin, 1895, hlm. 233.

  42. "Bible Study in the book of Romans" #12, General Conference Bulletin, 1891.

  43. "Ancient Homily for Holy Saturday" cited in Catechism of the Catholic Church: 635.

  44. Catechism of the Catholic Church: 631.

  45. Catechism of the Catholic Church: 632.

  46. Catechism of the Catholic Church: 633.

  47. Ibrani 2:14; Roma 8:3; Ibrani 2:17; Matius 8:17; Ibrani 4:15.

  48. Wahyu 3:21.

  49. Woodrow W. Whidden III, Ellen White on the Humanity of Christ, hlm. 13.

  50. Ibid. hlm. 49.

53. Testimonies to Ministers, hlm. 91, 92.

PEKABARAN 1888

DAN

KEDATANGAN KRISTUS

YANG TERTUNDA

The 1888 Message and the Delay

in Christ’s Coming

David L. Wilson


PEKABARAN 1888 DAN KEDATANGAN KRISTUS YANG TERTUNDA

Yesus akan datang kembali. Pertanyaan yang diaju-kan Yesus bukanlah apakah Ia akan datang kembali, melainkan, apakah Ia akan menemukan iman di atas bumi ketika Ia datang kembali? Pertanyaan yang belakangan ini sangat nyata dan sah. Akhirnya, Yesus akan datang, baik dengan atau tanpa mene-mukan iman di bumi. Namun, saya percaya bahwa anda semua ingin bergabung dengan saya, untuk me-mutuskan bahwa, dengan kasih karunia Allah, kita tidak akan mengecewakan Yesus dengan gagal bertemu Dia dalam iman, ketika Ia datang. Saya percaya bahwa Yesus, melalui kuasa kasih karunia-Nya semata, benar-benar akan menemukan iman di atas bumi pada saat kedatanganNya. Inilah kerindu-an Tuhan. Untuk mencapai inilah Yesus mati. Inilah tujuan dari pekerjaan penutupanNya di dalam Bait Suci di surga. Semoga Tuhan tidak mengizinkan Ia akan menjadi kecewa.


Alkitab secara jelas membukakan rencana agar iman dapat ditemukan di bumi ketika Yesus datang, seba-gai sebuah pengalaman lembaga dari gereja akhir za-man. ”Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.” Melalui saksi hidup inilah, Injil harus diberitakan ke seluruh penjuru dunia. Yesus dengan gamblang membukakan kepada ecclesia, yaitu mere-ka yang dipanggil keluar, bahwa kesaksian Injil ada-lah syarat bagi kedatangan Yesus. “Dan Injil Kera-jaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi ke-saksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya" (Matius 24:14).
Di sini terletak rahasia penundaan kedatangan Kris-tus. Jika kita mengatakan bahwa penundaan ini se-mata-mata kepada kasih Tuhan yang panjang sabar, yang merindukan agar semua orang datang dan ber-tobat, ini adalah sama dengan tidak mengerti mak-sud penundaan itu. Tuhan terpaksa harus mende-rita selama ini dengan kemerosotan ciptaanNya yang berlarut-larut di dalam dosa, karena umatNya menolak untuk mengizinkan firmanNya menyelesai-kan di dalam mereka sebuah transformasi atau pe-ngubahan, yang akan menjadikan mereka saksi yang efektif kepada dunia tentang kasih Kristus yang ajaib dan kuasaNya untuk menyelamatkan dari dosa.
Panggilan untuk bertobat dapat dan berlaku bagi se-tiap orang dengan begitu jelas, yang memberi kesem-patan yang terbaik bagi setiap orang untuk memberi tanggapan kepada Injil dalam “pertobatan kepada Tu-han dan iman kepada Tuhan kita Yesus Kristus,” jikalau kita hendak mengizinkan Dia untuk mengerja-kan di dalam kita apa yang menyenangkan dalam pandanganNya. Dalam konteks ini, gereja jelas me-miliki peranan dalam mempersiapkan jalan bagi keda-tangan Tuhan kita. Roh Kudus memberi kuasa kepa-da pemberitaan Injil sepenuhnya dalam pekerjaan hujan akhir yang mempersiapkan tuaian untuk dipa-nen. Inilah pekerjaan yang telah didelegasikan oleh Tuhan dalam hikmatNya kepada gereja.
Maka jelaslah bahwa karena gereja terdiri atas orang-orang, yang telah diberi kuasa oleh Tuhan untuk ber-pikir dan memilih, maka pekerjaan ini akan diselesai-kan dengan syarat adanya kerjasama antara umat Tuhan dengan pekerjaan yang ingin diberikan oleh Kristus di dalam jabatanNya sebagai Imam Besar kita; bahwa melalui kerjasama dengan Dia, dengan mene-rima dan mengabarkan pekabaran malaikat ketiga dalam kuasa Roh Kudus, Tuhan telah memberikan tugas itu dengan kuasa kepada umatNya untuk me-nyampaikan ke hadapan dunia tentang pekerjaan Roh Kudus, dan oleh karenanya menyegerakan kedatang-an Tuhan kita. Sebaliknya, kegagalan untuk bekerja sama dengan dorongan Roh Kudus pada anggota gereja akan menunda kedatangan Tuhan kita. Ini adalah ajaran yang jelas dan tegas dari Ellen White dan Alkitab.
Adalah kerinduan saya untuk menjadi paling rendah hati dalam hal ini. Bukan berarti bahwa saya kemu-dian dapat mengutuk saudara-saudara saya, karena saya adalah sama berdosanya seperti mereka. Tidak diragukan lagi, saya telah berperan dalam menunda kedatangan Tuhan kita. Dengan gagal menghidupkan semua terang yang telah saya miliki, saya percaya bahwa saya telah memberikan kepada Setan alasan untuk menang. Dengan tidak mengambil manfaat pe-nuh dari kesempatan yang telah diberikan Tuhan kita untuk bertumbuh di dalam iman, saya yakin saya telah berperan dalam menunda Kedatangan Kedua Yesus Kristus.
Seringkali saya hidup dalam pembangkangan terha-dap kehendak Yesus di dalam kehidupan saya. Pada saat-saat itu, yang saya akui begitu sering terjadi, saya telah berdosa, dan telah salah menyatakan tabi-at Tuhan kita yang kekasih, dan karenanya saya juga gagal untuk bekerja sama dengan pekerjaan Yesus untuk menyampaikan Kabar Baik kepada dunia. Da-lam hal ini, sayalah yang telah menghalangi keda-tangan Tuhan kita. Ketika saya memilih untuk tidak percaya, apapun alasannya, kepada pekabaran kebe-naran yang dikirimkan Tuhan kepada saya, yang di-maksudkan Tuhan untuk menguduskan saya, saya telah menunda kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Inilah pengakuan saya. Saya mengaku bahwa saya terlalu berdosa karena berperan dalam penundaan kembalinya Tuhan kita.
Kendati demikian, sama pastinya dengan kebenaran di atas, demikian juga adalah benar bahwa kapanpun masing-masing dari kita, atau gereja pada umum-nya tinggal dalam suasana ketidakpercayaan, dan gagal untuk menggunakan terang dan kebenaran yang telah dikirimkan Tuhan untuk menguduskan gerejaNya, maka masing-masing dari kita, dan se-sungguhnya gereja secara lembaga juga bersalah atas penundaan kedatangan Tuhan kita.
Saya dengan terbuka mengakui bahwa saya yakin Tuhan mengirimkan pekabaran terang dan kebenaran kepada umatNya melalui Saudara Waggoner dan Jones. Yesus mengirimkan harta kebenaran teo-logis yang amat berharga ini kepada gerejaNya pada saat itu, untuk tujuan nyata mempersiapkan mereka untuk bertemu dengan Dia dalam keda-maian pada kedatanganNya. Saya telah mempela-jari dengan seksama catatan ilham dari sejarah akhir-akhir ini, yang dengan sukacita diberikan oleh Tuhan kepada gerejaNya yang sisa. Amat sangat jelas bagi saya dari kesaksian Roh Nubuat, bahwa jikalau pekabaran yang benar tentang pembenaran oleh iman yang dikirimkan oleh Tuhan kepada kita di era 1888, telah sepenuhnya dan secara umum diterima oleh gereja MAHK, Tuhan tentu telah bekerja de-ngan kuasa yang maha besar di dalam gerejaNya dan dunia tentu sudah diperingatkan akan baha-yanya, tabiat Kristus tentu telah dinyatakan sepe-nuhnya di dalam umatNya dan Yesus tentu sudah datang untuk menerima umatNya pulang kepada kemuliaan.
Kenyataan bahwa kita masih harus tinggal ber-tahun-tahun di planet bumi lebih lama daripada yang dikehendaki oleh Tuhan adalah kesaksian melawan kita. Saya bukanlah standar kebenaran 1888. Ilham tidak pernah menyatakan demikian. Na-mun, Ilham dengan jelas telah menunjuk bagi kita kepada Jones dan Waggoner sebagai jurukabar-jurukabar wakil dari “pekabaran malaikat ketiga yang sesungguhnya.” Saya telah mempelajari peka-baran Jones dan Waggoner dan saya meyakini bah-wa konsep pembenaran oleh iman, yang mereka sampaikan, tidak sepenuhnya sejalan dengan ga-gasan tentang Injil yang diterima secara umum, yang telah saya dengar sejak saya bertumbuh di dalam ge-reja dan terus saya dengar di dalam Gereja MAHK. Sebagai hasil dari belajar dengan penuh doa, saya dengan rendah hati mengakui bahwa sangat jelas bahwa kita, sebagai sebuah gereja, telah gagal un-tuk menggunakan “pekabaran yang teramat ber-harga ini,” baik sebagai teologis dan sebagai aki-batnya, sebagai pengalaman, inilah salah satu ca-ra yang paling jelas di mana kita dengan berdosa telah menunda kedatangan Tuhan kita.
Apakah ini tanggung jawab yang terlalu besar? Apa-kah ini pandangan antroposentris tentang segala se-suatu sebagaimana yang dikatakan beberapa orang? Apakah ajaran ini memberi penekanan terlalu banyak tentang pentingnya manusia, sehingga ia harus mam-pu mengubah jalannya sejarah? Biarlah saya meng-ingatkan anda bahwa Calvinisme-lah, dan bukan Arminianisme, yang memperlakukan kehendak dan nubuat Tuhan sebagai suatu ketetapan mutlak. Ada-lah suatu penyimpangan dari kedudukan Advent mula-mula jika kita menolak baik kenyataan tentang nubuatan bersyarat, maupun kemampuan manusia untuk menolak kasih karunia Tuhan. Kasih karunia seperti ini tidak diragukan lagi mampu berbuat ba-nyak di dalam manusia, namun selalu menjadi keha-rusan pada orang Advent untuk mengakui kemam-puan kehendak manusia melalui ketidakpercayaan dan pemberontakan untuk menghalangi terjadinya perubahan dan pekerjaan yang hendak dilakukan Roh Kudus melalui pelayanan kasih karunia itu.
Kemampuan makhluk-makhluk cerdas ini dalam me-milih untuk bertindak melawan Tuhan, menjelaskan tentang Pertentangan Besar, kejatuhan Israel, ke-mungkinan manusia mengecewakan “kasih karunia Tuhan.” “Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Se-bab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus” (Galatia 2:21). Ken-dati kedengaran begitu saleh kalau kita menolak ajar-an tentang penundaan kedatangan Kristus, berdasar-kan gagasan yang menempatkan manusia begitu penting, kita juga dapat menolak arti pentingnya pekabaran Injil atas dasar yang sama.
Apakah kita benar-benar merasakan bahwa sangat penting untuk mengabarkan tentang Injil kepada se-mua orang? Betapa kita bisa bangga memikirkan bah-wa manusia dapat selamat atau hilang atas dasar apakah kita setia berbagi tentang Yesus dengan me-reka atau tidak? Betapa egoisnya kita mengira bahwa tindakan kita akan berakibat pada nasib kekal seseo-rang! Saya berbicara sedikit berkelakar. Tentu saja mereka bisa dan ini adalah kesaksian dari kasih Tu-han kita yang indah dan kasih karunia Tuhan, se-hingga Ia bukan saja memanggil manusia untuk melaksanakan tanggung jawab misi tersebut, me-lainkan juga melalui kuasaNya memungkinkan ma-nusia menjadi sesuai untuk pekerjaan tersebut. Sesungguhnya, itu adalah kerjasama yang sama un-tuk menyampaikan Injil di dalam kuasa istimewa dari hujan akhir dan seruan nyaring, yaitu untuk membawa dunia kepada keputusan akhir dan membuka kepada penutupan pintu kasihan. Bahwa kita secara pribadi dapat mempengaruhi nasib kekal jiwa-jiwa adalah bukti nyata bahwa kegagalan umum dalam umat Tuhan untuk secara lembaga menggunakan berkat-berkat dari hujan akhir dapat dan benar-benar mem-beri akibat pada keputusan akhir manusia, di pihak Kristus atau melawan Kristus.
Apakah mungkin bahwa alasan yang sesungguhnya mengapa kebenaran ini ditolak terletak pada keingin-an manusia untuk mencari-cari alasan untuk melawan Roh Kudus? Menolak akibat dari tindakan kita sen-diri yang telah menghalangi penyelesaian hal-hal tersebut yang dikehendaki Tuhan agar terjadi di masa hidup kita adalah sama artinya dengan me-nolak tanggung jawab kita sebagai manusia. Peris-tiwa penyaliban menyatakan bahwa semua orang harus bertanggung jawab atas kematian Anak Allah di Kalvari. Pengumuman tentang kenyataan ini kepada orang Yahudi dan pimpinan mereka adalah yang menjadikan pekabaran setelah Pentakosta dipandang sebagai serangan.
Peristiwa penyaliban adalah berlaku bagi MAHK sekarang ini, namun peristiwa sejarahnya di mana kita menyatakan roh yang sama sebagaimana orang Yahudi adalah berbeda. Akan tetapi, ini tampak nyata dalam sejarah 1888. Sebagai akibatnya, saya akan memprotes bahwa penyampaian tanggung ja-wab kita dalam menunda kedatangan Tuhan melalui ketidakpercayaan kita yang berdosa, yang dianggap akan merendahkan hati kita, karena dosa-dosa besar kita, khususnya ketika kita menyadari masing-masing saat-saat ketika kita telah menghirup roh penolakan terhadap terang dari para pendahulu kita, berdiri dalam ketidakpercayaan kepada pekabaran kebe-naran dari Tuhan dan gagal untuk menghidupkan terang dengan tetap tinggal di dalam Kristus melalui iman.
Kita tidak ditentukan sebelumnya untuk menjadi se-lamat atau sesat. Kebenaran dari sejarah kita mem-buktikan bahwa ajaran tentang keselamatan Armini-anisme, yang meletakkan tanggung jawab di pundak manusia (karena ia memiliki kesempatan, melalui kasih karunia untuk memilih untuk bekerja sama dengan kehendak Tuhan atau tidak) tidak masuk akal. Menolak akan kuasa memilih secara lembaga un-tuk bekerja sama atau memberontak melawan ren-cana Tuhan bagi kita, adalah sama artinya dengan menolak dasar-dasar ajaran kita yang diwariskan dari Wesley. Jikalau kita tergoda untuk menjadi bangga, karena kita telah menggunakan kebebasan kita secara sangat buruk, itu pasti karena kita tidak mengerti betapa besarnya dosa kita. Adalah meng-gelikan jika kita berbangga akan sesuatu yang begitu memalukan.
Menyimpang dari kesadaran secara lembaga akan tempat kita yang jelas di dalam sejarah nubuatan adalah sama dengan menolak kedatangan Kristus. Pekabaran Laodikea menggambarkan keadaan ki-ta, bukan saja sebagai pribadi-pribadi sebagaima-na banyak orang ingin menyatakannya demikian sekarang ini, melainkan khususnya dan terutama sebagai suatu umat.
Menarik namun mengejutkan ketika kita mengetahui bahwa di dalam masa 33 tahun yang pendek dalam hidup saya, orang-orang MAHK telah begitu menja-uh dari keyakinan yang pernah mereka pegang. Di tahun 1973 dan 1974, tidak diragukan bahwa suatu kesadaran yang baru dimasukkan dari penekanan terhadap hal-hal ini oleh Elder Robert H. Pierson, Presiden General Konferens. Pertemuan Tahunan memutuskan dua seruan pertobatan yang kuat, keba-ngunan rohani dan reformasi, di dalam gereja MAHK. Kedua dokumen yang dipilih oleh Pertemuan Tahun-an berikutnya di tahun-tahun tersebut dengan jelas mengumumkan, tanpa ragu lagi menyebabkan kese-dihan beberapa orang yang telah meninggalkan na-sehat Ellen White yang begitu jelas, bahwa kita, pimpinan Gereja MAHK, mengakui bahwa peka-baran kepada gereja Laodikea secara jelas dituju-kan kepada Gereja MAHK, dan khususnya kepada para pimpinannya.
Dalam seruan-seruan tersebut, juga diumumkan se-cara jelas bahwa perlawanan kita telah menyebab-kan penundaan akan kedatangan Tuhan kita. Akan tetapi, sekarang ini, pernyataan akan kebenaran-kebenaran ini semakin lama semakin berkurang. Kendati demikian, Tuhan masih memiliki saksi-sak-si yang setia, yang membawa kesaksian langsung dari kebenaran ini. Beberapa orang saya ingat adalah Elder Kenneth H. Wood, Herbert Douglass, Robert J. Wieland, G. Edward Reid, Lewis Walton dan Dennis Priebe.
Saya ingat sebuah papan iklan yang pernah saya lihat tentang rokok “Virginia Slims,” “You’ve come a long way baby” (Engkau sudah menempuh perjalanan panjang, sayang). Saya sering berpikir bahwa perem-puan perokok merusak rona kulit dan kesehatannya begitu hebatnya sehingga hanya dalam beberapa ta-hun yang singkat dengan kebiasaan tersebut mereka benar-benar tampak seperti “telah menempuh perja-lanan yang PANJANG.”
Mungkinkan sesuatu yang serupa telah terjadi pada gereja kita yang tercinta ini? Apakah benar-benar kehendak Tuhan bahwa keduniawian harus menguasai lembagai-lembaga kita seperti adanya pada saat ini? Apakah ini suatu kebetulan bahwa kita kehilangan sebagian besar orang muda kita dan bahkan sebagian besar dari mereka yang ma-sih tinggal di gereja hampir tidak tampak seperti apa yang sebelumnya disebut MAHK? Tabiat kita, secara umum telah merosot, sebagai suatu umat: kesalehan kita, lemah dan kerdil. Tidakkah tampak jelas bahwa ajaran-ajaran dan pengalaman kita tentang pembenaran oleh iman membiarkan orang-orang dalam belenggu dosa dan pemberon-takan? Kita mengira bahwa dengan kurang memberi tekanan pada hukum telah memberi kita (sebagaima-na halnya generasi perempuan perokok sebelumnya) lebih banyak kebebasan dari belenggu penderitaan, namun pada kenyataannya kita harus menyadari bah-wa kegagalan kita untuk percaya pada pekabaran yang seimbang tentang pembenaran oleh iman telah menjadi sumber dari kesengsaraan dan pen-deritaan yang tak terkira, bukan hanya bagi kita, tetapi juga bagi anak-anak kita, dan bagi semua orang yang seharusnya telah tertolong jikalau saja kita telah menaati suara Tuhan.
Ellen White mengatakan kepada saudara-saudara di era 1888, bahwa penolakan mereka akan juru-kabar-jurukabar dan pekabaran itu akan menggi-ring kepada suatu keadaan di dalam gereja, yang tidak akan dapat mereka bayangkan. Tidak heran jika nubuatan ini telah digenapi. Kita benar-benar telah “menempuh perjalanan yang panjang,” dan se-masih kita berkeinginan untuk menolak bukti dari keti-dakpercayaan kita akan kebenaran, kita bahkan akan memperoleh lebih banyak buah dari perbuatan kita.
“Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggal-kannya akan disayangi” (Amsal 28:13). Sebagaima-na dikhotbahkan di dalam Kisah Para Rasul, demi-kianlah juga berlaku bagi kita saat ini, kita telah melakukan hal-hal ini dalam ketidakpedulian kita, tanpa mengetahui sepenuhnya apa yang telah kita perbuat, namun “sekarang Tuhan memanggil se-mua orang, di mana saja, untuk bertobat.” Tuhan mungkin memaafkan ketidaktahuan kita di masa lalu, akan keadaan kita dan akan dosa-dosa para penda-hulu kita yang kita ulang-ulangi, namun Tuhan tidak akan menerima alasan bagi kita untuk tetap tinggal di dalam kegelapan. Kabar baiknya adalah bahwa jikalau kita mengakui pekerjaan Roh Kudus yang mempertobatkan kita, maka masih ada kesempat-an untuk bertobat. Pasti, inilah saatnya yang tepat bahwa orang-orang MAHK mengizinkan kemuliaan-nya terhampar dalam debu, menerima kebenaran dari sejarah kita, dan bertobat dari kekejaman kita melawan Tuhan Yesus Kristus.
Penyembahan Baal dan Penundaan yang Lama

Baal-worship and The Long Delay


D. K. Short

1888 Message Study Committee

8784 Valley View Drive,

Berrien Springs, MI 49103 USA



Pembukaan
Beberapa waktu yang lalu sekelompok anak sekolah berkunjung ke kampus Universitas Andrews dan me-ngunjungi Museum Arkeologi Horn yang baru diper-baiki. Mereka keluar dari tempat itu dengan penuh kesan. Lebih dari seorang berminat kepada musuh ku-no Israel setelah melihat patung Baal dalam pajangan. Seorang anak berkata, “Saya benar-benar suka de-ngan patung Baal, hanya saja ia sangat kurus.” Anak yang lain berkata, “Saya sangat suka dengan patung miniatur Baal itu.”1
Bukan saja anak-anak yang telah terpesona oleh tu-han palsu ini. Patung Baal; penyembahan Baal; dan pengaruh Baal yang begitu halus dan meluas telah menguasai anak-anak manusia dalam belenggu raha-sia yang memilukan sepanjang masa.
Sejarah menunjukkan bahwa jejak penyembahan Baal yang menyimpang menuntun kembali kepada Taman Eden. Tentu saja tidak ada patung yang nyata yang di-letakkan di tempat yang indah tersebut, tetapi bahwa di dalam dirinya sendiri ada sebuah bagian dari kha-yalan yang telah kita warisi. Hal terakhir yang dibutuh-kan seseorang untuk penyembahan Baal adalah pa-tung Baal yang sesungguhnya.
Bukti kasat mata dari permusuhan yang telah berurat berakar terhadap Tuhan mulai tampak segera setelah peristiwa Eden. Catatan menunjukkan bahwa kota per-tama dunia dibangun oleh pembunuh pertama dunia. Kainlah yang “mendirikan suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya” (Kejadian 4:17). Manusia mulai memuji manusia dan memba-ngun monumen-monumen bagi diri mereka. Kain ti-dak terlalu percaya kepada janji perlindungan Tuhan. Imannya akan diletakkan pada karya manusia, keme-gahan bangunan-bangunan, perlindungan dari din-ding-dinding batu. Akar dari aliansi tandingan ini, kha-yalan mistis dari penyembahan Baal dimulai ketika pa-sangan kudus di Eden mulai mempertanyakan firman Tuhan.
“Tentulah Allah berfirman… bukan?” adalah sindiran sinis dari ular naga yang meletakkan dasar bagi per-tentangan besar di dunia ini. Kemudian terjadilah pe-ristiwa memakan buah terlarang yang menentukan itu yang hingga sekarang membelenggu manusia dalam perbuatan jahat. Di permukaan ini mungkin tampak tidak berhubungan dengan penyembahan Baal. Tetapi pekerjaan musuh itu selalu diselubungi misteri dan kegelapan. Kita harus mengetahui hal ini.
1   ...   4   5   6   7   8   9   10   11   12


Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©atelim.com 2016
rəhbərliyinə müraciət