Ana səhifə

Mengapa yesus menunggu


Yüklə 0.69 Mb.
səhifə5/12
tarix27.06.2016
ölçüsü0.69 Mb.
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12

Tuhan berurusan dengan penghapusan dosa dari alam semesta. Bukti hidup bahwa dosa itu tidak diperlukan, dan bahwa manusia dapat mengalah-kan segala kecenderungan untuk berdosa, bahwa Tuhan itu adil ketika mengharapkan ketaatan seba-gai ujian iman, telah didemonstrasikan di dalam kehidupan Yesus. Ini dijamin akan berganda di dalam kehidupan para pengikutNya, khususnya dalam generasi yang mendengar pengumuman bahwa “barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran” (Wahyu 22:11) sesaat sebelum penutupan pintu kasihan.
Dalam artikel di tahun 1900 yang sebelumnya telah dikutip di sini, Ellen White semata-mata menekankan kembali sebuah prinsip yang agung yang sering diung-kapkannya—bahwa bangsa Israel (dan sejak itu orang Kristen) harus membaca “tujuan Tuhan bagi jiwa ma-nusia” dalam pembangunan Bait Suci di padang be-lantara atau dalam Bait Suci yang besar di Yerusalem” (Education, hlm. 36). Tujuan yang sama, kata Ellen White, disampaikan oleh Paulus ketika ia menuliskan, “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Korintus 3:16).
Sama seperti umat Tuhan harus bekerja sama dengan Dia dan dengan satu sama lain dalam pembangunan Bait Suci di bumi, demikianlah juga mereka harus bekerja sama dengan Dia dalam perkembangan “Bait Suci di dalam jiwa” (Ibid., hlm. 37). Sama seperti Tuhan berdiam di dalam Bait Suci di bumi, demikianlah Ia menginginkan untuk menjadikan jiwa manusia sebagai tempat yang layak untuk kediaman Roh Kudus.
Kerja sama antara Tuhan dan manusia inilah satu-satunya jalan keselamatan yang pertama-tama datang kepada manusia melalui pembenaran dan satu-satu-nya jalan pemeliharaannya adalah melalui pengudus-an. “Tuhan bekerja di dalam dan melalui agen ma-nusia yang bekerja sama dengan Dia dengan me-milih untuk menolong dalam pendirian bangunan Tuhan. sebuah Bait Suci yang kudus dibangun dari mereka yang menerima Kristus sebagai Juru-selamat pribadi mereka.”—Ellen G. White, dalam Signs of the Times, 14 Februari 1900.
Namun apakah proses pembangunan ini adalah suatu konsentrasi orang-orang, pemolesan kesalehan ang-gota-anggota gereja sementara banyak orang mati tanpa mendapatkan peringatan? Tidak demikian! Tidak sekejappun! Mereka yang ingin menggenapi tujuan Tuhan bagi mereka, yang berurusan dengan bagaimana cara terbaik untuk bekerja sama dengan Tuhan dalam menciptakan kembali tabiat mereka sesuai dengan Polanya, adalah orang-orang yang dengan mereka Tuhan benar-benar dapat bekerja di dalam dan melalui mereka demi penyelesaian perintah Injil. Sebagaimana yang ditulis Nyonya White dalam artikel di majalah Signs tahun 1900: “Mereka yang menginginkan sebuah tempat di dalam gerejaNya menunjukkan keinginan ini melalui kerelaan mere-ka untuk menjadi begitu selaras dengan kehendak-Nya sehingga mereka dapat dipercayakan atas kasih karunia untuk dibagikan kepada orang-orang lain.”


Tuhan sedang ada dalam proses mempersiapkan sarana-sarana manusia yang menginginkan tabiat-Nya, serta kuasaNya. Ketika mereka telah me-ngembangkan tabiat seperti itu, Ia akan dapat mempercayakan kepada mereka sebagai pameran dari kasih karuniaNya. Hanya setelah itulah, tanpa ragu dan tanya, umatNya akan menyatakan kebe-naran tentang apa yang dapat dilakukan Tuhan bagi orang-orang yang berdosa yang telah sesat.7
Penyelesaian yang sukses dari perintah Injil dalam Matius 24:14 sebagian besar bergantung kepada orang-orang Kristen yang, pada hari kekuasaanNya, Tuhan tidak akan malu untuk mengakui mereka. Menjadi pria dan wanita yang dapat dipercayakan oleh Tuhan atas kuasaNya bukan saja mempersiap-kan mereka agar menjadi layak untuk hidup di dalam kerajaanNya melainkan juga membuka ajang atau panggung bagi Tuhan untuk memberikan pekabaran peringatan yang terakhir kepada Planet Bumi ini. Orang-orang Kristen yang dewasa adalah seperti Kristus. Mereka adalah orang-orang yang menang yang menanggapi pekabaran Laodikea (Wahyu 3:14-21)—orang-orang di bumi yang secara konsisten tergerak, dan secara spontan tertahan, untuk mengu-mandangkan Injil dalam kepenuhannya kepada sesa-ma manusia.
Bab selanjutnya akan membahas kemendesakan atau urgensinya pada orang-orang Advent karena kebenar-an-kebenaran ini.

------------



1 “Dengan datang untuk berdiam bersama kita, Yesus hendak menyatakan Tuhan baik kepada manusia maupun kepada malaikat. Ia adalah Firman Tuhan,--pemikiran Tuhan yang menjadi bisa didengar…Maka Kristus membangun Bait SuciNya di tengah-tengah perkemahan kemanusiaan kita. Ia mematok kemah-Nya di sebelah kemah manusia, sehingga Ia dapat berdiam di tengah-tengah kita, dan membuat kita me-ngenal tabiat dan kehidupan ilahiNya.”—The Desire of Ages, hlm. 19-23.
2 “Sebagai salah satu dari kita, Ia harus menjadi tela-dan tentang ketaatan. Untuk itu, Ia mengambil bagi DiriNya kodrat kita, dan mengalami pengalaman-pengalaman kita. “Dalam segala hal Ia harus disama-kan dengan saudara-saudara-Nya” (Ibrani 2:17). Jika-lau kita harus menanggung sesuatu yang tidak pernah ditanggung oleh Yesus, maka pada titik ini, Setan akan menyatakan bahwa kuasa Tuhan adalah tidak cukup bagi kita. Itulah sebabnya, Yesus, “sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:17). Ia menanggungkan setiap pencobaan yang kita alami. Dan Ia tidak meng-gunakan bagi DiriNya sendiri kuasa yang tidak diberi-kan kepada kita. Sebagai manusia, Ia menghadapi pencobaan, dan mengalahkannya dengan kekuatan yang diberikan kepadaNya dari Tuhan. Ia berkata, “Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Tau-rat-Mu ada dalam dadaku" (Mazmur 40:9). Sementara Ia melakukan kebaikan, dan menyembuhkan semua orang yang diganggu oleh Setan, Ia menjadikan jelas kepada manusia tentang sifat hukum Tuhan dan sifat pelayananNya. KehidupanNya menjadi saksi bahwa adalah mungkin juga bagi kita untuk taat kepada hukum Tuhan.
Melalui kemanusiaanNya, Kristus menyentuh ma-nusia; melalui keilahianNya, Ia memegang tahta Tuhan. sebagai Anak Manusia, Ia memberi kita teladan tentang ketaatan; sebagai Anak Allah, Ia memberi kita kuasa untuk taat.”Ibid., hlm. 24.
3 Kehidupan Tuhan kita yang tidak berdosa di dalam segala keadaan yang biasa pada manusia yang ber-dosa tidak pernah boleh dipisahkan dari perhatian kita kepada kematianNya. KematianNya akan menjadi relatif tidak penting tanpa ketaatanNya yang sempurna se-bagai makhluk manusia yang sejati. kematianNya bagi kita, cukup untuk mengeringkan tetes terakhir rasa syukur setiap manusia yang jujur, adalah titik yang teramat penting dari rencana penebusan karena yang telah mati itu adalah benar-benar Yesus yang adalah manusia yang taat secara sem-purna. “Setan, yang mengaku bahwa dunia adalah wilayah kekuasaannya yang sah, berusaha melalui se-gala cara untuk memerasnya dari setiap genggaman Sang Penebus; namun melalui kehidupan dan kemati-anNya yang hina, Kristus menggenggamnya dengan erat.”—Ellen G. White, dalam Signs of the Times, 14 Februari 1900. “Melalui Yesus, kasih kemurahan Tuhan dinyatakan kepada manusia; namun kasih ke-murahan tidak meniadakan keadilan. Hukum menyata-kan ciri tabiat Tuhan, dan tidak setitikpun daripadanya dapat diubah untuk menemui manusia dalam keada-annya yang telah jatuh…
“Hukum menuntut pembenaran; sebuah kehidupan yang dibenarkan, sebuah tabiat yang sempurna; dan ini tidak dimiliki oleh manusia. Ia tidak dapat memenuhi tuntutan hukum Tuhan yang kudus. Namun Kristus, yang datang ke bumi sebagai manusia, meng-hidupkan kehidupan yang kudus, dan mengembang-kan tabiat yang sempurna. Inilah yang ditawarkanNya sebagai pemberian cuma-cuma kepada semua orang yang mau menerimanya. KehidupanNya mewakili kehidupan manusia. Maka mereka memperoleh pengampunan dosa di masa lalu, melalui kesabaran Tuhan…. Melalui kehidupan dan kematianNya, Kristus membuktikan bahwa keadilan Tuhan tidak menghancurkan kasih kemurahanNya, namun bahwa dosa dapat diampuni, dan bahwa hukum adalah adil, dan dapat ditaati secara sempurna.”—The Desire of Ages, hlm. 762. “Melalui kehidupan-Nya yang tanpa cacat, ketaatanNya, kematianNya di salib Kalvari, Kristus mengantarai umat manusia yang telah sesat.”—Ellen G. White, Christ’s Object Lessons, hlm. 156. “Ia [Allah Bapa] puas dengan pendamaian yang telah dilakukan. Ia dipermulia-kan melalui inkarnasi, kehidupan, kematian dan pengantaraan AnakNya.”—Ellen G. White, Testimon-ies, vol. 6, hlm. 364.
4 “Setan telah menuduh bahwa tidaklah mungkin bagi manusia untuk menaati hukum Tuhan; dan dalam kekuatan kita sendiri adalah benar bahwa kita tidak dapat menaatinya. Namun Kristus datang dalam rupa kemanusiaan, dan melalui ketaatanNya yang sempurna, Ia membuktikan bahwa kemanu-siaan dan keilahian yang bergabung dapat menaati setiap perintah Tuhan.”-- Christ’s Object Lessons, hlm. 314. “Setelah kejatuhan manusia, Setan meng-umumkan bahwa manusia telah terbukti tidak mampu untuk memelihara hukum Tuhan, dan ia berusaha untuk membawa alam semesta bersama dia dalam keyakinan ini. Perkataan Setan tampak-nya benar, dan Kristus datang untuk membuka kedok penipu ini. Yang Maha Mulia di surga meng-ambil masalah manusia, dan dengan fasilitas yang sama yang dapat diperoleh manusia, bertahan dari pencobaan Setan sebagaimana manusia harus bertahan daripadanya. Inilah satu-satunya cara di mana manusia yang telah jatuh mengambil bagian dalam kodrat keilahian. Dalam mengambil kodrat manusia, Kristus disiapkan untuk memahami pen-cobaan dan kesedihan manusia dan segala pen-cobaan yang mengepung manusia… Ia merasakan kekuatan dari pencobaan ini; Ia menghadapinya demi kita, dan mengalahkannya. Dan Ia mengguna-kan hanya senjata yang sah untuk digunakan oleh manusia—perkataan dari Dia yang perkasa dalam nasehat —‘Sebab ada tertulis.’… Kemanusiaan Yesus akan mendemonstrasikan bagi abad-abad yang kekal ten-tang pertanyaan yang mengatasi pertentangan itu”—Ellen G. White, Selected Messag-es 1, hlm. 251-255.
5 “Bait Suci surgawi, tempat berdiam Raja segala raja, di mana “seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan se-laksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya” (Daniel 7:10), Bait Suci itu dipenuhi oleh kemuliaan dari takhta yang kekal, di mana serafim, penjaga yang bersinar itu, menutup wajah mereka dalam penyem-bahan—tidak ada struktur dunia yang menandingi keluasan dan kemuliaannya. Namun kebenaran-kebe-naran yang penting tentang Bait Suci surga dan peker-jaan besar yang dilakukan bagi penebusan manusia haruslah diajarkan melalui Bait Suci di bumi dan upacara-upacaranya.”—Ellen G. White, Patriarchs and Prophets, hlm. 357.
6 Arthur Spalding, penulis Origin and History of Seventh-day Adventists, menuliskan”: “Kita tentu saja tidak dapat menganggap bahwa Bait Suci di surga adalah seperti bangunan Bait Suci di bumi. Bait Suci di surga adalah sangat jauh lebih mulia, ilahi, meng-atasi jangkauan pemikiran manusia…

“Di sini adalah lambang, bayangan dari yang nyata; apa yang kita sebut kegenapannya (antitype) adalah kenyataannya. Bait Suci secara keseluruhan menyatakan hubungan antara Tuhan dengan manusia dalam pekerjaan penebusan. Upacara-upacara di da-lam bilik yang pertama, yaitu Bilik Suci, adalah peng-antaraan Kristus bagi umatNya dalam segala genera-si; upacara Hari Pendamaian dalam bilik yang kedua, yaitu Bilik Maha Suci, adalah pekerjaan penutup da-lam pelayanan Kristus dalam persiapan bagi pengha-pusan dosa terakhir pada penghakiman pelaksanaan hukuman….

“Kita berbicara tentang semua ini dalam bahasa manusia; karena hanya dengan demikianlah, melalui lambang dan perkataan, Tuhan dapat menyatakan gagasan kepada manusia tentang pekerjaan penda-maian dan penghakiman yang besar itu. Pikiran manu-sia tidak dapat menjangkau kenyataan-kenyataan tentang peristiwa penghakiman di surga; buku-buku Tuhan, tidak seperti buku-buku atau catatan-catatan kita, adalah tanpa salah dan lengkap; darah yang simbolis—bukan darah yang sesungguhnya melainkan kehidupan yang dilambangkan oleh darah; Bilik Suci dan Bilik Maha Suci adalah kediaman Tuhan yang agung dan roh-roh yang melayaniNya, yang terlalu suci untuk dikatakan; hari pendamaian bukanlah hari yang harafiah, namun sebuah periode yang panjang-nya hanya Tuhan yang tahu. Dan demikian juga semua lambang dan upacara-upacaranya.”—Volume 1, hlm. 108-111.

Heppenstall berkomentar, “Sifat dan makna Bait Suci di surga tidak dapat ditetapkan dengan data-data ilmiah. Pengetahuan yang terinci tentang bahan dan ukuran dari Bait Suci di bumi tidak dapat menggam-barkan secara memadai tentang hal-hal yang surgawi atau menghasilkan ulang pekerjaan Tuhan di takhta-Nya. Kita melihat dalam Bait Suci di bumi pernyataan yang kurang lengkap dan pasti tentang Imam Besar agung kita di surga. Kristus tidak berurusan dengan lampu-lampu kilat, membalikkan roti, atau mengayun-kan dupa ukupan. Kenyataan-kenyataan ini tidak beru-rusan dengan tempat, bahan, atau rancangan arsitek-tur, namun kegiatan-kegiatan ilahi yang dipusatkan pada pertentangan besar itu sendiri.”—Our High Priest, hlm. 20.




  1. Seringkali, dalam perkataan yang serupa, Gereja Advent telah ditantang: “Dengan menyatakan tabiat Kristus di dalam kehidupan kita sendiri, kita bekerja sama dengan Dia dalam pekerjaan penyelamatan jiwa-jiwa. Hanya melalui pernyataan tabiatNya di dalam kehidupan kita sajalah maka kita dapat bekerja sama dengan Dia… Ketika mereka yang mengaku melayani Tuhan mengikuti teladan Kristus, mempraktekkan prinsip-prinsip hukumNya di dalam kehidupan mereka sehari-hari; ketika setiap tindakan menjadi saksi bahwa mereka mengasihi Tuhan meng-atasi apapun dan mengasihi sesama mereka seperti mengasihi diri sendiri, maka gereja akan memiliki kuasa untuk menggerakkan dunia.”—Christ’s Object Lessons, hlm. 340.

BAB VII


PeMBELAan Diri Tuhan

Sejak tahun 1844 kemendesakan yang khusus telah terjadi pada mereka yang memahami bahwa Tuhan sedang menunggu sebuah generasi orang-orang yang akan membela Dia dengan cara menuruti “perintah-perintah Allah dan iman kepada Yesus” (Wahyu 14:12). Ada banyak nasehat1 kepada gereja yang menekankan hubungan langsung dengan peker-jaan Kristus di Bilik Maha Suci dan pekerjaanNya di dalam kehidupan para pengikutNya di bumi:


“Sekarang ini Kristus berada di dalam Bait Suci surga. Dan apakah yang dilakukanNya? Membuat penda-maian bagi kita, menyucikan Bait Suci dari dosa-dosa manusia. Maka, kita harus masuk dengan iman ke dalam Bait Suci bersama-sama dengan Dia, kita harus melaksanakan pekerjaan di dalam Bait Suci jiwa-jiwa kita. Kita harus menyucikan diri kita dari segala kekotoran. Kita harus “membersihkan diri kita dari segala kekotoran dari daging dan roh, menyem-purnakan kekudusan dalam takut akan Tuhan.”—E.G. White, khotbah yang disampaikan tanggal 20 Oktober 1888. Diterbitkan kembali dalam A.V. Olson, Through Crisis to Victory, hlm. 267.
Salah satu pekabaran yang paling mendesak dari ajaran tentang Bait Suci bagi orang Kristen adalah bahwa sejak tahun 1844 sesuatu yang istimewa ditun-tut dari para pengikut Tuhan dalam hal perkembang-an tabiat yang mungkin belum pernah begitu mende-sak dalam perkembangan gereja sebelumnya. Umat Tuhan yang mencapai kualitas tabiat yang ditunggu-tungguNya, dan yang baginya Tuhan telah memberi-kan kepada mereka setiap kuasa ilahi yang dibutuh-kan untuk mencapainya, secara signifikan akan mem-pengaruhi seberapa segera Yesus dapat menyelesai-kan pekerjaanNya di dalam Bilik Maha Suci.2
Kemendesakan yang harus dirasakan oleh umat Tuhan di bumi didasarkan pada kenyataan yang khid-mat bahwa, ketika memasuki Bilik Maha Suci di tahun 1844, Imam Besar kita memulai fase terakhir dari pe-kerjaan pengantaraanNya, yang melibatkan kelayak-an tabiat dari generasi terakhir. Adalah rencana Tuhan untuk menyelesaikan pekerjaan ini berta-hun-tahun yang lalu. Penundaan ini bukan dise-babkan karena ketidakefisienan surga atau peru-bahan dalam rencana-rencanaNya.3 Ia rindu untuk mencurahkan hujan akhir kepada mereka yang te-lah menyucikan “Bait Suci jiwa dari segala keko-toran” (Testimonies, vol. 5, hlm. 214). Ia rindu agar umatNya menjadi tetap tinggal di dalam kebenar-an,4 menjadi nyaman dengan jalan kehidupanNya, sehingga Ia dapat memberikan meterai persetuju-an dan menunjuk kepada mereka tanpa malu di dalam suatu seruan misi sedunia, “Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus” (Wahyu 14:12). Ia rindu untuk mengumumkan akhir dari pertentangan besar itu: “Barangsiapa yang berbu-at jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; ba-rangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!" (Wahyu 22:11).
Sejak tahun 1844, Yesus telah menunggu suatu umat yang dalam catatan pribadi masing-masing di dalam Bait Suci di surga Ia dapat menuliskan “Telah disuci-kan”; suatu umat yang akan mencerminkan perhatian-Nya akan keselamatan dan kesejahteraan orang lain, melalui mereka seluruh isi surga dapat bekerja de-ngan bebas untuk menyelesaikan perintah Injil.5
Setiap hari pola kehidupan orang Kristen tercermin dalam catatan-catatan tersebut di dalam Bilik Maha Suci. Pertanyaan yang mendesak yang muncul ada-lah: Apakah itu sebuah catatan yang mencerminkan tentang seseorang, yang melalui kasih karunia Tuhan, mengalahkan dosa atau tidak? “Melalui kasih karunia Tuhan dan usaha mereka yang terus menerus mere-ka harus menjadi pemenang-pemenang dalam per-tempuran melawan kejahatan. Sementara pengha-kiman pemeriksaan sedang berlangsung di surga, sementara dosa-dosa dari orang-orang percaya yang penuh penyesalan dibersihkan dari Bait Suci, harus-lah terjadi suatu pekerjaan khusus penyucian, pem-bersihan dosa, di antara umat Tuhan di bumi… Keti-ka pekerjaan ini telah diselesaikan, para pengikut Kristus akan siap menyambut kedatanganNya.”—The Great Controversy, hlm. 425.
Secara umum, upacara dalam Bait Suci telah menjadi sarana pengajaran oleh Tuhan, mengajarkan kepada kita bahwa Ia akan mengampuni pelanggaran-pelang-garan kita, dan memberi kita kuasa untuk menghidup-kan kehidupan dengan ketaatan seperti Kristus.6 Ia akan melakukan penyucian, pemberian kuasa, perta-hanan dari dosa, jikalau kita memilih untuk meng-izinkan Dia untuk bekerja. Pemenang yang telah disu-cikan akan mencerminkan baik tabiat Yesus maupun kehidupan pelayananNya yang terus menerus.
Secara khusus, pekerjaan Yesus sebagai Imam Be-sar kita di Bilik Maha Suci, memiliki hubungan lang-sung dengan pergerakan di bumi yang bukan saja mengumumkan pekabaran saat penghakiman dalam Wahyu 14:6-14, melainkan juga mengizinkan kasih karunia Tuhan untuk melakukan pekerjaanNya yang mulia untuk mengalahkan dosa. Adakah waktu yang lebih mulia, lebih menyenangkan, lebih memuaskan secara pribadi, daripada saat ini?7
Yang mendasar bagi pemikiran Advent selama lebih dari satu abad adalah konsep kembar tentang pemu-lihan Bait Suci dan satu umat yang siap. Dengan kedua konsep ini, para terpelajar Advent telah ber-urusan erat dengan gagasan-gagasan seperti “peng-hapusan dosa,” “penyegaran,” dan “pakaian pesta perkawinan yaitu pembenaran orang-orang kudus.”
Pada awal sejarah Advent, Joseph Bates mengurai-kan secara terperinci hubungan yang erat antara lam-bang dan kegenapan Bait Suci, khususnya yang ber-kenaan dengan pemulihan Bait Suci pada hari pen-damaian. Setelah mengutip kitab Imamat 16:16, ia menuliskan: “Maukah pembaca membaca 18 kata ini [atau 41 kata dalam Alkitab bahasa Indonesia] kem-bali dan melihat apakah kita tidak mengatakan makna “pendamaian bagi tempat kudus.” Ya! Anda mengata-kan, itu adalah untuk menyucikan umat, seluruh-nya, dari dosa-dosa mereka. Baiklah, jangan melu-pakan hal itu, ketika diterapkan kepada kita dalam Bait Suci kegenapannya.8—Midnight Cry in the Past,” Review and Herald, Desember 1850, hlm. 21.
Stephen N. Haskell, di tahun 1856, juga melihat secara jelas hubungan antara suatu umat yang siap dan penyelesaian perintah Injil: “Sebuah teori ten-tang Pekabaran Malaikat Ketiga tidak pernah, ti-dak akan pernah menyelamatkan kita, tanpa pa-kaian pesta perkawinan, yaitu pembenaran orang-orang kudus. Kita harus menyempurnakan keku-dusan dalam takut akan Tuhan.”—“A Few Thoughts on the Philadelphia and Laodicea Churches,” Review and Herald, 6 November 1856, hlm. 6.
Pada pertemuan General Konferens tahun 1901, Has-kell memberikan serangkaian pelajaran tentang seja-rah ajaran Bait Suci. Dalam ringkasan tentang pemi-kiran dasar Advent tentang topik ini, ia berkata: “Kita telah mempelajari, pertama, bahwa ada suatu wak-tu ketika Kristus akan masuk ke dalam Bait Suci surga; kedua, bahwa waktu itu adalah penghakim-an pemeriksaan; ketiga, bahwa pekerjaan pada periode tersebut adalah penyempurnaan tabiat; dan keempat, bahwa semakin anda memahami tentang pekerjaan di dalam Bait Suci, semakin anda memahami kuasa kebenaran Tuhan yang berhubungan dengan umat Tuhan dan pada masa kini di mana kita sekarang hidup.”9—“Bible Study,” General Conference Bulletin, 7 April 1901, hlm. 100.
Di tahun 1864, serangkaian artikel yang luar biasa terbit dalam Review, ditulis oleh D.T. Bourdeau, yang di dalamnya ia menekankan tanggung jawab khusus yang diemban oleh gereja generasi terakhir: “Sebagi-an orang tidak melihat perlunya menerima kebe-naran-kebenaran yang berlaku bagi masa seka-rang agar mereka dapat disucikan. Mereka meng-anggap bahwa mereka dapat disucikan melalui kehidupan sebagaimana orang-orang Kristen yang baik lainnya telah hidup. Namun, bagaimana-kah orang-orang Kristen di masa lalu disucikan? Bukankah mereka disucikan melalui kehidupan yang menghidupkan terang yang mereka miliki di zamannya? Dan jikalau kita diberi terang yang lebih banyak daripada mereka, jikalau Tuhan meminta kita melakukan kewajiban yang lainnya, dapatkah kita disucikan semata-mata dengan menghidupkan kehidupan seperti mereka yang hidup di masa lalu? Apakah Tuhan menyebabkan terang yang bersinar dalam perkataanNya sia-sia?... Diperlukan suatu persiapan khusus untuk bertemu dengan Tuhan ketika Dia datang.”—“Sanctification: or Living Holiness,” Review and Herald, 2 Agustus 1864.
Meskipun kita hanya menyebutkan sebagian saja dari para pemikir Advent mula-mula tentang masalah Bait Suci, lebih banyak lagi yang dapat dikutip. Pemaham-an mereka yang umum menunjukkan kesatuan dan kepenuhan yang luar biasa. Mereka lebih awal meli-hat dan menerangkan secara lebih tegas bahwa pe-mulihan Bait Suci di surga berhubungan langsung dengan perkembangan suatu umat di bumi yang suci dan siap. Mereka menyatakan dengan meyakinkan bahwa Tuhan menuntut perkembangan tabiat yang lebih tinggi dari gerejaNya dalam generasi yang ter-akhir yang akan diubahkan daripada dari mereka yang hidup di masa sebelumnya. Persiapan seperti ini akan menjadi pencapaian dengan bantuan ilahi yang tercermin dalam Bait Suci surga melalui “penghapus-an” dosa-dosa yang pernah menjangkiti kehidupan para pemenang itu.
W.W. Prescott khususnya memahami secara jelas hubungan antara pekabaran malaikat ketiga dalam Wahyu 14, penghapusan dosa-dosa, suatu umat yang menang, dan saat Tuhan akan datang kembali. Da-lam khotbah pada pertemuan General Konferens ia berkata: “Ada perbedaan antara Injil yang dikhotbah-kan bagi pengampunan dosa-dosa dan Injil yang di-khotbahkan bagi penghapusan dosa-dosa. Selalu, dan juga sekarang ini, terdapat ketetapan yang ber-limpah bagi pengampunan dosa. Dalam generasi kita terjadi ketetapan bagi penghapusan dosa. Dan peng-hapusan dosa adalah apa yang akan memper-siapkan jalan bagi kedatangan Tuhan kita; dan penghapusan dosa adalah pelayanan Imam Besar kita dalam Bilik Maha Suci di Bait Suci di surga; dan ini membuat perbedaan bagi umat Tuhan saat ini dalam pelayanan mereka, dalam pekabaran mereka, dan dalam pengalaman mereka, apakah mereka mengetahui perubahan pelayanan dari satu bilik ke bilik yang lain, ataukah mereka mengenali dan mengalami kenyataan tentang per-ubahan tersebut…
“Sekarang bahwa pekabaran malaikat ketiga harus di-sampaikan secara nyata; dan dengan itu, tentu saja, akan datang penyampaian pelayanan Injil bagi masa kini, penghapusan dosa-dosa dalam generasi ini, yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan…
Dan ketika kebenaran-kebenaran tersebut diku-mandangkan dalam terang sejarah advent dan nubuatan advent, kebenaran-kebenaran tersebut akan menyelamatkan orang dari dosa dan dari berbuat dosa sekarang. Mereka akan mempersiap-kan suatu umat yang akan berdiri pada jam pen-cobaan yang akan menghadang kita, dan akan mempersiapkan suatu umat untuk bertemu de-ngan Tuhan kita di udara, dan untuk bersama dengan Tuhan selamanya; dan inilah pekabaran yang harus dikumandangkan dalam generasi ini” —“The Gospel Message for Today,” General Confer-ence Bulletin, 2 April 1903, hlm. 53, 54.10
Satu hal yang sangat jelas: Tuhan bukanlah seorang pencatat yang tidak jujur. Ia tidak akan menulis “telah disucikan” pada catatan setiap orang di dalam gene-rasi terakhir ini jika kehidupan orang tersebut belum disucikan dengan kuasa Roh Kudus yang berdiam di dalam orang itu. Meskipun ada sebagian orang yang selama bertahun-tahun mengizinkan kasih karunia Tuhan menyucikan mereka dari segala kekotoran, ada satu tanggung jawab khusus bagi kelompok ter-sebut dalam generasi terakhir di bumi ini yang akan diubahkan. Tentang mereka yang dikatakan, “barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus mengu-duskan dirinya!" (Wahyu 22:11), adalah orang-orang yang benar-benar telah disucikan.11
Semua ini membawa kita kembali kepada pokok ba-hasan dalam bab ini: Apakah dosa tidak terelakkan dan tidak dapat dihindarkan karena kita adalah manu-sia yang lemah? Meskipun kita telah mempelajari ba-gaimana dua kebenaran sentral dari ajaran tentang Bait Suci (“suatu pengorbanan pendamaian dan seo-rang pengantara yang penuh kuasa”) yang berhu-bungan erat dengan apa yang telah dilakukan Yesus bagi kita dengan apa yang ingin dilakukan Yesus di dalam kita, apakah itu dapat benar-benar terjadi? Apakah itu bisa terjadi? Inilah pertanyaan yang masih tergantung dan tertunda di hadapan alam semesta.
Inilah pertanyaan yang dihantamkan oleh Setan ke muka Yesus. Perjalanan tahun yang lama, dekade demi dekade—tanpa guna—hanya menambah sakit Kalvari dan hati seorang Juruselamat yang robek yang telah mengikrarkan perkataanNya bahwa kasih karuniaNya telah cukup untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (Efesus 3;20; 5:27; Ibrani 4:16; Yudas 24, et al.).
Suatu pemahaman yang jelas tentang ajaran tentang Bait Suci akan mengubah suatu gambaran yang me-nyedihkan namun bukan tanpa pengharapan. Saat ini kita memiliki hak istimewa untuk masuk ke dalam Bait Suci surga “oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” (Ibrani 10:19-22).
Kita benar-benar memasuki Bait Suci dan bersekutu dengan Imam Besar kita ketika ada keinginan yang tulus untuk mengutuk dosa dalam daging sebagai-mana Yesus, Saudara Tua kita, melakukannya dalam dagingNya (Roma 8:3, 4). Mengakui nama Yesus tetapi bukan kuasaNya bukan saja adalah suatu hal yang mempermalukan Tuhan, melainkan juga penghalang utama menuju keselamatan. “Jikalau orang-orang yang menyembunyikan dan membuat pembelaan atas kesalahan-kesalahan mereka dapat melihat bagaimana Setan bersukaria atas mereka, betapa ia mengejek Kristus dan para malaikat kudus melalui perbuatan mereka, mereka akan segera me-ngakui dosa-dosa mereka dan meninggalkannya.”—The Great Controversy, hlm. 489.
Maka, dosa-dosa yang terus menerus dari umat Tuhan, dan dosa-dosa dunia secara umum, menjadi unsur yang sangat penting dari apakah pekerjaan yang sedang terjadi dalam Bait Suci di surga itu efektif.
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12


Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©atelim.com 2016
rəhbərliyinə müraciət