Ana səhifə

Pendekar Buta Kho Ping Hoo


Yüklə 1.46 Mb.
səhifə58/60
tarix24.06.2016
ölçüsü1.46 Mb.
1   ...   52   53   54   55   56   57   58   59   60
"Aha, Ka Chong Hoatsu, kau tua bangka dari Mongol tidak tahu malu. Bukankah kepandaianmu sendiri terkenal amat tinggi? Kenapa tidak maju sendiri? Hayo, aku siap menghadapimu !" Kun Hong sengaja membakar, akan tetapi Ka Chong Hoatsu hanya tersenyum mengejek dan berkata acuh tak acuh,

"Belum saatnya....... belum saatnya......." setelah berkata demikian dia memberi isyarat kepada Ang-hwa Sam-ci-moi untuk menyuruh anak buah Ngo-lian-kauw menyingkirkan dan merawat jenazah Ching-toanio dan Bouw Si Ma. Setelah mendapat perintah, delapan orang wanita anggauta Ngo-lian-kauw maju cepat dan mengangkat pergi mayat-mayat itu.

Sementara itu, The Sun sejak tadi berunding dengan Hek Lojin yang mengangguk-angguk. Kemudian The Sun tersenyum mengejek, sekali menggerakkan tubuhnya dia telah melayang ke depan Kun Hong.

"Kwa Kun Hong, kau benar-benar sombong sekali. Kau kira tanpa mengeroyokmu tidak mungkin kami menang? Hemmm, aku sendiri yang akan maju melabrakmu, Kun Hong, kecuali kau suka menyerahkan diri menjadi tawananku untuk diadili di kota raja."

Kun Hong melengak, terheran-heran. Sudah terang bahwa betapapun lihainya, pemuda tokoh kota raja itu tidak akan mampu mengalahkannya. Hal ini The Sun sendiri sudah cukup mengerti. Dia seorang yang amat cerdik dan penuh tipu muslihat, kenapa sekarang nekat hendak menghadapinya seorang diri? Diam-diam Kun Hong menjadi waspada, The Sun seorang yang cerdik dan curang sekali. Tidak mungkin dia hanya maju mengandalkan kepandaian silatnya dan sudah pasti tindakannya ini diikuti tipu muslihat licin.

"Hui Kauw, kau mundurlah dan jaga dirimu baik-baik. Berteriaklah kalau menghadapi bahaya, biar aku membereskan manusia curang dan pengecut ini," demikian kata Kun Hong sambil mendorong Hui Kauw ke belakang. Dia amat khawatir kalau The Sun akan menggunakan siasat keji dan mencelakai Hui Kauw dengan cara lain selagi bertempur melawannya.

"The Sun, kaulah orang yang pertama kuharapkan untuk bertanding denganku pada saat ini. Majulah."

The Sun tertawa mengejek dan "sratt" pedangnya telah dia cabut dengan gerakan indah. Pada saat itu, seakan-akan pencabutan pedang tadi merupakan isyarat, terdengarlah suara tambur dan gembreng dipukul orang, mula-mula lirih dan lambat, makin lama makin keras dan cepat. Itulah suara tambur dan gembreng perang dan ternyata belasan orang anggauta pasukan dari istana telah berada di situ membunyikan tambur dan gembreng. Suara .itu amat bising memekakkan telinga,

"Wuuuttttt!" Kun Hong cepat mengelak dan dia kaget setengah mati ketika angin pedang The Sun terus-menerus menyerangnya bertubi-tubi dengan gerakan laksana kilat menyambar-nyambar dibarengi suara ketawa pemuda yang cerdik itu. Kun Hong menggertak giginya dan terpaksa memutar tongkat sejadinya sambil mempergunakan langkah-langkah ajaib. Tahulah dia sekarang akal muslihat yang dipergunakan The Sun dalam melawannya. Memang seorang pemuda yang cerdik dan penuh akal. Kiranya pemuda ini maklum bahwa kelihaian Kun Hong terletak pada pendengaran telinganya sebagai pengganti matanya yang buta. Memang begitulah. Seorang buta hanya dapat mengandalkan pendengaran, penciuman dan rabaan untuk mengetahui keadaan di sekitarnya. Terutama sekali pendengaran. Apalagi dalam ilmu silat. Tentu saja keawasan mata dipergunakan dan sebagai pengganti mata yang buta, pendengaranlah yang diandalkan. Kini The Sun mempergunakan suara bising untuk merusak pendengaran Kun Hong!

Hampir saja akal The Sun yang licin ini berhasil kalau saja Kun Hong tidak mewarisi ilmu silat yang benar-benar sakti seperti Kim-tiauw-kun dan Im-yang-sin-hoat. Langkah-langkah ajaib dari Kim-tiauw-kun menolongnya terhindar dari ancaman pedang The Sun yang ganas dan cepat. Pada jurus-jurus pertama memang Kun Hong menjadi bingung dan dia tidak dapat berbuat lain kecuali mengelak, menangkis dan memutar tongkat sejadinya untuk melindungi diri. Akan tetapi lambat laun telinganya mulai dapat menangkap perbedaan-perbedaan antara suara bising tambur gembreng dengan suara bersiut dan berdesingnya pedang di tangan The Sun. Diam-diam dia menjadi girang sekali. Masih untung baginya bahwa tingkat kepandaian The Sun masih belum mencapai puncaknya. Seorang yang ilmu pedangnya sudah mencapai titik puncak, seperti misalnya pamannya, Tan Beng San ketua Thai-san-pai, dapat memainkan pedang sedemikian rupa tanpa menimbulkan angin atau suara mendesing dan bersiut.

Memang masih sukar bagi Kun Hong untuk dapat balas menyerang karena dia harus mencurahkan seluruh perhatian untuk menjaga diri jangan sampai menjadi korban pedang The Sun yang cukup berbahaya. Akan tetapi sedikitnya dengan mendengar suara angin pedang, dia dapat mencari kesempatan baik untuk balas menyerang. Tentu saja dia tidak mau berlaku sembrono dengan serangan balasannya karena maklum sekali serangannya luput, dia akan terancam oleh pedang lawan karena dalam keadaan menyerang, tentu kedudukan pertahannya menjadi lemah dan lowong.

Tadinya The Sun gembira sekali melihat betapa lawannya Si Pendekar Buta menjadi bingung dan kacau gerakannya. Akalnya berhasil, lawannya menjadi kacau-balau setelah rusak pendengarannya oleh suara bising! Inilah yang membuat dia tadi tertawa-tawa mengejek. Akan tetapi tidak lama, karena dia segera berubah menjadi marah dan penasaran sekali. Si Buta ini sekarang buta tuli, kenapa masih selalu dapat mengelak daripada sambaran pedangnya? Kenapa pedangnya belum juga dapat mengenai sasaran, padahal lawannya itu sama sekali tidak mampu, balas menyerang? Dia menjadi jengkel, sejengkel seorang anak kecil yang selalu gagal menepuk lalat yang gesit dengan tangannya. Lima puluh jurus telah lewat dan jangankan memenggal leher atau menusuk dada, membabat ujung baju saja belum!

Hui Kauw berdiri dengan muka pucat. Ia sudah mengenal kelihaian pedang The Sun dan sebagai seorang yang cerdik, ia pun maklum apa artinya dibunyikan tambur dan gembreng yang amat bising itu. Ia pun maklum akan kelemahan Kun Hong, maka melihat betapa kekasihnya itu berloncatan, terhuyung-huyung, jongkok berdiri dan terus-menerus diserang tanpa mampu membalas, hatinya sudah gelisah bukan main. Untuk menjaga martabat nama Kun Hong sebagai seorang pendekar, betapapun gelisah hatinya, tidak berani ia membantu. Akan tetapi hati kecilnya mengambil keputusan teguh bahwa begitu Kun Hong tewas dalam pertandingan, ia hendak mengamuk dan tidak akan berhenti sebelum iapun roboh binasa di medan laga! Pedang hitam telah terpegang erat-erat di tangannya dan ia siap untuk melompat, menggantikan Kun Hong. Namun ia tetap berdoa semoga kekasihnya itu menang dalam pertandingan yang berat sebelah ini. Kun Hong seakan-akan seorang yang buta tuli, melawan seorang yang begitu tangkas dan dahsyat ilmu pedangnya seperti The Sun.

Namun Kun Hong bukanlah orang dengan kepandaian biasa. Berkat ilmu kesaktian yang dia pelajari adalah ilmu yang amat tinggi, kepandaian itu sudah mendarah daging di tubuhnya, setiap gerakannya adalah otomatis didorong oleh naluri yang bukan sewajarnya. Apalagi setelah dia menemukan ciptaannya terbaru yaitu penggabungan. dari kedua ilmu silat yang dia ambil inti sarinya saja, dia benar-benar telah memiliki ilmu yang sukar dicari keduanya di dunia persilatan. Biarpun dia seakan-akan tuli karena kebisingan suara, namun perasaannya masih menuntunnya dan sambaran pedang lawannya masih tertangkap olehnya sehingga dengan langkah ajaibnya dia dapat menyelamatkan diri sambil mencari kesempatan baik. Sukarnya, The Sun juga seorang yang amat lihai dan cerdik. Orang muda yang menjadi tokoh di kota raja itu pun tidak berani memandang ringan lawannya yang sudah dia ketahui memiliki ilmu silat yang amat luar biasa.

Oleh karena itu, biarpun dia dibantu suara bising yang membuat Kun Hong tidak berdaya, namun dia tidak lengah sedetik pun juga, menyerang terus sambil menutup diri dalam pertahanan yang ketat. Memang dia amat penasaran karena semua serangannya gagal, selalu mengenai tempat kosong, namun dia tidak pernah mengurangi desakannya dan merasa yakin bahwa sewaktu-waktu tentu akan berhasil.

Payah juga Kun Hong yang mencari kesempatan baik tidak juga dapat menemukan kesempatan ini. Diam-diam dia kagum dan memuji kecerdikan lawannya yang masih tetap berhati-hati biarpun sudah menyerang dan mendesak terus. Lain orang tentu akan menjadi sombong dan lengah. Kemudian Pendekar Buta ini mendapatkan akal. Ketika untuk kesekian kalinya pedang The Sun menyambar leher, dia mengelak dengan langkah ajaibnya, akan tetapi sengaja bergerak lambat sehingga ujung pedang itu menyerempet pundaknya. Bajunya robek dan kulitnya terkelupas, darah mengalir. Terdengar Hui Kauw menjerit ketika Kun Hong berteriak kesakitan dan terhuyung-huyung.

Hasil yang dinanti-nanti oleh The Sun ini membuat hatinya girang bukan main. Dia tertawa terkekeh-kekeh dengan nada mengejek sambil mendesak terus menubruk untuk memberi tikaman terakhir ketika dia melihat Kun Hong terhuyung dalam posisi yang buruk sekali. Pedangnya bergerak seperti kilat menyambar, menusuk dada Kun Hong.

"Traaanggggg! Kraaakkkkk!" The Sun menjerit, pedangnya terpental dan patah menjadi dua, tubuhnya terlempar seperti layang-layang putus talinya. Ternyata akal yang dipergunakan Kun Hong berhasil baik sekali. Dengan membiarkan pundaknya terluka dan sedikit darahrnya mengalir, The Sun telah dapat diakali sehingga kegirangan dan untuk beberapa detik mengurangi kewaspadaannya. Ketika menyerang dengan tusukan maut tadi, dia lengah tidak memperhatikan segi pertahanannya sehingga lowongan ini dipergunakan dengan baiknya oleh Kun Hong.

Sambil mengerahkan tenaga, Pendekar Buta ini menangkis pedang, membuat pedang itu patah dua dan tangan kirinya menampar ke arah pundak. Sekali tampar saja tulang pundak The Sun patah dan pemuda itu menderita luka dalam yang mengakibatkan dia roboh dan pingsan!

Kun Hong tidak mau berlaku kepalang tanggung. Tubuhnya sudah menyambar ke depan, tongkatnya bergerak hendak menewaskan The Sun. orang yang amat dibencinya karena telah menyebabkan kematian janda Yo. Akan tetapi pada saat itu terdengar suara menggereng menyeramkan dan tongkatnya terbentur oleh tangkisan tongkat hitam di tangan Hek Lojin. Kiranya kakek ini sudah melompat maju untuk menolong muridnya, kemudian sekaligus bagaikan badai mengamuk kakek ini menerjang Kun Hong.


"Kun Hong, awas.......!" Hui Kauw menjerit ketika melihat betapa tongkat hitam di tangan kakek itu berubah menjadi sinar hitam bergulung-gulung mengancam kepala Si Pendekar Buta. Tanpa diperingatkan, Kun Hong sudah siap dan tahu akan datangnya ancaman bahaya maut. Cepat dia menggunakan tongkatnya menangkis.

Untung baginya bahwa kini suara tambur dan gembreng otomatis berhenti setelah The Sun roboh. Dengan menghilangnya suara bising ini, dia dapat menghadapi Hek Lojin dengan baiknya. Dia maklum bahwa kepandaian kakek ini luar biasa tingginya, maka dia pun segera menggerakkan tongkatnya, mainkan ilmu silat gabungan yang baru saja dia ciptakan di bawah petunjuk Sin-eng-cu Lui Bok.

Tongkat hitam itu menyambar lagi, mendatangkan suara seperti ada angin topan mulai mengamuk. Kun Hong mengangkat tongkatnya menangkis.

"Dukkkkk!!" Dua tenaga mujijat lewat tongkat bertemu tanding. Tubuh berkulit hitam tinggi besar itu tergetar. Kun Hong merasakan tubuhnya kesemutan, maka cepat dia menggunakan langkah ajaib, tubuhnya terhuyung-huyung dan lenyaplah pengaruh benturan tenaga dahsyat tadi, Diam-diam dia kagum dan harus mengakui bahwa kakek hitam itu tidak hanya sombong, melainkan betul-betul hebat.

"Ha-ha-ha-heh-heh-heh, awas kepalamu!" Kakek itu terkekeh dan kembali tongkatnya menyambar. Kun Hong maklum bahwa kalau terus menerus dia mengadu tenaga dia akan kalah oleh kakek sakti ini, maka cepat dia mengelak dan kembali dia telah mempergunakan langkah ajaib. Akan tetapi, kakek itu begitu tongkatnya tidak mengenai sasaran, langsung menerjang dan kini tongkatnya diobat abitkan seperti orang gila mengamuk, gerakan-gerakannya sama sekali tidak menurut aturan ilmu silat! Kun Hong terkejut bukan main ketika telinganya menangkap gerakan-gerakan ilmu berkelahi yang liar dan dahsyat ini. Sukar sekali untuk mengikuti, apalagi menduga perkembangan daripada ilmu silat aneh dan gerakan-gerakannya ada kalanya bahwa bertentangan dengan ilmu silat ini. Gerakan-gerakan kacau balau akan tetapi justru kekacau balauannya itulah yang membuat penyerangan-penyerangannya menjadi hebat, liar, dahsyat dan amat berbahaya, mengingatkan Kun Hong akan gerakan binatang-binatang liar termasuk gerakan-gerakan kim-tiauw! Maka dia pun cepat mengandalkan langkah-langkah ajaib untuk menghadapi serangan ini. Langkah ajaib adalah ilmu langkah dalam persilatan yang tercipta berdasarkan gerak dan langkah rajawali emas, yang tentu saja juga mengandalkan naluri yang tidak ada pada diri manusia, atau andaikata adapun tidak sekuat yang ada pada binatang liar seperti kim-tiauw.

Mereka yang menonton pertandingan itu memandang dengan mata terbelalak dan bengong, malah ada pula di antaranya yang diam-diam menahan ketawa karena merasa geli dan heran. Tidak patut pertempuran ini dikatakan pertempuran antara dua orang tokoh pandai atau jago-jago silat ulung, lebih tepat dikatakan pertempuran antara dua orang yang miring otaknya atau dua orang hutan liar yang tidak tahu akan ilmu berkelahi manusia. Kakek hitam dengan tongkatnya itu mengamuk, memutar-mutar tongkat dan menghantam ke sana ke mari secara ngawur belaka, kadang-kadang bahkan menghantam tempat yang berlawanan dengan adanya si lawan. Ada kalanya dia menghantam ke kiri selagi Kun Hong berada di kanan, menghantam ke belakang selagi lawan berada di depan dan sebaliknya! Batu-batu hancur lebur begitu tersentuh ujung tongkatnya dan debu berhemburan menggelapkan sekelilingnya. Sedangkan Kun Hong berloncat-loncatan, terhuyung-huyung, kadang-kadang jongkok berdiri seperti seorang penari yang terlalu banyak minum arak keras.

Kalau di bawah menjadi agak gelap karena debu berhamburan dari amukan tongkat hitam Hek Lojin, adalah di angkasa gelap pula oleh berkumpulnya awan mendung menghitam. Makih lama menjadi makin gelap keadaannya dan beberapa kali keadaan ini bahkan menarik perhatian orang-orang yang berada di situ, memaksa mereka memandang ke udara yang gelap. Jelas bahwa hujan akan turun membasahi bumi.

Tiba-tiba terdengar bentakan yang nyaring, "Hayo tangkap dulu si pemberontak perempuan!"

Kun Hong kaget dan gelisah sekali. Itulah suara The Sun. Kiranya pemuda ini sudah sadar dari pingsannya dan melihat betapa Kun Hong sedang didesak secara gencar oleh gurunya dia cepat mengeluarkan aba-aba karena dia maklum bahwa sekali Hui Kauw ditawan, Kun Hong tentu akan tunduk. Memang cerdik sekali The Sun, biarpun dia sendiri terluka berat, namun kecerdikannya ini berhasil membuat Kun Hong gelisah.

Hui Kauw juga memiliki ilmu silat tinggi, maka ia dapat mengerti akan kegelisahan Kun Hong yang kelihatan dari gerakannya, maka sambil melintangkan pedang hitam di depan dada ia berseru, "Kun Hong, jangan khawatir, aku dapat menjaga diri, berjuang sampai mati!"

Kata-kata "berjuang sampai mati" ini menambah besar semangat Kun Hong. Dia tersenyum. Ternyata gadis itu benar-benar telah mengambil keputusan nekat untuk melawan dan mati bersama dia di tempat ini. Tidak! Tidak boleh! Hui Kauw harus diselamatkan dan untuk itu dia pun harus hidup, harus menang. Pikiran ini mendatangkan semangat baru yang hebat. Tongkatnya bergerak hidup dan sinar merah tahu-tahu telah menutup dan melingkari sinar hitam yang menjadi makin ciut. Dengan ilmunya yang baru, Kun Hong ternyata berhasil menjinakkan keliaran tongkat lawannya dan sekarang sebaliknya Hek Lojin yang menjadi kaget setengah mati. Dia masih berusaha mengerahkan seluruh kepandaian untuk lolos keluar dari "ikatan" sinar merah, namun sia-sia belaka, ke mana pun dia bergerak, ujung tongkat Pendekar Buta ini selalu mengikuti dan mengancamnya. Dia tahu bahwa sekali dia kena disentuh, akan celakalah dia. Maka dengan nekat pula dia menggereng-gereng seperti singa, lalu sambil memutar tongkatnya cepat-cepat yang dilepaskan tiba-tiba sehingga tongkat itu berputaran sendiri menerjang Kun Hong, kedua tangannya yang kini bebas itu berbareng mengirim pukulan dengan tenaga sakti sepenuhnya, susul menyusul cepat sekali!

Inilah serangan kilat dan maut yang luar biasa hebatnya. Si kakek iblis Song-bun-kwi sendiri tidak kuat menerima pukulan-pukulan Hek Lojin dan sekarang dia menggunakan pukulan-pukulan maut ini kepada Kun Hong. Tentu saja Kun Hong kaget ketika mendengar betapa tongkat yang dilontarkan itu berputaran menyambar. Sekali sampok tongkat itu melayang dan menyeleweng, akan tetapi kini dia menghadapi dua pukulan tangan yang tidak kalah bahayanya daripada sambaran tongkat hitam tadi. Maklum bahwa untuk menghadapi serangan dahsyat ini amatlah sukar dan berbahaya, Kun Hong memekik dan tahu-tahu dia sudah menggunakan jurus Sakit Hati yang dimasukkan pula ke dalam ilmu silatnya yang baru. Tongkat berkelebat menjadi sinar merah, tangan kiri menampar dengan pengerahan tenaga yang mengeluarkan uap putih.

"Crakkk....... desssss!" Tubuh Kun Hong terlempar ke belakang sampai lima meter lebih, akan tetapi dia jatuh dalam keadaan berdiri dan tongkatnya masih berada di tangan, hanya mukanya agak pucat dan napasnya terengah. Hui Kauw cepat berlari menghampirinya, menyentuh lengannya dan suaranya menggetar,

"Kun Hong, kau....... terluka.......??" Kun Hong mencoba senyum, menggeleng kepala dan menjawab lirih. "Hui Kauw, kau lihat dia....... hati-hatilah, dia hebat......."

Karena tadi perhatian Hui Kauw seluruhnya tertuju kepada Kun Hong, maka ia tidak memperhatikan orang lain. Kini melihat bahwa keadaan Kun Hong tidak berbahaya, ia menengok dan alangkah bangga dan girang hatinya ketika melihat bahwa ternyata keadaan kakek hitam itu lebih parah lagi. Kakek ini berdiri tegak memandang ke arah lengan kirinya yang sudah buntung! Ternyata tadi bahwa tangan kiri itu tidak dapat dicegah lagi terbabat oleh pedang Ang-hong-kiam yang tersembunyi ke dalam tongkat, sedangkan tangan kanan kakek itu beradu dengan tangan kiri Kun Hong. Saking tajamnya Ang-hong-kiam dan saking hebatnya jurus yang dijalankan oleh Kun Hong, lengan kiri itu terbabat putus sampai sebatas siku tanpa terasa nyeri sama sekali. Dan dalam pertemuan tenaga tadi, tenaga mujijat dan mengandung hawa ilmu hitam dari kakek itu benar-benar memperlihatkan keampuhannya, karena Kun Hong terlempar dan biarpun tidak berbahaya, telah menderita luka dalam.

"Jahanam, kau berani melukai suhu?" Terdengar The Sun berseru keras dan tubuhnya melesat ke depan. Kiranya The Sun yahg biasanya cerdik itu kini tidak dapat menahan kemarahannya dan tadi dia telah mendapatkan sebuah pedang lain. Biarpun tulang pundak kanannya patah, namun dengan tangan kiri dia sekarang menerjang maju, tapi curangnya, bukan Kun Hong yang dia serang, melainkan Hui Kauw! Hebat bukan main penyerangan ini, karena didorong nafsu membunuh.

Hui Kauw cepat menangkis dengan pedang hitamnya, namun tangannya tergetar oleh benturan pedang itu dan sebelum ia sempat membalas, kembali pedang di tangan The Sun sudah menyambar. Memang menghadapi The Sun, gadis ini masih kalah setingkat, apalagi ia baru saja mengalami getaran batin yang membuat seluruh anggauta tubuhnya lemah. Beberapa kali ia berhasil menangkis, namun pada jurus selanjutnya, ketika ia menangkis sebuah bacokan, pedang The Sun menyelinap dan hendak memasuki bawah lengannya. Hui Kauw membalikkan pedang ke bawah, namun terlambat dan ujung pedang The Sun berhasil menggurat lengan. Hampir saja ia mengalami cidera kalau saja guratan itu mengenai urat nadinya. Untung bahwa guratan itu memanjang, hanya merobek kulit melukai daging. Namun cukup untuk membuat lengannya lemah sehingga sebuah benturan pedang lawan lagi cukup membuat pedang hitamnya terlepas.
"Pergi.......!" terdengar Kun Hong berseru dan....... tubuh The Sun terlempar ke arah gurunya. Kiranya tadi Kun Hong yang maju dan mengirim tendangan kilat yang tak tertahankan oleh The Sun.

Agaknya baru sekarang Hek Lojin sadar bahwa lengan kirinya benar-benar telah buntung. Dia memekik tinggi, memungut lengan yang buntung, melengking-lengking dan melihat tubuh muridnya melayang, dia cepat menangkap dengan sambaran tangan kanan, lalu dia berlari secepat terbang pergi dari situ tanpa memperdulikan tongkat hitamnya lagi. Dari jauh terdengar suara pekiknya, entah tertawa entah menangis, amat menyeramkan. Memang Hek Lojin orangnya licik. Terbukti ketika dia melawan Song-bun-kwi karena mengira bahwa Song-bun-kwi memiliki kepandaian yang melebihi dirinya, dia mengundurkan diri mencari selamat. Kinipun, melihat lengan kirinya buntung dan muridnya terluka, tahulah dia bahwa keadaannya tidak menguntungkan. Andaikata Kun Hong berhasil dikalahkan, tentu bukanlah oleh dia atau muridnya dan hal ini hanya akan merendahkan namanya belaka. Oleh karena itu, jalan satu-satunya yang dia anggap paling baik adalah....... kabur!

Gegerlah di tempat itu setelah Hek Lojin membawa The Sun kabur. Terutama fihak jagoan-jagoan dari istana menjadi marah bukan main kepada Kun Hong dan serentak mereka maju, juga Ka Chong Hoatsu, Ang-hwa Sam-ci-moi dan Souw Bu Lai sudah mencabut senjata masing-masing. Hanya Bhok Hwesio dari fihak istana yang masih tenang berdiri di tempatnya. Hwesio ini sebagai tokoh dari Siauw-lim sama sekali tidak sudi kalau harus mengeroyok seorang lawan yang masih muda dan buta lagi.

Sementara itu Kun Hong maklum bahwa lawan yang banyak sudah mulai bergerak hendak mengeroyoknya. Dia sendiri masih belum terbebas daripada pengaruh benturan tenaga dengan Hek Lojin yang sakti, masih terasa sakit pada pangkal lengannya. Dia tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri, akan tetapi bagaimana ia akan dapat melindungi Hui Kauw kalau dia dikeroyok oleh banyak orang pandai? Kalau Hui Kauw sampai terjatuh ke tangan mereka, apa artinya semua perlawanannya? Tiba-tiba sebuah akal berkelebat dalam benaknya dan secepatitu pula tubuhnya melompat ke belakang Hui Kauw. Sambil menempelkan tangan kepada tengkuk gadis itu dia berbisik,

"Hui Kauw, kau jadilah mataku........ kau pergunakan matamu memandang mereka, antara kedua mata mereka, pandang tajam dan pergunakan tenaga yang kusalurkan kepadamu, dengar kata-kataku dan perkuat kata-kata itu dalam hati dan pikiranmu....... tak usah bingung, kau menurut saja, barangkali ini akan menolong kita......."

Hui Kauw tadinya bingung dan semua bulu di tubuhnya berdiri ketika ia merasa telapak tangan yang hangat dari Kun Hong menempel di tengkuknya dan mengirim getaran-getaran kuat ke dalam tubuhnya. Makin lama gelombang hawa yang menggetar-getar itu makin kuat, begitu kuatnya sehingga tak terasa tergetar lagi seakan-akan sudah terbuka jalan saluran hawa sakti itu dari tubuh Kun Hong ke dalam tubuhnya. Ia merasa betapa dadanya seakan-akan penuh hawa yang panas dan bergerak-gerak lalu teringat akan pesan Kun Hong tadi, maka ia segera pusatkan perhatiannya untuk mengerahkan tenaga sakti ini melalui matanya yang memandang tajam ke depan.

Sementara itu, para jagoan istana dan Ching-coa-to berhenti bergerak karena heran dan sangsi menyaksikan tingkah laku Kun Hong yang kini merangkul Hui Kauw sambil menempelkan tangan di tengkuk gadis itu. Apa kehendak si buta itu? Mereka ragu-ragu dan curiga.

"Dengarlah kata-kataku!" Kun Hong mulai bicara, suaranya tenang, dalam, lambat-lambat dan amat berpengaruh. "Kalian adalah tokoh-tokoh kang-ouw yang bernama besar. Tentu kalian tidak sudi dan malu untuk bertempur dengan mengeroyok, hal ini akan merendahkan nama kalian, dan akan menghancurkan nama besar yang bertahun-tahun kalian pupuk dengan perbuatan-perbuatan gagah berani. Aku Kwa Kun Hong tidak bermaksud memusuhi kalian, hanya hendak menolong nona Hui Kauw pergi dari sini. Sebagai orang-orang kang-ouw yang gagah, kalian seharusnya membiarkan kami berdua pergi dengan aman,"

Ketika Kun Hong bicara itu, Hui Kauw mentaati perintah Kun Hong tadi, sambil menyalurkan hawa yang memenuhi dada melalui mata, ia pergunakan sepasang matanya memandang para lawan itu seorang demi seorang, menatap tajam di antara kedua mata mereka. Dan karena Kun Hong sengaja menyembunyikan mukanya di belakang kepala Hui Kauw, mau tidak mau mereka itu terpaksa bertemu pandang dengan Hui Kauw.

Akibatnya aneh! Mereka itu saling pandang, tersenyum malu-malu dan seperti berlomba mereka lalu melangkah mundur seperti hendak memberi jalan kepada Kun Hong dan Hui Kauw untuk pergi dengan aman! Sebetulnya hal ini sama sekali tidak aneh. Karena matanya sudah buta, tentu saja Kun Hong tidak dapat lagi menggunakan ilmu sihir yang dahulu dia pelajari dari Sin-eng-cu Lui Bok. Akan tetapi karena dia masih memiliki ilmu itu, tenaga batinnya masih amat kuat, bahkan lebih kuat daripada dahulu, biarpun dengan cara "meminjam" mata Hui Kauw pengaruh sihirnya menjadi lemah karena gadis itu tidak dapat dengan tepat mempergunakannya, namun ternyata masih ada hasilnya juga. Hal ini adalah karena apa yang dia ucapkan adalah hal yang menyinggung kehormatan dan perasaan orang-orang gagah di situ. Tanpa menggunakan tenaga batin sekalipun, ucapan itu akan membuat mereka bermerah muka, apalagi sekarang disertai tenaga batin yang kuat, maka otomatis, di luar kesadaran mereka sendiri, mereka itu serta merta memenuhi permintaan Kun Hong itu tanpa dipikir lagi!

1   ...   52   53   54   55   56   57   58   59   60


Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©atelim.com 2016
rəhbərliyinə müraciət