Ana səhifə

Pendekar Buta Kho Ping Hoo


Yüklə 1.46 Mb.
səhifə11/60
tarix24.06.2016
ölçüsü1.46 Mb.
1   ...   7   8   9   10   11   12   13   14   ...   60

Kun Hong dan Loan Ki terkejut, cepat membalikkan tubuh. Kun Hong memasang telinga memperhatikan tapi tidak mendengar suara apa-apa. "Apa yang kau lihat, Ki-moi? Siapa yang datang dari telaga?" bisiknya.

Loan Ki membelalakkan mata memandang. Cuaca sudah mulai gelap, akan tetapi ia dapat melihat datangnya sebuah perahu besar berlayar kuning dengan cepat menuju pantai. Ia kaget sekali dan mengira bahwa suara tadi ditujukan kepada mereka. Mungkinkah dari jarak yang begitu jauh orang di dalam perahu itu dapat melihat mereka? Ia menarik tangan Kun Hong diajak menyelinap bersembunyi di balik rumpun pohon kembang.

"Ki-moi, apakah ada perahu datang?" Sekali lagi Loan Ki heran dan kagum. Jalan pikiran Kun Hong benar-benar tajam dan cerdik biarpun pemuda ini tak dapat melihat lagi. Memang sesungguhnya Kun Hong cerdik. Kalau ada orang atau apa saja berada di darat di sekitar tempat itu yang terlihat oleh Loan Ki, tentu akan dapat ditangkap oleh telinga atau hidungnya. Terang bahwa Loan Ki melihat sesuatu, dan karena tidak mendengar apa-apa, maka dapat dia menduga bahwa suara orang tadi tentulah datang dari perahu.

"Perahu besar......." kata Loan Ki, "berlayar kuning....... ada lima orang laki-laki berpakaian hijau di atasperahu, memegang tongkat....... eh, seperti suling. Perahu sudah minggir, Hong-ko....... kulihat benda-benda panjang kecil meloncat ke air, ke darat, seperti ranting-ranting kayu panjang....... heiii, benda-benda itu bergerak....... ohh, Hong-ko. Ular! Ular-ular besar kecil, banyak sekali, puluhan....... ah, ratusan mungkin ribuan. Dan lima orang itu berjalan di belakang mereka. Apa itu.......? Ah, mereka....... mereka agaknya menggembala ular-ular itu!"

Kun Hong miringkan kepala, hidungnya mengembang-kempis. "Ki-moi, lihat baik-baik. Apakah di antara mereka terdapat seorang tua bongkok yang bercacat, telinga kiri dan lengan kiri buntung, mata kiri buta, dan mulutnya lebar seperti robek?"

"Tidak ada, Hong-ko. Tapi....... tapi ular-ular itu menuju ke sini, Hong-ko. Celaka, mari kita lari menjauhi mereka!" Loan Ki memegang tangan kiri Kun Hong dan menariknya lari dari situ, memasuki hutan. Tangan gadis itu agak dingin, tanda bahwa ia merasa ngeri sekali.

Siapa tidak akan merasa ngeri kalau melihat ular-ular yang amat banyak itu bergerak-gerak maju seperti mengejar, dengan baunya yang amat amis? Apalagi tak lama kemudian terdengar seorang di antara lima "penggembala ular" itu berteriak keras.

"Heeiii, seekor peliharaan kita mati dengan kepala hancur di sini! Wah, ini tentu perbuatan orang. Hayo kita cari!"

"Jangan-jangan perahu kecil tadi yang membawa orang asing datang ke sini," kata suara lain.

"Ular ini baru saja bertemu musuh, tubuhnya masih berkelojotan. Tentu pembunuhnya belum pergi jauh. Hayo kejar, pergunakan anak-anak kita!" kata suara pertama bernada memimpin. Lalu terdengar suara suling yang ditiup secara aneh sekali.

Mendengar ini, Kun Hong berkata perlahan. "Hemm, kiranya benar ular-ular terpelihara. Jangan-jangan dia di belakang ini semua."

"Dia siapa, Hong-ko?"

Kun Hong memegang lengan gadis itu dan berkata, suaranya sungguh-sungguh,

"Ki-moi, kalau benar dugaanku, kita benar-benar telah berada di tempat yang amat berbahaya. Terang bahwa suling itu bersuara untuk memberi aba-aba kepada ular-ular itu untuk mengejar kita. Heii, awas!" Tiba-tiba Kun Hong menggerakkan tongkatnya ke kanan dua kali dan ketika-Loan Ki menoleh....... kiranya dua ekor ular sebesar paha telah putus lehernya. Darahnya menyembur-nyembur dan tubuh ular yang empat lima meter panjangnya itu berkelojotan, saling belit! Dengan hati penuh ketegangan, Loan Ki lalu menarik tangan Kun Hong dan mengajak pemuda itu lari lebih cepat lagi.

"Wah, suara suling itu malah memberi perintah kepada semua ular yang berada di tempat ini," kata Kun Hong. "Hati-hati, Ki-moi!"

Benar saja dugaan Kun Hong, karena beberapa kali mereka diserang ular-ular besar kecil, Loan Xi menggunakan pedangnya membunuh beberapa ekor ular yang, rnenghadang di depan, juga Kun Hong selalu menggunakan tongkatnya untuk membunuh ular-ular yang hendak mengganggu. Mereka tidak pernah berhenti, terus berlari ke depan dan akhirnya mereka keluar dari hutan itu. Jalan mulai memburuk, penuh batu karang dan kiranya di situ terdapat pegunungan batu karang yang sukar dilalui. Karena tidak mengenal jalan kedua orang itu terpaksa maju terus dan sementara itu, cuaca sudah mulai gelap, senja telah lewat terganti datangnya malam. Suara ular-ular yang mendesis-desis beserta para penggembala yang berteriak-teriak sudah tak terdengar lagi. Dua orang itu mendaki gunung kecil.

"Kita harus mencari tempat sembunyi yang aman," kata Loan Ki. "Dengan adanya ular-ular itu, tak mungkin kita bergerak di waktu malam gelap."

Kun Hong menghela napas. Jalan itu benar sukar dan andaikata dia tidak dituntun oleh Loan Ki, tentu akan amat lambat dia dapat maju mencari jalan.

"Siapa kira, karena kau ingin melihat tontonan lucu, akhirnya menjadi tidak lucu. Kita menjadi buronan di pulau orang. Baiknya besok kita segera kembali saja ke daratan sana."

"Hong-ko, bukankah pengalaman kita tadi cukup hebat, menegangkan dan lucu? Mungkin besok kita bertemu dengan pengalaman yang lebih lucu dan hebat lagi siapa tahu? Sementara ini, kita masih selamat. Nah, itu di depan kulihat banyak lubang-lubang besar di dinding karang, tentu ada gua yang dapat kita pakai tempat bersembunyi."

Mereka mempercepat pendakian yang sukar itu. Baiknya Loan Ki memiliki ginkang yang cukup tinggi sehingga Kun Hong dapat mengikutinya dengan baik, tanpa mengkhawatirkan keadaan temannya itu. Akhirnya telah sampai di dekat dinding karang yang banyak berlubang merupakan gua-gua besar, jalannya menjadi rata.

Tiba-tiba terdengar bentakan dari depan, "Siapa berani masuk Ching-coa-to tanpa ijin? Benar-benar sudah bosan hidup!" Dan muncullah seorang laki-laki pendek yang bersenjata ruyung baja. Tanpa banyak cakap lagi laki-laki itu segera menerjang maju sambil mengerahkan ruyungnya. Loan Ki marah dan dengan pedang di tangan ia memapaki. Ketika ruyung menyambar ke arah kepalanya, gadis itu meliukkan tubuh ke kiri tanpa menunda terjangannya. Sambil miring ke kiri pedangnya menyambar secepat kilat. Orang itu berteriak kaget, akan tetapi masih sempat membuang diri ke kiri sambil membabatkan ruyungnya. Dia terhindar dari bahaya, akan tetapi keringat dingin membasahi dahinya. Tak dia sangka bahwa gadis remaja itu demikian hebat ilmu pedangnya.

Gerakan Loan Ki yang sekali gebrakan saja sudah hampir dapat merobohkan lawan, membuat lawannya ragu-ragu untuk menyerang lagi. Dia bersuit keras dan terdengar suitan-suitan dari beberapa penjuru. Loan Ki terkejut, maklum bahwa mereka berdua telah terkepung. Akan tetapi Kun Hong lebih cepat lagi. Sekali bergerak pemuda buta itu sudah melompat ke arah si pendek. Dalam keadaan remang-remang itu si pemegang ruyung tidak tahu bahwa yang melompatinya adalah seorang buta. Dia kaget dan menghantamkan ruyungnya, akan tetapi tiba-tiba dia jatuh lemas dan ruyungnya terlempar entah ke mana. Tanpa dia ketahui bagaimana caranya, dia telah roboh tertotok dan lemas tak dapat bergerak maupun bersuara lagi!

"Ki-moi, lekas, cari tempat sembunyi.......!" kata Kun Hong yang tidak menghendaki terjadinya pertempuran di tempat itu. Dia benar-benar merasa tidak enak sekali telah mengganggu tempat orang dan menimbulkan keonaran.

Loan Ki adalah seorang dara remaja yang tidak pernah mengenal artinya takut dalam menghadapi lawan dalam pertempuran, maka sekarang pun biar ia tahu telah dikurung musuh, ia tidak merasa gentar. Akan tetapi karena ia sudah mulai mengenal watak temannya yang buta dan aneh, kini ia maklum pula bahwa Kun Hong tidak suka menghadapi pertempuran dengan orang-orang yang sebetulnya memang tidak mempunyai urusan apa-apa dengan mereka berdua. Maka ia lalu menggandeng tangan Kun Hong, diajak lari kembali menuruni puncak. Akan tetapi tiba-tiba ia bergidik, terdengar suara mendesis-desis dan dari bawah puncak merayap ular-ular tadi bersama penggembala-penggembalanya yang bersuit-suit. Lawan manusia biasa Loan Ki takkan undur, akan tetapi menghadapi ular-ular itu ia benar-benar merasa jijik dan ngeri. Ia cepat mengajak Kun Hong naik ke puncak lagi dan sekarang di depan mereka sudah muncul dua orang laki-laki yang memegang golok. Tanpa banyak tanya dua orang laki-laki itu segera menerjang mereka karena baru saja mereka melihat seorang kawan mereka rebah tak bergerak dan mereka kira sudah tewas.

Juga kali ini Kun Hong yang cepat bergerak. Bagaikan seekor burung rajawali sakti dia melayang ke arah dua orang itu. Dua buah golok berkelebat menyambar ke arah tubuhnya, akan tetapi golok-golok itu segera terlempar jauh dan dua orang itu memekik lemah terus roboh tak berkutik!

"Kau hebat, Hong-ko.......!" Loan Ki memuji dengan kagum sekali. Ia sendiri mewarisi Ilmu Silat Sian-li-kun-hoat yang terkenal amat indah gerakan-gerakannya, akan tetapi menyaksikan gerakan Kun Hong tadi ia benar-benar merasa kagum. Akan tetapi yang dipujinya sama sekali tidak memperdulikan, malah membentak,

"Hayo lekas cari tempat sembunyi, Ki-moi!"

Loan Ki kembali menarik tangan Kun Hong dan berlari ke arah dinding batu karang. Dari sebelah kanan dan kiri terdengar bentakan-bentakan orang, juga dari belakang. Gadis itu melihat banyak lubang-lubang pada dinding itu, lalu menarik Kun Hong masuk ke dalam sebuah lubang yang cukup besar untuk dimasuki orang sambil merangkak. Karena didorong oleh Loan Ki, Kun Hong masuk dulu, merangkak seperti seekor tikus memasuki lubangnya, kemudian disusul oleh Loan Ki.

Lubang itu kurang lebih lima meter dalamnya, terus ke dalam, kemudian menukik ke bawah. Kun Hong berhenti merangkak ketika tangan dan kakinya meraba lubang yang menukik ke bawah.
"Terus, Hong-ko........ terus. Mereka sudah sampai ke sini......." bisik Loan Ki di belakang pemuda buta itu.

"Tak dapat terus, lubangnya menukik ke bawah......." jawab Kun Hong.

"....... kau mepetlah, Hong-ko, biarkan aku lewat dan memeriksa di depan ......."

Karena merasa bahwa dia adalah seorang buta, lupa bahwa di dalam keadaan gelap pekat seperti itu sebetulnya dia tidak lebih buta daripada Loan Ki sendiri. Kun Hong lalu berbaring mepet untuk memberi jalan kepada gadis itu yang hendak melewatinya. Lubang itu tidak besar maka ketika Loan Ki merayap melewatinya, dua orang itu berhimpitan di dalam lubang. Kun Hong merasa tak enak sekali, jengah dan berdebar hatinya. Baiknya mereka berdua adalah orang-orang yang telah memiliki kepandaian tinggi sehingga dengan Ilmu Sia-kut-kang (ilmu Melemaskan Tulang) mereka berhasil bersimpang di lubang yang sempit itu. Loan Ki agaknya juga merasakan apa yang dirasai Kun Hong, buktinya gadis yang biasanya jenaka gembira itu kali ini tidak membuka suara kecuali "ah-uh" seperti orang kepanasan. Dengan hati-hati gadis itu merangkak ke depan sampai tiba di tempat yang menukik ke bawah.

"Agak lebar di bawah, Hong-ko. Seperti sumur ..........."

"Memang, karena kita tidak tahu bagaimana dasarnya, tak mungkin turun ke bawah ......."

Pada saat itu dari luar lubang terdengar suara mendesis-desis, disusul suara seorang laki-laki yang parau, "Anak-anak, hayo masuk kandang, jangan berkeliaran lagi, besok kalian harus membantu mencari dua orang musuh itu."

Disusul lagi suara yang tinggi, "Heran, ke mana larinya dua orang tadi? Mereka itu manusia atau setan? He, Lao Siong, apakah sudah dilaporkan kepada toa-nio?"

"Tentu sudah." Lalu mereka bercakap-cakap akan tetapi sambil menjauhi mulut lubang sehingga Kun Hong dan Loan Ki tak dapat mendengar lagi apa yang mereka bicarakan.

Akan tetapi betapa kaget hati dua orang itu ketika terdengar suara mendesis-desis dari arah belakang disusul bau yang amat amis. Kiranya lubang pada dinding batu itu adalah sarang-sarang ular atau dijadikan "kandang" untuk ular-ular itu!

"Celaka, ular-ular itu masuk ke sini.......!" Kun Hong yang berada di belakang berkata perlahan. Dia cukup tabah dan tenang, akan tetapi dalam keadaan seperti itu, tentu saja dia merasa ngeri juga.

"Lekas, Hong-ko, di belakangmu ada batu yang kuseret masuk tadi. Kau pergunakan itu untuk menutup lubang yang paling sempit dan....... hei, aduh, waahh....... bungkusanku jatuh ke dalam sumur, Hong-ko."

Kun Hong mendengar suara barang berat jatuh. Dengan pendengarannya yang tajam dia mendapat kenyataan yang menggirangkan hatinya. Lubang itu ternyata dasarnya tidak keras, juga tidak begitu dalam. Hal ini tentu saja dapat dia ketahui ketika buntalan pakaian dan mahkota yang dibawa gadis itu terjatuh ke bawah. Akan tetapi pada saat itu dia sibuk mendorong batu besar untuk menutupi lubang. Tentu saja tidak tertutup rapat, akan tetapi lumayan untuk menahan membanjirnya ular-ular itu ke dalam.

Setelah itu dia segera berkata, "Ki-moi, mari kita masuk saja ke dalam sumur itu. Tempatnya tidak dalam dan dasarnya mungkin tanah tidak keras."

"Bagaimana kau bisa tahu?" Bisik Loan Ki meragu.

"Buntalanmu tadi melayang ke bawah tidak terlalu lama, juga suaranya ketika menimpa dasar sumur menyatakan bahwa dasar itu tidak keras. Tapi tunggu, biar aku yang melompat masuk lebih dulu. Kau mepetlah!"

Seperti tadi, dua orang itu kembali berhimpitan untuk dapat bertukar tempat, kini Kun Hong di depan dan gadis itu di belakangnya. Akan tetapi karena perasaan mereka terlampau tegang, mereka tidak merasakan lagi kecanggungan seperti tadi. "Ki-moi, membaliklah ke belakang dan siap dengan pedangmu kalau-kalau ada ular menerobos masuk. Aku akan meluncur ke bawah dulu!"

Loan Ki mendengar suara perlahan lalu disusul suara Kun Hong dari bawah,

"Ki-moi, lekas kau turun. Tidak begitu dalam di sini dan aku akan membantumu jangan takut!"

Loan Ki merangkak mundur, ketika kakinya menyentuh sumur, hatinya berdebar juga. Siapa orangnya takkan merasa ngeri kalau harus masuk ke dalam sumur yang begitu gelap? Akan tetapi adanya Kun Hong di dalam sumur itu membesarkan hatinya dan tanpa ragu-ragu lagi ia melorot turun sambil mengerahkan ginkangnya ketika tubuhnya melayang ke bawah. Ia memegang pedangnya tinggi-tinggi dan kedua kakinya sudah siap untuk menyentuh tanah di dasar sumur. Akan tetapi tiba-tiba dua buah lengan yang kuat dan cekatan menerima tubuhnya, lalu menurunkannya ke atas tanah. Kembali ia kagum akan kehebatan Kun Hong.

"Hong-ko, sumur ini dalam juga, sedikitnya tiga kali tinggi orang. Bagaimana kita akan dapat keluar dari sini?" Loan Ki dalam gelap meraba ke sana ke mari dan hatinya kecut ketika mendapat kenyataan bahwa sumur ini pun tidak lebar, hanya cukup mereka berdua berdiri. Tak mungkin meloncat ke luar dari tempat sesempit ini.

"Jangan khawatir, aku akan dapat merayap naik," kata Kun Hong tenang.


"Ini buntalanmu, baru kuingat bahwa kau membawa mahkota kuno itu. Ah, jangan-jangan rusak mahkota itu ketika jatuh."

Loan Ki menerima buntalan itu dan mengikatnya di punggung. Untuk melakukan ini saja beberapa kali tangan dan sikunya menyentuh dada Kun Hong, begitu sempitnya tempat itu. Hawanya juga panas bukan main. Sumur itu dindingnya adalah batu karang, hanya dasarnya saja tanah lunak. Karena tidak ada hawa, atau kalau ada pun amat sedikit masuk dari lubang yang kini hampir tertutup rapat oleh batu tadi, di situ amat panasnya. Apalagi hawa yang masuk telah membawa bau amis dari ular-ular yang memenuhi lubang di sebelah luar, maka pernapasan mereka sesak dan sebentar saja Loan Ki menjadi pusing.

Makin lama hawa makin panas. Loan Ki dan Kun Hong biarpun memiliki hawa murni dan Iweekang yang kuat, tetap saja menderita hebat dan tubuh mereka telah penuh keringat. Pakaian mereka basah semua.

"Aduh....... Hong-ko, napasku sesak, aku muak........ tak kuat bertahan. Kita harus keluar dari neraka ini......." keluh Loan Ki.

Kun Hong bingung. "Bagaimana mungkin, Ki-moi? Kalau kita naik, tentu akan bertemu ular-ular itu di dalam lubang jalan ke luar. Menghadapi ular-ular itu memang bisa kita tanggulangi, akan tetapi kau dalam gelap.......ah, dan siapa tahu orang-orang itu masih menjaga di luar. Kau harus dapat bertahan, mungkin besuk pagi-pagi mereka dan ular-ular itu akan ke luar dari lubang dan kita dapat menerobos ke luar kalau memang ada jalan lain. Setidaknya kalau cuaca terang, kau bisa melihat. Bergerak di malam hari, kita sama-sama buta, tentu payah."

"Tapi....... aduh, panas dan sesak, Hong-ko......." Gadis itu betul-betul payah dan kini menyandarkan kepalanya yang terasa pusing berputar-putar itu kepada tubuh Kun Hong. Dahi gadis itu ternyata sudah basah semua oleh keringat dan tubuhnya panas sekali. Diam-diam Kun Hong terkejut. Kiranya Iweekang gadis ini belum begitu tinggi tingkatnya dan terang takkan dapat menahan. Dia lalu berusaha untuk berkelakar.

"Wah, kita basah oleh keringat, Ki-moi. Celakanya, keringatku tentu berbau tak enak dan kuingat kau paling tidak kuat kalau mencium bau keringat, seperti ketika kau dikeroyok tempo hari. Jangan-jangan keringatku yang membuat kau muak dan pusing."

Kun Hong sengaja berkelakar untuk membangkitkan kegembiraan dan kejenakaan gadis ini sehingga berkurang penderitaan itu. Akan tetapi dia gagal karena dengan lemah Loan Ki menjawab, "Tidak, keringatmu tidak bau, Hong-ko....... tapi ular-ular itu....... ah, ngeri aku......." dan gadis itu tiba-tiba saja menangis!

"Lho, kenapa menangis? Adik Loan Ki, jangan bilang bahwa kau takut.......!"

"....... tidak! Tidak takut...... kalau ular-ular itu masuk ke sini, kita akan dimakan habis....... ihhh, dan semua ini kesalahanku yang membawamu ke sini."


Kun Hong mendekap kepala di dadanya sambil mengelus rambut yang halus basah itu dengan sikap menghibur, malah dia memaksa diri tertawa. "Ah, kau aneh-aneh saja. Ular-ular itu takkan berani menjatuhkan diri ke dalam lubang, juga tidak akan dapat merayap turun, Andaikata ada yang berani, sekali pukul juga akan remuk kepalanya. Takut apa? Tentang datang ke sini....... eh, aku sendiri pun ingin melihat badut-badut itu dihukum!"

Biarpun lemah dan pusing, bangkit juga kegembiraan Loan Ki mendengar ini dan ia berbisik, ".... kau ..... melihat??"

"Aha, sampai lupa aku bahwa aku sudah buta. Bukan melihat dengan mataku, tapi aku kan bisa meminjam matamu. Kau yang melihat dan kau ceritakan kepadaku, bukankah sama saja .......?"

Loan Ki dapat juga tertawa. "....... Hong-ko, kau....... baik sekali ......."

Tiba-tiba terdengar suara mendesis-desis di atas. Loan Ki merenggutkan kepalanya dan tubuhnya menegang. "Celaka....... mereka turun....... ular-ular itu......." katanya dengan suara mengandung kengerian.

Bau amis makin menghebat, hawa panas pun tak tertahankan lagi oleh Loan Ki. Ia melepaskan buntalan pakaian dan mahkota yang membikin tubuhnya lebih panas lagi. Buntalan itu ia lemparkan begitu saja di atas tanah dan ia bersiap-siap untuk menghadapi perjuangan mati hidup melawan ular-ular itu. Buntalan jatuh dan menggelinding di atas tanah, ikatannya terbuka dan tiba-tiba saja keadaan yang amat gelap pekat itu berubah. Ada cahaya yang membuat kegelapan itu berubah remang-remang.

"Hong-ko! Aku bisa melihat! Eh, sekarang tidak segelap tadi...... heeiii, Hong-ko, kiranya mahkota itu yang mengeluarkan cahaya!" Suara Loan Ki bersemangat kembali, ia membungkuk, mengambil mahkota itu dan berseru, "Betul, Hong-ko, ada tiga batu permata di bagian depan mahkota ini yang mengeluarkan cahaya. Nah, begini baru enak hatiku, bisa melihat kalau ada ular menyerangku!" Suara gadis itu mulai gembira.

Kun Hong dengan pendengarannya dapat menangkap hal yang lebih menggembirakan hatinya lagi. Dia tahu sekarang bahwa kelemahan dan kepusingan gadis itu tadi sebagian besar adalah pengaruh dari rasa ngeri di dalam kegelapan sehingga mengakibatkan pusing. Selain ini, dengan girang dia mendengar betapa suara mendesis-desis di atas tadi tiba-tiba saja lenyap dan bau amis tidak begitu hebat lagi, tanda bahwa ular-ular itu takut kepada batu-batu permata yang mengeluarkan cahaya. Dia dahulu pernah mendengar dongeng kakek Song-bun-kwi di puncak Thai-san bahwa di dunia ini memang banyak terdapat benda-benda mujijat dan aneh, di antaranya batu-batu mutiara yang disebut Ya-beng-cu. Mutiara Ya-beng-cu ini mengeluarkan cahaya di tempat gelap dan selain itu, juga ditakuti oleh sebagian besar binatang-binatang buas.

"Wah, agaknya Thian Yang Maha Kuasa sengaja menolong kita, Ki-moi. Kalau tidak salah, batu permata di mahkota itu adalah mutiara-mutiara Ya-beng-cu dan aku pernah mendengar bahwa binatang-binatang takut kepada sinarnya. Sekarang kau bersiaplah, kita harus keluar dari tempat ini!

"Keluar?" Loan Ki kaget. "Bukankah amat berbahaya katamu tadi, Hong-ko? Menghadapi ular-ular itu dalam terowongan sempit, belum lagi para penjaga pulau ini......."

Kun Hong menggeleng kepala. "Sekarang tidak lagi, adikku. Tadi yang paling mengkhawatirkan hatiku adalah kalau melawan ular-ular itu, ular-ular berbisa yang amat jahat, apalagi kita harus menghadapinya dalam terowongan sempit. Akan tetapi sekarang, dengan Ya-beng-cu ada pada kita, ular-ular itu pasti takkan berani mengganggu kita. Kita keluar dan tentang para penjaga, yaaahhh, terpaksa kita menghadapi mereka. Kita jelaskan maksud kedatangan kita yang tidak mengandung maksud buruk, kalau mereka tidak mau menerimanya, kita robohkan mereka dan melarikan diri!"

Loan Ki mengangguk-angguk, tapi ketika melihat ke sekelilingnya adalah dinding batu yang licin, ia mengerutkan kening. "Hong-ko, bagaimana kita bisa naik? Meloncat begitu saja? Mungkin sanggup aku meloncat ke atas dan menangkap pinggiran sumur, akan tetapi, bagaimana kalau ada ular-ular di sana? Pula resikonya terlalu besar kalau sampai tidak berhasil menangkap pinggiran sumur, apalagi kalau di waktu meloncat kepalaku tertumbuk batu karang yang menonjol."

"Tak usah meloncat, Kau bawa buntalanmu, pakai mahkota itu di kepalamu."

Gadis itu terdiam, agaknya heran. Tapi diambilnya buntalan pakaian dan diikatkan ke pundak. Tiba-tiba ia tertawa, tawa jenaka seperti yang sudah-sudah sehingga Kun Hong ikut tersenyum gembira. Agaknya di dunia ini sukar mencari orang yang takkan ikut tersenyum mendengar suara yang mengandung kesegaran watak itu.

"Hi-hi-hik, Hong-ko....... mahkota ini pas betul dengan kepalaku. Menurut dongeng permaisuri Kerajaan Tang yang memakai mahkota ini adalah seorang puteri cantik jelita yang terkenal dengan julukan Puteri Harum karena tubuhnya memiliki keharuman seribu bunga. Kiranya kepalanya hanya seukuran dengan kepalaku....... hi-hik.......!"

Mendengar kegembiraan gadis itu yang berarti bahwa semangatnya telah kembali, Kun Hong girang. Perjalanan ke luar daritempat itu, bahkan keluar dari Pulau Ching-coa-to, bukanlah hal yang mudah dan mungkin akan menghadapi bahaya-bahayadan rintangan. Maka timbulnya semangat gadis ini kembali merupakan hal yang amat penting. Mengingat ini, dia segeraterjun ke dalam kegembiraan itu dan berkata,

"Apa anehnya persamaan kepala itu, Ki-moi? Memang cocok dongeng itu, kalau kepala permaisuri Kerajaan Tang itu sepertikepalamu, maka sudah semestinya dia cantik jelita dan mempunyai ukuran kepala yang tepat."

"Eh, Hong-ko kau mana bisa melihat kepalaku?"


"Melihat sih tidak, akan tetapi tadi....... eh, meraba saja sudah cukup jelas bagiku ......."
Loan Ki teringat betapa dalam gelap tadi ia menangis dan bersandar di dada Kun Hong, malah kepalanya dielus-elus oleh pemuda buta itu, Hal ini mendebarkan jantungnya sungguhpun ia tidak mengerti mengapa dadanya berhal seperti itu, berdenyar-denyar.
"Tapi, Hong-ko, mana kau tahu aku....... cantik jelita?"

Kun Hong tertawa, geli juga mendengar ucapan kekanak-kanakan ini. "Apa susahnya? Mendengar suaramu saja sudah cukup bagiku."

Hening sejenak, lalu gadis itu berkata perlahan, "Orang bilang aku cantik, tapi belum tentu secantik puteri pemakai mahkota ini. Pula, ia terkenal sebagai Puteri Harum, mana aku bisa sama? Ih, tadi keringatku tentu membasahi bajumu, Hong-ko......"

"Aku pun berkeringat sampai basah semua pakaianku, Ki-moi, dan tentang keharuman itu, hemmm....... kurasa keringatmu pun....... sedap ......." Kun Hong setengah berbohong. Mana ada keringat sedap di dunia ini? Akan tetapi memang baginya, keringat Loan Ki tidak berbau tak enak. Dia sengaja melebih-lebihkan dan mengatakan sedap hanya untuk menambah kegembiraan hati gadis kekanak-kanakan ini agar semangatnya tidak menurun. Gadis itu tidak berkata apa-apa, malah suara ketawanya terhenti dan ia diam saja sampai agak lama setelah ucapan Kun Hong terakhir ini. Kun Hong heran, miringkan kepala dan bertanya,

1   ...   7   8   9   10   11   12   13   14   ...   60


Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©atelim.com 2016
rəhbərliyinə müraciət