Ana səhifə

Bahan Ajar Litosfer (Sugiharyanto) A. Pengertian Litosfer


Yüklə 0.79 Mb.
tarix24.06.2016
ölçüsü0.79 Mb.
Bahan Ajar Litosfer

(Sugiharyanto)
A. Pengertian Litosfer

Lapisan kerak bumi (Crust), merupakan lapisan paling luar dari bumi yang disebut dengan litosfer Tebal lapisan ini mencapai kurang lebih 100 km di bawah benua dan kurang dari 30 km di bawah dasar samudera. Litosfer berupa massa batuan yang keras (massive} dan terus menerus secara lambat atau cepat mengalami perubahan {dinamik} yang dipengaruhui adanya proses alam baik dari dalam maupun dari luar bumi.

Gambar 1. Struktur Lapisan Bumi

Sumber: http://gelologi.files.wordpress.com/2008/04/earth-structure.jpg
Proses alam dari dalam berupa gerakan magma ke atas yang disebut dengan arus konveksi. Akibatnya litosfera atau kerak bumi selalu bergerak sehingga menimbulkan pergeseran benua dan menyebabkan terjadinya berbagai bentuk muka bumi. Sedangkan proses alam dari luar diakibatkan oleh adanya tenaga eksogen yang berupa radiasi matahari, air, gletser dan angin. Tenaga eksogen ini menyebabkan terjadinya proses alam yang berupa pelapukan, erosi dan sedimentasi. Proses alam ini dapat menyebabkan rusaknya bentuk muka bumi yang dibangun oleh proses alam endogen.

B. Material Penyusun Litosfera
Litosfera atau kerak bumi tersusun atas lapisan silisium dan alumunium (sial) di bagian atas serta lapisan silisium dan magnesium (sima) di bagian bawah. Lapisan paling luar dari kulit bumi bersifat granitis, karena tersusun oleh batuan granit. Di bawah lapisan granit terdapat lapisan batuan yang bersifat basaltis, karena tersusun atas batuan basalt. Batuan yang terdapat pada permukaan bumi mengalami pelapukan sehingga terbentuk tanah. Jenis tanah sangat bervariasi, tergantung dari batuan induk dan iklim yang mempengaruhinya. Dengan demikian material penyusun litosfera berupa batuan dan tanah.


  1. Batuan

Batuan merupakan bahan alam padat yang menyusun kerak bumi atau litosfer. Pada umumnya batuan tersusun atas dua mineral atau lebih, tetapi juga ada yang hanya tersusun oleh satu mineral, yaitu batuan gamping (CaCO3). Batuan penyusun kerak bumi berasal dari batuan cair pijar dengan suhu tinggi yang disebut dengan magma. Magma berasal dari lapisan mantel yang menyusup menuju ke permukaan bumi melewati celah-celah yang ada di kerak bumi (litosfer).

Dalam perjalanannya menuju ke permukaan bumi magma dapat membeku jauh di bawah permukaan bumi, di celah-celah (gang), di dekat permukaan bumi, maupun membeku di luar permukaan bumi. Berdasarkan proses pembentukannya, batuan dapat dibedakan menjadi :




  1. Batuan beku

Untuk membedakan antara batuan beku dengan batuan lainnya, maka perlu diperhatikan ciri-ciri umum dari batuan beku. Batuan beku mempunyai ciri-ciri, yaitu tidak ada tanda-tanda bekas kehidupan (fosil), mempunyai tekstur padat, mampat, serta strukturnya homogen. Batuan beku terbentuk karena adanya pembekuan magma

Magma yang bergerak menuju ke permukaan bumi akan mengalami pembekuan dalam perjalanannya. Jika magma membeku di dalam bumi pada kedalaman antara 15 – 50 km, maka magma yang membeku tersebut disebut dengan batuan beku dalam atau batuan plutonik. Dalam perjalanannya ke permukaan bumi kadang-kadang magma melewati jalur-jalur rekahan atau gang dan kemudian membeku. Magma yang membeku di gang-gang disebut dengan batuan gang (korok). Adapun magma yang keluar ke permukaan bumi lewat gunung berapi dan kemudian membeku di luar, disebut dengan batuan lelehan atau batuan vulkanik. Jika keluarnya ke permukaan bumi melalui lelehan maka disebut dengan batuan efusif dan jika keluarnya terlempar ke udara maka disebut dengan batuan eflata

.



b. Batuan sedimen



Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk sebagai akibat dari adanya sedimentasi Untuk dapat terjadinya batuan sedimen terdapat empat tahap yang harus dilalui :

K
P1



P2

P3

P4
eterangan :

P1 : pelapukan

P2 : pengangkutan

P3 : pengendapan

P4 : perkembangan bentuk

Batuan sedimen dapat terbentuk dari berbagai jenis batuan. Pada awalnya terjadi pelapukan batuan, kemudian terjadi erosi atau terangkut ke suatu tempat dan mengendap. Setelah mengendap karena adanya tekanan tertentu maka endapan tersebut akan mengeras dan membentuk batuan sedimen.

Ciri umum dari batuan sedimen adalah berlapis-lapis dan kadang-kadang terdapat sisa-sisa kehidupan (fosil). Batuan sedimen dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, seperti :

1). Berdasarkan tenaga yang mengendapkan

a) Batuan sedimen yang proses pengendapannya dilakukan oleh air disebut dengan batuan sedimen aquatis.

b) Batuan sedimen yang proses pengendapannya dilakukan oleh angin disebut dengan batuan sedimen aeolis.

c) Batuan sedimen yang terbentuk sebagai aktivitas dari gletser disebut dengan batuan sedimen glasial.



2) Berdasarkan cara terjadinya

a). Batuan sedimen yang dalam proses pengendapannya secara mekanik dan tidak terjadi perubahan susunan kimia disebut dengan batuan sedimen mekanik, contoh: batuan konglomerat.

b) .Batuan sedimen yang dalam proses pengendapannya terjadi perubahan susunan kimia disebut dengan batuan sedimen kimia, contoh: batu kapur.

c) Batuan sedimen yang dalam proses pengendapannya dipengaruhi oleh kegiatan organisma, disebut dengan batuan sedimen organik, contohnya: terumbu karang.






Gambar 3.

Contoh batuan sedimen berbentuk Limestone

(Sumber. http:// www.sunsetstone.net)




  1. Batuan Metamorf

Batuan yang mengalami perubahan, baik secara fisik maupun secara kimia sehingga mempunyai ciri-ciri yang berbeda dari batuan asalnya disebut dengan batuan malihan (metamorf). Suhu yang tinggi, tekanan yang kuat dan waktu yang lama merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya batuan metamorf

Batuan metamorf atau malihan dapat dibedakan menjadi :



1). Batuan metamorf kontak

Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi disebut dengan batuan metamorf kontak. Suhu yang tinggi terjadi sebagai akibat dari aktivitas magma. Adanya suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya perubahan bentuk maupun warna batuan. Contoh: batu kapur (gamping) menjadi marmer.



2). Batuan metamorf dinamo

Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya tekanan yang tinggi dalam waktu yang lama disebut dengan batuan metamorf dinamo. Tekanan tersebut berasal dari tenaga endogen. Contoh: batu lumpur (mud stone) menjadi batu tulis (slate). Batuan metamorf dinamo banyak dijumpai di daerah patahan atau lipatan.



3). Batuan metamorf kontak pneumatolitis

Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya pengaruh gas-gas yang ada pada magma, disebut dengan batuan metamorf kontak pneumatolitis. Contoh kuarsa dengan gas fluorium berubah menjadi topas.






Gambar 4

Contoh batuan metamorf berupa slatestone

(Sumber. http:// www.slate-stone-exporter.com

2. Tanah

Semua orang yang tinggal di muka bumi ini tentunya mengenal tanah. Namun demikian apabila ditanya apa itu tanah, maka jawabannya akan bervariasi dan sangat tergantung dari latar belakang seseorang yang ditanya. Jika kita bertanya kepada petani tentang tanah, maka kemungkinan jawabannya tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman. Jika kita bertanya kepada produsen batu bata atau genting, maka kemungkinan jawabannya adalah tanah sebagai bahan baku pembuatan batu bata atau genting.

Mengingat luasnya pengertian tentang tanah, maka perlu ada spesifikasi dari pengertian tanah. Pada awalnya tanah dianggap sebagai media alam tumbuhnya vegetasi yang tedapat di permukaan bumi. Berdasarkan definisi di atas, maka gurun pasir tidak dianggap sebagai tanah karena tidak dapat berfungsi sebagai media tumbuhnya vegetasi. Namun demikian dalam kenyataannya bahan pasir tersebut termasuk kategori tanah.

Menurut Isa Darmawijaya, tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menempati sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula ( Isa Darmawijaya. 1990: 9 ). Dari definisi tersebut nampak bahwa terdapat lima faktor yang berpengaruh dalam pembentukan tanah yaitu iklim, jasad hidup, bahan induk, relief dan waktu.

Dalam membahas ilmu tanah, terdapat dua sudut pandang kajian, yaitu pedologi berasal dari kata Pedon yag berarti gumpal tanah. Pedologi menekankan pembahasan ilmu tanah sebagai ilmu pengetahuan alam murni yang meliputi :


  1. Genesa tanah ( asal mula pembentukan tanah ) serta

  2. Klasifikasi dan pemetaan tanah yang mencakup nama-nama, sistematik, sifat kemampuan dan penyebaran berbagai jenis tanah.

Dengan mempelajari pedologi dapat digunakan sebagai dasar penggunaan masing-masing jenis tanah secara efisien dan rasional.

Sudut pandang yang ke dua adalah edaphologi berasal dari kata edaphon yang berarti tanah yang subur. Edaphologi menekankan pembahasan mengenai penggunaan tanah untuk pertanian. Dalam hal ini penyelidikan tanah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tanah dengan tanaman tingkat tinggi agar mendapatkan oruduksi pertanian seoptimal mungkin.

Dalam kenyataannya di lapangan kedua pandangan ini sulit dipisahkan, karena kajian edaphologi membutuhkan pedologi dan kajian pedologi kurang bermanfaat jika tanpa ada kajian edaphologi.


  1. Genesa Tanah

Tanah dapat terbentuk apabila tersedia bahan asal ( bahan induk ) dan faktor yang mempengaruhi bahan asal. Bahan asal atau bahan induk terbentuknya tanah dapat berupa mineral, batuan dan bahan organik. Sedangkan faktor yang mengubah bahan asal menjadi tanah berupa iklim dan organisma hidup. Terbentuknya tanah tersebut tentunya memerlukan suatu tempat ( relief ) tertentu dan juga memerlukan waktu yang cukup lama.

Apabila kita perhatikan definisi tanah yang dikemukakan oleh Isa Darmawijaya, maka akan nampak adanya lima faktor pembentuk tanah, yaitu



  1. Bahan Induk

  2. Iklim

  3. Organisma Hidup

  4. Relief ( Topografi ) dan

  5. Waktu

Dari ke lima faktor tersebut, faktor pembentuk tanah yang paling dominan adalah faktor iklim. Bahan induk, organisma hidup dan relief keberadaannya dipengaruhi oleh iklim. Oleh karena itu pembentukan tanah sering disebut dengan istilah Weathering. Untuk memperjelas peranan dari masing-masing faktor pembentuk tanah, perhatikan uraian di bawah ini.


      1. Bahan Induk ( Bahan Asal )

Bahan induk merupakan bahan asal yang nantinya akan terbentuk tanah. Bahan induk dapat berupa mineral, batuan dan bahan organik (sisa-sisa bahan organik/ zat organik yang telah mati).

2) Iklim

Iklim merupakan faktor yang paling dominan dalam pembentukan tanah, karena iklim bersifat aktif dalam mempengaruhi bahan induk. Oleh karena itu istilah yang digunakan dalam proses pembentukan tanah adalah ” weathering ” .Unsur iklim yang berperan dalam proses pembentukan tanah adalah temperatur udara dan curah hujan.

Menurut Marbut, pengaruh iklim terhadap pembentukan tanah antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut ( Isa Darmawijaya. 1990: 78-79) :


  1. Di daerah tropik humid, pelapukan kimia berjalan sangat cepat sedangkan pelapukan fisik biasa.

  2. Di daerah taiga dan frost yang humid dan subhumid, pelapukan kimia relatif lambat sedangkan pelapukan fisik cepat.

  3. Di daerah arid, pelapukan kimia sangat lambat sedangkan pelapukan fisik sangat cepat.

  4. Di daerah arid-microthermal terbentuk lempung yang banyak mengandung Si.(Silisium)

  5. Di daerah tropik-humid mesothermal, terbentuk lempung yang mengandung Al dan Fe dengan kadar Si yang rendah.

  6. Di daerah humid-microthermal terbentuk lempung yang berkadar Si sedang sampai tinggi.

3) Organisma

Semua mahluk hidup, baik selama masih hidup maupun setelah mati mempunyai pengaruh dalam pembentukan tanah. Diantara mahluk hidup yang paling berperan dalam pembentukan tanah adalah vegetasi, karena vegetasi mempunyai kedudukan yang tetap dalam waktu yang lama. Berbeda dengan manusia dan binatang yang selalu bergerak atau berpindah tempat.

Vegetasi merupakan organisma hidup yang sangat berperan dalam proses pembentukan tanah. Akar-akar vegetasi mampu dalam melakukan pelapukan fisik karena tekanannya dan mampu melakukan pelapukan kimia karena unsur-unsur kimia yang dikeluarkan oleh akar, sehingga tanah-tanah di sekitar akar akan banyak mengandung bikarbonat. Disamping itu vegetasi yang telah mati akan menjadi bahan induk terbentunya tanah, terutama tanah-tanah organik ( humus ).

Organisma hidup yang berupa hewan besar tidak begitu besar peranannya dalam membentuk tanah. Organisma hidup berupa hewan yang paling berperan dalam pembentukan tanah adalah mikro-organisma berupa bakteri pembusuk. Mikro-organisma ini terutama berperan aktif dalam pembentukan tanah-tanah organik. Mikro-organisma ini akan bekerja sangat efektif pada suhu berkisar 25ºC. Oleh karena itu di daerah tropis perkembangan tanah organik lebih intensif dibandingkan dengan di daerah sedang atau daerah dingin.



4) Relief / topografi

Topografi atau relief berpengaruh dalam mempercepat atau memperlambat proses pembentukan tanah. Pada daerah yang mempunyai relief miring proses erosi tanah lebih intensif sehingga tanah yang terbentuk di lereng seperti terhambat. Sedangkan pada daerah datar aliran air permukaan lambat, erosi kecil sehingga proses pembentukan tanah lebih cepat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa daerah semakin miring faktor penghambat pembentukan tanah semakin besar.



5) Waktu

Pembentukan tanah membutuhkan waktu. Lama waktu pembentukan tanah terutama tergantung dari bahan induk dan iklim. Batuan yang keras lebih sulit terbentuk tanah dari pada batuan yang lunak. Demikian juga iklim di daerah tropis akan lebih mudah dalam proses pembentukan tanah dari pada iklim di daerah sedang atau arid. Oleh karena itu tanah-tanah di daerah tropis biasanya lebih tebal dibandingkan dengan tempat lainnya.

Menurut Mohr, secara umum terdapat lima tahapan waktu pembentukan tanah, yaitu :


  1. Tahap permulaan

Pada tahap ini bahan induk sedikit mengalami pelapukan, baik desintegrasi maupun dekomposisi. Terbentuk Tanah yang terbentuk pada tahap ini adalah tanah regosol muda

b) Tahap Juvenil

Pada tahap ini bahan induk mengalami pelapukan lebih lanjut baik desintegrasi maupun dekomposisi. Tanah yang terbentuk pada tahap ini adalah tanah regosol tua atau disebut juga tanah tarapan.



c) Tahap Viril

Pada tahap ini bahan induk mengalami pelapukan secara optimum baik desintegrasi maupun dekomposisi. Tanah yang terbentuk pada tahap ini adalah tanah latosol coklat.



d) Tahap Seril

Pada tahap inii pelapukan mulai merurun, baik desintegrasi maupun dekomposisi. Tanah yang terbentuk pada tahap ini adalah tanah latosol merah.



e) Tahap Terakhir

Pada tahap inii pelapukan sudah berakhir, baik desintegrasi maupun dekomposisi. Tanah yang terbentuk pada tahap ini adalah tanah laterit.



  1. Profil tanah

Proses pembentukan tanah (genesa) dimulai dari pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti pencampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas tanah ke bagian bawah, dan berbagai proses lain yang dapat menghasilkan horizon-horizon tanah. Horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon tanah tersebut akan menghasilkan tanah. Penampang tegak dari tanah menunjukkan susunan horizon tanah yang disebut profil tanah.

Dalam pembuatan profil tanah di lapangan, terdapat tiga syarat yang harus diperhatikan yaitu : Vertikal, baru dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Profil tanah yang sempurna berturut-turut dari atas ke bawah memiliki horizon O, A, B, dan C. Berikut ini adalah gambar profil tanah dengan susunan horison yan lengkap.



Gambar 5. Profil Tanah



Keterangan :

Horison O : horisan ini tersusun atas bahan-bahan organik, sehingga disebut dengan horison organik

Horison A :Horison ini disebut dengan horison eluviasi, karena pada horison terjadi proses pencucian garam-garaman secara intensif.

Horison B : Horison ini disebut dengan horison iluviasa, karena pada horison terjadi proses pengendapan garam-garaman secara intensif.

Horison C : Horison ini merupakan horison awal pelapukan batuan induk

Horison R : Horison ini merupakan bahan induk tanah




  1. Morfologi Tanah

Morfologi tanah merupakan karakteristik fisik dari suatu tanah. Ciri-ciri morfologi tanah berupa warna, tekstur, struktur, konsistensi, pH, kandungan bahan-bahan tetentu, bahan induk dan kandungan bahan organik. Ciri-ciri morfologi dalam penelitian tanah dapat digunakan untuk mengetahui jenis tanah di wilayah yang diteliti.

  1. Warna Tanah

Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan tanah, kandungan bahan organik, kandungan air dan kandungan bahan tertentu.

  1. Tekstur Tanah

Tekstur tanah merupakan perbandingan antara tiga fraksi tanah yaitu farksi pasir, debu dan lempung dalam suatu agregat tanah. Semakin banyak fraksi pasir maka tanah akan semakin kasar, sedangkan semakin banyak faraksi lempung tekstur tanah akan semakin halus.

  1. Struktur Tanah

Struktur tanah dapat dikatakan sebagai bentuk susunan ikatan partikel-partikel tanah. Ikatan partikel tanah ini akan membentuk agregat tanah. Bentuk dari agregat tanah dapat berupa lempeng, tiang, gumpal, remah, granuler, berbutir tunggal dan pejal.

  1. Konsistensi Tanah

Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadapa perubahan bentuk oleh tekanan atau berbagai kekuatan yang mempengaruhinya. Konsistentensi tanah juga dapat dikatakan sebagai tingkat keliatan atau kelekatan dari segumpal tanah. Konsistensi tergantung dari tekstur tanahnya.

  1. pH Tanah

pH tanah merupakan derajat keasaman atau kebasaan tanah. Nilai dari pH bervariasi mulai dari 1 – 14. pH 7 ke bawah merupakan pH tanah menuju ke asam, sedangkan 7 ke atas pH tanah menuju ke arah tanah basa. Kebanykan tanah di daerah tropis bersifat asam ( mempunyai pH ,< 7).

  1. Bahan induk

Batuan induk merupakan bahan yang nantinya akan terbentuk tanah. Perbedaan batuan induk akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk. Batuan vulkanis akan membentuk jenis tanah yang berbeda dengan batuan induk yang berupa batuan kapur.

  1. Kandungan Bahan Organik

Kandungan bahan organik merupakan jumlah bahan organik yang terdapat dalam suatu masaa tanah. Semakin banyak bahan organik dalam suatu massa tanah maka pada umumnya tanah semakin subur dan semakin tahan terhadap gangguan erosi
C. Dinamika Litosfera

Jika permukaan bumi di potret dari jarak dekat, misalnya dari pesawat terbang, maka akan tampak bahwa permukaan bumi tidak rata. Ada bagian yang menonjol ke atas, datar dan ada yang cekung ke bawah. Hal ini akan lebih jelas jika kalian mengadakan perjalanan dari daerah gunung atau pegunungan sampai ke daerah pantai, atau sebaliknya. Dalam perjalanan tersebut kemungkinan kalian akan mendapatkan kenampakan yang menonjol seperti gunung, pegunungan, bukit, dan kenampakan cekung seperti lembah, sungai, danau, rawa, serta dataran seperti dataran rendah dan dataran tinggi. Kenampakan yang menonjol, datar, dan cekung yang ada di alam ini disebut dengan relief muka bumi. Bentuk-bentuk muka bumi seperti tersebut di atas tidaklah tetap sepanjang masa, tetapi senantiasa selalu berubah dari waktu ke waktu. Faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan bentuk muka bumi adalah tenaga endogen dan eksogen. Kedua tenaga ini sering disebut dengan tenaga geologi.



1. Tenaga Endogen

Tenaga endogen merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga endogen sering dikatakan sebagai tenaga yang membangun bentuk relief muka bumi. Dari manakah sumber energi atau sumber tenaga dari dalam bumi berasal ?

Pada lapisan selubung (mantel) banyak ditemukan unsur-unsur radio aktif. Unsur ini jika mengadakan peluruhan akan menghasilkan energi yang sangat besar. Adanya suhu dan tekanan yang tinggi dari lapisan selubung akan menekan dan menggeser lapisan kerak bumi sehingga terbentuk berbagai daratan (benua). Arus yang menekan ke atas disebut dengan arus konveksi.


Gambar 6. Arus konveksi

Sumber:: http://gelologi.files.wordpress.com/2008/04/earth-structure.jpg


Arus konveksi menyebabkan terjadinya pergeseran lempeng tektonik sehingga menyebabkan terbentuknya relief muka bumi. Tenaga yang menyebabkan terbentuknya relief muka bumi tersebut disebut dengan tenaga endogen.

Gambar 7. Relief Muka Bumi Akibat Tenaga endogen

Sumber :

http://stloe.most.go.th/html/lo_index/LOcanada1/102/images/L02_3.jpg
Tenaga endogen mempengaruhi bentuk relief muka bumi daratan dan lautan. Bentuk dari tenaga endogen dapat berupa :


  1. Tenaga tektonis ( Diastropisme )

Tenaga tektonis merupakan tenaga dari dalam bumi yang menyebabkan terjadinya pergeseran letak lapisan batuan secara mendatar maupun vertikal. Tenaga tektonis dapat menyebabkan terjadinya pergeseran kerak bumi yang relatif lambat, berlangsung lama dan meliputi daerah luas, yang disebut dengan gerak epirogenetik. Sebagai contoh dari gerakan ini berupa pembentukan benua dan samudra.

Gerak pergeseran kerak bumi secara relatif cepat, dan meliputi daerah yang sempit, disebut dengan gerak orogenetik. Bentuk muka bumi yang berupa lipatan, patahan, gunung dan pegunungan, terjadi sebagai akibat dari adanya tekanan horisontal dan vertikal dari gerakan orogenetik.

Tenaga tektonis yang berhubungan dengan kekuatan gaya tarik menarik pada bagian kulit bumi sehingga menghasilkan bentuk patahan atau lipatan disebut dengan diasthopisme. Struktur batuan akan mengalami patahan jika terjadi tekanan kuat yang melampaui batas titik patah batuan dan terjadi secara cepat, sedangkan lipatan dapat terjadi jika tekanan yang horisontal saling bertemu pada suatu daerah berbatuan sedimen yang relatif lebih elastis. Uraian mengenai patahan dan lipatan adalah sebagai berikut :


    1. Patahan

Patahan merupakan proses perubahan posisi batuan akibat bekerjanya tenaga endogen yang menekan struktur batuan keras sehingga antara struktur batuan satu dan lainnya menjadi patah dan terpisah. Biasanya patahan terjadi karena adanya gaya endogen yang bergerak dengan cepat dan mengenai struktur batuan yang kurang elastis.

Pada umumnya bentuk - bentuk patahan dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, seperti :



  1. Patahan Normal

Patahan normal merupakan patahan yang arah lempeng batuannya mengalami penurunan yang mengikuti arah gaya berat atau gravitasi bumi.


  1. Patahan Reverse

Patahan reverse merupakan patahan yang arah lempeng batuannya bergerak naik dan berlawanan arah dengan gaya berat (arahnya kebalikan dari patahan normal).

c) Patahan Slip

Patahan slip merupakan patahan yang terjadi sebagai akibat dari adanya dua tenaga penggerak lapisan batuan yang horisontal dan

berlawanan arah . Patahan ini dibagi menjadi strike slip fault dan oblique slip fault


  1. Patahan komplek, yaitu patahan yang terjadi sebagai akibat bekerjanya tenaga endogen sehingga menghasilkan retakan, patah naik, patah turun, patah mendatar ke kanan dan ke kiri, dapat berupa pegunungan blok.

Gambar 8. Berbagai Jenis Patahan

Sumber: : http://www.geo.wvu.edu/~jtoro/Petroleum/petroleum_figs/review2/traps/faults.jpg

Adanya berbagai tipe patahan dapat menyebabkan berbagai bentuk muka bumi seperti:



1) Graben, yaitu lapisan tanah yang lebih rendah dari sisi kianan dan kiri akibat terjadinya patahan.

2) Horst, yaitu lapisan tanah yang lebih tinggi dari sekelilingnya dan terjadi sebagai akibat dari adanya patahan.

3) Fault scarp, yaitu dinding terjal yang dihasilkan oleh adanya patahan dengan salah satu blok yang bergerak ke atas.

Gambar 9. Bentuk muka bumi berupa Horst dan Graben

Sumber: : http://www.geo.wvu.edu/~jtoro/Petroleum/figs/review2/traps/faults.jpg


    1. Lipatan

Lipatan dapat terjadi sebagai akibat dari adanya tekanan horisontal yang berlawanan pada suatu lapisan batuan. Tekanan tersebut biasanya lemah tetapi berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Akibatnya lapisan batuan menjadi melengkung membentuk suatu lipatan. Bagian puncak dari lipatan disebut dengan antiklimal, sedangkan bagian lembah disebut dengan sinklinal.

Beberapa bentuk lipatan berdasarkan sumbunya, antara lain :



  1. Lipatan Tegak

Lipatan tegak merupakan lipatan yang mempunyai antiklinal dan sinklinal dengan letak simetrik terhadap sumbu lipatan yang ada di sampingnya. Lipatan ini terjadi sebagai akibat dari adanya dua tenaga yang bertemu dengan kekuatan yang seimbang.

  1. Lipatan Miring

Lipatan miring merupakan lipatan yang mempunyai sumbu antiklinal agak miring. Lipatan ini dapat terjadi karena tekanan horisontal dari salah satu sisi lebih besar dari sisi lainnya.

  1. Lipatan Mengganung

Lipatan menggantung merupakan lipatan yang mempunyai antiklinal dan sinklinal yang miring dan lebih miring dibandingkan dengan lipatan miring, Lipatan ini terjadi sebagai akibat dari adanya tekanan horisontal dari salah satu sisi lebih besar dari sisi lainnya.

  1. Lipatan Isoklinal

Lipatan isoklinal merupakan lipatan yang mempunyai beberapa antiklinal yang relatif sejajar. Lipatan ini terbentuk sebagai akibat dari adanya dua tekanan horisontal hampir sama dan mengenai struktur batuan yang lebih elastis.

  1. Lipatan Rebah

Lipatan rebah merupakan lipatan yang terjadi sebagai akibat dari adanya tekanan kuat yang mendorong bagian dasar lipatan, sehingga antiklinalnya rebah, Lipatan ini dapat terjadi karena adanya tekanan horisontal dari satu arah yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan tekanan dari sisi satunya..

Cambar 10. Berbagai bentuk lipatan Sumber:



http://www.geo.wvu.edu/~jtoro/Petroleum/petroleum_figs/revie w2/traps/fold.jpg


  1. Tenaga Tektonis ( seisme )

Seisme merupakan tenaga tektonis yang dapat menyebabkan

terjadinya gempa bumi tektonik. Gempa bumi terjadi sebagai akibat dari adanya pelepasan energi yang besar dan secara mendadak. Di samping adanya gerakan lempeng tektonik, gempa bumi dapat juga diakibatkan oleh adanya aktivitas vulkanis dan adanya runtuhan.

Pernahkah kalian merasakan adanya gempa bumi? Tentunya kalian pernah merasakan, karena akhir-akhir ini di Indonesia sering sekali terjadi gempa bumi. Apakah gempa bumi itu? Getaran bumi sebagai akibat dari pelepasan energi yang besar, secara mendadak disebut dengan gempa bumi. Mungkin kalian tidak percaya bahwa dalam satu hari terjadi gempa kurang lebih 8000 kali dengan kekuatan  2 skala Richter, sedangkan gempa yang berkekuatan antara 5 - 6 skala Rickter seperti yang terjadi di Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006, terjadi 800 kali dalam setahun. Gempa bumi sebenarnya tidak begitu berpengaruh terhadap prubahan bentuk muka bumi.

Gempa dapat digolongkan menjadi beberapa macam, seperti:



    1. Berdasarkan faktor penyebabnya

Berdasarkan faktor penyebabnya, gempa bumi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu gempa bumi tektonik, vulkanik, dan terban (runtuhan).

a) Gempa bumi tektonik,

Gempa bumi tektonik merupakan gempa bumi yang diakibatkan oleh adanya pergeseran lempeng tektonik. Sebagian besar gempa bumi yang terjadi adalah gempa bumi tektonik. Di dalam lapisan mantel banyak didapatkan unsur-unsur radioaktif yang pada saat terjadi peluruhan akan menghasilkan suatu energi. Jika energi sudah mengumpul maka akan mampu mendorong dan menggeser lapisan kulit bumi. Lapisan kulit bumi ini dapat bergeser secara vertikal maupun horisontal. Pada saat kulit bumi tersebut bergeser akan terjadi getaran yang disebut dengan gempa bumi tektonik.



b) Gempa bumi vulkanik,

G
Gambar 10 :


Sebelum gunung api aktif sering menimbulkan gempa
empa bumi vulkanik merupakan gempa bumi yang diakibatkan oleh adanya aktivitas vulkanis. Gempa bumi vulkanik hanya dapat dirasakan oleh penduduk yang berada di sekitar gunung yang aktif. Magma yang berasal dari dapur magma bergerak ke atas dan jika kepundan tersumbat, maka gerakan dari magma menjadi terhenti. Apabila tenaga penggerak yang berupa magma masih terus berlangsung maka akan terjadi desakan ke kubah gunung sehingga terjadi gempa. Apabila desakan magma kuat dan terus belangsung maka desakan tersebut dapat menyebabkan terjadi letusan gunung api.

c). Gempa bumi terban

Gempa bumi terban ( runtuhan ) merupakan gempa bumi yang disebabkan oleh tanah longsor, goa-goa yang runtuh, daerah bekas penggalian tambang atau sejenisnya. Gempa terban atau runtuhan ini hanya berpengaruh pada wilayah yang sangat sempit.


2) Berdasarkan kedalaman hiposentrum

Hiposentrum merupakan pusat gempa yang ada di bawah permukaan bumi ( di dalam bumi ) Berdasarkan kedalaman hiposentrumya, gempa dapat dibedakan menjadi gempa bumi dangkal, sedang dan dalam.:



a) Gempa bumi dangkal

Gempa bumi dangkal merupakan gempa bumi yang mempunyai kedalaman pusat gempa (hiposentrum) kurang dari 50 km. Jika gempa dangkal ini dibarengi dengan kekuatan yang besar maka dapat menyebabkan kerusakan yang hebat. Sebagian besar gempa bumi (85%) termasuk dalam gempa bumi dangkal.



b) Gempa bumi sedang ( intermedier )

Gempa bumi sedang merupakan gempa bumi yang mempunyai kedalaman hiposentrum antara 50 - 300 km. Gempa bumi tipe ini hanya terjadi sebanyak 12% dari keseluruhan gempa tektonik.



c) Gempa bumi dalam

Gempa bumi dalam merupakan gempa bumi yang mempunyai kedalaman hiposentrum lebih dari 300 km. Kejadian gempa ini hanya meliputi 3% dari keseluruhan gempa tektonik yang terjadi. Gempa bumi dalam tidak menyebabkan kerusakan yang hebat seperti pada gempa bumi dangkal.



3) Berdasarkan lokasi terjadinya

Berdasarkan lokasi terjadinya gempa bumi dapat dibedakan gempa bumi daratan, yaitu gempa bumi yang episentrumnya di daratan Sedangkan gempa bumi yang episentrum di dasar laut disebut dengan gempa bumi lautan. Dengan kekuatan gempa yang sama, gempa bumi daratan lebih membahayakan dari pada gempa bumi lautan. Namun demikian gempa bumi lautan dapat menimbulkan terjadinya tsunami yang membahayakan kehidupan manusia. Sebagian besar gempa bumi tektonik mempunyai episentrum di dasar laut.



c. Tenaga Vulkanis

Tenaga vulkanis merupakan tenaga yang terjadi sebagai akibat dari adanya aktivitas yang berhubungan dengan proses keluarnya magma dari dalam bumi ke permukaan bumi. Setelah keluar ke permukaan bumi magma disebut dengan Lava. Munculnya magma ke permukaan dapat membentuk relief muka bumi yang berupa gunung atau bentukan kubah (dome).



Gambar 11. Bentukan gunung sebagai akibat dari tenaga endogen

Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/12/Semeru.jpg
Di Indonesia banyak terdapat gunung api. Bentuk gunung api antara daerah satu dengan yang lain tidaklah sama. Di Indonesia kebanyakan gunung api berbentuk Secara umum bentuk-bentuk gunung api di dunia ini dapat dibedakan menjadi.


          1. Gunung Api Strato

Gunung api Strato Gunung api Strato merupakan gunung yang bentuknya seperti kerucut. Pada saat terjadi erupsi, material yang dikeluarkan berselang seling antara lava cair encer dan lava cair kental. Gunung semacam ini semakin lama akan bertambah tinggi. Pada umumnya gunung api di Indonesia mempunyai bentuk strato.

          1. Gunung Api Maar

Gunung api Maar merupakan gunung api yang letusannya sangat kuat, dan batuan yang ada di sekitar kepundan hancur serta terlempar ke luar, sehingga kepundan berbentuk corong, Contoh Gunung Rinjani di Nusa Tenggara dan Gunung Lamongan di Jawa Timur.

          1. Gunung Api Perisai

Gunung Api Perisai merupakan gunung api yang bentuknya seperti perisai atau tameng. Pada saat terjadi erupsi material yang dikeluarkan berbentuk cair dan tidak mudah membeku. Erupsi seperti ini disebut dengan erupsi efusif. Contoh: gunung Manoa Loa di Hawai. Tipe gunung api seperti ini tidak terdapat di Indonesia.

Tipe letusan gunung api antara tempat satu dengan lainnya tidak tentu sama. Berdasarkan tipe letusannya gunung api dapat dibedakan menjadi :



    1. Tipe Hawai

Tipe Hawai merupakan tipe letusan dimana magma yang dikeluarkan sangat cair, mempunyai tekanan gas yang rendah dan berasal dari dapur magma yang dangkal. Contoh: Gunung Kileana dan Mama Loa di Hawai. Gunung yang terbentuk di daerah ini biasanya berbentuk tameng.

    1. Tipe Stromboli

Tipe Stromboli merupakan tipe letusan dimana erupsi yang terjadi tidak terlalu eksplosif dan berlangsung lama. Lava yang keluar cair dengan tekanan gas sedang dan dari dapur magma yang dalam. Contoh: Gunung Raung di Jawa Timur dan Gunung Visuvius di Italia.

    1. Tipe Volkano

Tipe Volkano merupakan tipe letusan dengan ciri pada saat erupsi, lava yang keluar kental dengan tekanan gas sedang sampai tinggi. Magma berasal dari dapur magma yang dangkal sampai agak dalam. Contoh letusan tipe ini terjadi di Italia yaitu pada Gunung Etna.

    1. Tipe Perret

Tipe Perret merupakan tipe letusan dengan ciri erupsi memiliki ledakan yang sangat dahsyat disertai dengan semburan material ke atas karena tekanan gas yang sangat tinggi, Contoh: Gunung Krakatau di Selat Sunda.

    1. Tipe Merapi

Tipe Perret merupakan tipe letusan dengan ciri lava yang keluar bersifat kental dan mengalir secara perlahan karena adanya tekanan gas yang rendah, sehingga membentuk sumbat kawah. Adanya akumulasi tekanan gas dapat menyebabkan sumbat kawah tersebut pecah dan disertai dengan munculnya awan panas. Contoh: Gunung Merapi di Jawa Tengah.

    1. Tipe St. Vincent

Tipe St. Vincent merupakan tipe letusan dengan ciri erupsi disertai dengan lava yang kental dan tekanan gas sedang, berasal dari dapur magma yang dangkal. Contoh yang ada di Indonesia adalah Gunung Kelud di Jawa Timur, sedangkan yang ada di Kepulauan Antiles.adalah Gunung St Vincent.



    1. Tipe Pelee

Tipe Pelee merupakan tipe letusan dengan ciri erupsi disertai dengan lava yang kental, tekanan gas tinggi dan dari dapur magma yang dalam. Tipe ini biasa terjadi pada gunung yang berbentuk strato..

Gambar 13. Tipe Tipe Erupsi

Sumber ; http://2.bp.blogspot.com/_qEheXUf3T0M/SZLdQGplV0I/AAAAAAAAAMQ/C9QH7JTsSC0/s1600-h/gb0410.jpg


    1. Tenaga Eksogen

Tenaga eksogen merupakan tenaga yang berasal dari luar permukaan bumi yang berpengaruh terhadap pembentukan relief muka bumi. Pada umumnya bentukan muka bumi yang telah dibangun oleh tenaga endogen, dirusak oleh tenaga eksogen. Tenaga eksogen dapat berupa radiasi matahari, air, angin, gletser dan mahluk hidup. Tenaga eksogen ini dapat mempengaruhi proses terjadinya pelapukan, erosi, dan sedimentasi.

a. Pelapukan

Lapuknya batuan atau bahan yang lain dari ukuran besar menjadi lebih kecil disebut dengan pelapukan. Cuaca dan organisme merupakan faktor utama penyebab terjadinya pelapukan. Waktu yang dibutuhkan untuk melapuk sangat tergantung dari bahan induknya. Batuan seperti andesit akan membutuhkan waktu yang lama untuk melapuk sedangkan batang, ranting dan daun akan lebih cepat melapuk.Pada dasarnya pelapukan dapat dibedakan menjadi pelapukan fisik, pelapukan kimia dan pelapukan organik.


  1. Pelapukan Fisik/mekanik

Pelapukan fisik atau mekanik merupakan proses lapuknya batuan atau bahan lain dari ukuran besar menjadi lebih kecil dengan tanpa disertai perubahan susunan kimia. Faktor utama penyebab terjadinya pelapukan fisika adalah temperatur udara. Adanya fluktuasi temperatur udara yang semakin besar maka pelapukan fisika semakin intensif. Sebagai contoh di daerah gurun, pada siang hari panas dan pada malam menjelang pagi sangat dingin. Pada saat temperatur udara panas, batuan akan mengembang, sedangkan pada saat dingin batuan akan menyusut. Jika proses seperti ini berlangsung terus menerus maka batuan akan retak-retak, pecah dan kemudian hancur. Disamping peng aruh temperatur udara pelapukan mekanik juga dapat disebabkan oleh pengaruh air, angin dan gletser.

2) Pelapukan Kimiawi (Chemist)

Pelapukan kimiawi merupakan proses lapuknya batuan atau bahan lain dari ukuran besar menjadi lebih kecil dengan disertai perubahan susunan kimia. Dalam pelapukan kimiawi air mempunyai peranan yang sangat besar. Banyak reaksi-reaksi kimia di alam yang dipengaruhi oleh air. Sebagai contoh pelarutan batuan kapur oleh air sehingga membentuk doline, goa-goa, stalagtit, stalagmit dan dapat pula berupa sungai bawah tanah.



3) Pelapukan Organik

Pelapukan organik merupakan proses penghancuran batuan atau bahan lain yang disebabkan oleh makhluk hidup. Contoh penghancuran batuan oleh akar tanaman. Biasanya pada batuan yang dekat dengan perakaran banyak mengandung bikarbonat.

Proses pelapukan di alam tidak mesti terjadi secara terpisah, tetapi sering terjadi secara bersamaan antara proses pelapukan yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh penghancuran batuan oleh akar tumbuh-tumbuhan. Tekanan akar terhadap batuan merupakan pelapukan fisika. Adanya unsur-unsur zat asam yang dikeluarkan oleh akar menyebabkan terjadinya pelapukan kimia. Aktivitas ini dilakukan oleh tumbuh-tumbuhan, sehingga disebut pelapukan organik. Dalam pelapukan tersebut ketiga jenis pelapukan bekerja secara bersama-sama tetapi karena yang dominan adalah unsur organisme, maka sering disebut dengan pelapukan organik.

Setelah batuan atau bahan lain lapuk, maka proses berikutnya yang berkembang adalah erosi atau pengangkutan.



b. Erosi

Peristiwa terangkutnya lapisan tanah atas dari suatu tempat ke tempat lain yang disebabkan oleh air, angin dan gletser disebut dengan erosi. Di daerah gurun erosi yang disebabkan oleh angin cukup besar. Angin akan menerbangkan pasir yang kemudian menggesek batuan yang dilewati, sehingga banyak terdapat batuan yang berbentuk cendawan di daerah gurun.

Di Indonesia sebagian besar erosi disebabkan oleh air karena curah hujan di Indonesia cukup tinggi. Erosi sebaiknya tetap terjadi agar terjadi peremajaan tanah, tetapi besarnya erosi jangan sampai melebihi dari pembentukan tanahnya. Macam-macam erosi yang diakibatkan oleh air adalah sebagai berikut :

1) Macam-macam Erosi

Pada dasarnya erosi dapat dibedakan menjadi :



a) Erosi normal ( geologi ), yaitu erosi yang terjadi tanpa pengaruh aktivitas manusia, dan besarnya tidak melebihi dari pembentukan tanah.

b) Erosi dipercepat, yaitu erosi yang besarnya melebihi dari pembentukan tanah, Erosi ini dapat terjadi karena adanya pengaruh aktivitas manusia, tetapi dapat juga terjadi secara alami.

c) Erosi diperbolehkan, yaitu erosi yang boleh terjadi dengan adanya campur tangan manusia dan besarnya tidak melebihi dari pembentukan tanah.

2) Bentuk-Bentuk Erosi

Bentuk-bentuk erosi dapat berupa:



  1. Erosi Lembar / Sheet Erosion / Erosi permukaan.

Erosi lembar/ sheet erosion atau erosi permukaan adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah. Kekuatan jatuh butir-butir hujan dan aliran air dipermukaan tanah merupakan penyebab utama erosi ini.

b) Erosi Alur / Riil Erosion.

Yaitu erosi yang terjadi akibat terkonsentrasinya air pada tempat terperciknya partikel-partikel tanah yang kemudian membentuk aliran ke bawah. Timpaan air hujan yang keras mempunyai daya pemecah agregat yang lebih kuat sehingga partikel tanah terpecik ke luar dari kedudukannya.

c) Erosi Parit / Gulley Erosion.

Proses terjadinya sama dengan erosi alur tetapi saluran-saluran yang terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Erosi parit yang baru terbentuk berukuran sekitar 40 cm lebar dan dalamnya sekitar 25 cm. Erosi parit yang telah lanjut dapat mencapai 30 meter dalamnya.

d) Erosi Tebing Sungai.

Erosi tebing sungai terjadi sebagai akibat pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas atau oleh terjangan arus air yang kuat pada kelokan sungai. Erosi tebing akan lebih hebat jika vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan pengelolaan terlalu dekat dengan tebing.
e) Longsor /Landslid

Longsor adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat (waktu singkat) dan dalam volume yang besar.


c. Sedimentasi.

Proses pengendapan material hasil erosi di suatu tempat disebut dengan sedimentasi. Proses sedimentasi biasanya terjadi pada daerah yang cekung, datar atau bagian bawah dari suatu lereng. Endapan sedimen dapat dibedakan menjadi :



1) Berdasarkan tenaga yang mengendapkan :

a). Sedimen yang terbentuk sebagai akibat dari aktivitas air disebut dengan sedimen akuatis.

b) Sedimen yang terbentuk sebagai akibat dari aktivitas angin disebut dengan sedimen aeolis.

c) Sedimen yang terbentuk sebagai akibat dari aktivitas gletser disebut dengan sedimen glasial.



  1. Berdasarkan tempat pengendapan

  1. Sedimen yang diendapkan di darat disebut dengan sedimen teristris.

  2. Sedimen yang diendapkan di sungai disebut dengan sedimen fluvial.

  3. Sedimen yang diendapkan di danau disebut dengan sedmen limnis (lakustrin)

  4. Sedimen yang diendapkan di laut disebut dengan sedimen marine.

  5. Sedimen yang diendapkan di bawah lereng terjadinya gletser disebut dengan sedimen morain (glacial till).

  1. Bentukan alam hasil sedimentasi

  1. Di muara sungai yang besar sering terbentuk endapan-endapan pasir dan lumpur yang disebut dengan delta.

  2. Pada saat sungai banjir, maka banyak material yang diendapkan di sisi kanan-kiri dari sungai tersebut dan membentuk suatu tanggul yang disebut dengan tanggul alam.

c) Endapan yang terjadi di tengah sungai dan muncul pada saat air sungai surut disebut dengan gosong sungai.

d) Endapan yang terjadi di kaki-kaki bukit dan bentuknya seperti kipas, disebut dengan kipas aluvial.

e) Endapan yang terjadi di daerah pantai atau gurun dapat berupa gumuk pasir (sand dune)


  1. Dampak sedimentasi

Sedimentasi dapat berdampak, antara lain :

a) Pendangkalan sungai, saluran irigasi dan waduk.

b). Hilangnya mata air di kaki gunung

c). Rusaknya bangunan

d). Hilangnya harta benda

e). Hilangnya nyawa


D. Latihan
Pilihlah Satu jawaban yang Paling benar!


        1. Tenaga yang umumnya membentuk relief muka bumi berupa....

(A) tenaga geologi

  1. tenaga eksogen

  2. tenaga endogen

  3. tenaga geothermis

2. Lapisan tanah yang lebih rendah dari sisi kiri dan kanan yang diakibatkan oleh patahan disebut dengan...

          1. horst

          2. graben

          3. lembah

          4. palung

        1. Bagian puncak dari lipatan disebut dengan....

          1. sinklinal

          2. isoklinal

          3. antiklinal

          4. subklinal

        2. Semua peristiwa yang berhubungan dengan kekuatan gaya tarik menarik pada bagian kulit bumi sehingga menghasilkan bentuk patahan dan lipatan disebut dengan....

          1. vulkanisme

          2. orogenesa

          3. epirogenesa

          4. diasthropisme

        3. Material erupsi yang berbentuk cair akan membentuk tipe gunung api...

          1. maar

          2. strato

          3. perisai

          4. parasiter

        4. Sumber gas belerang disebut dengan....

          1. Mofet

          2. fumarol

          3. solfatara

          4. geyseratan

        5. Gempa bumi yang pengaruhnya paling luas adalah.....

          1. tektonik

          2. vulkanik

          3. patahan

          4. runtuhan




        1. Batuan yang mempunyai ciri berlapis-lapis terdapat fosil, adalah.....

          1. batuan beku

          2. batuan malihan

          3. batuan sedimen

          4. batuan andesitik

        2. Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari pengaruh suhu yang sangat tinggi disebut....

          1. batuan metamorf kontak

          2. batuan metamorf dinamo

          3. batuan metamorf vulkanis

          4. batuan metamorf pneumatolistis




        1. Terbentuknya sungai bawah tanah di daerah kapur merupakan hasil dari pelapukan....

          1. fisik

          2. kimia

          3. organik

          4. mekanis

        2. Unsur iklim yang paling berpengaruh terhadap erosi adalah....

          1. hujan

          2. suhu udara

          3. tekanan udara

          4. kelembaban udara



Kerjakan soal-soal di bawah ini!


              1. Bagaimanakah karakteristik dari litosfera?

              2. Bagaimanakah proses terjadinya patahan dan lipatan?

              3. Mengapa tanah-tanah yang ada di Indonesia subur?

              4. Jelaskan bentukNbentuk erosi?

              5. Jelaskan bentukan muka bumi hasil sedimentasi!



DAFTAR BACAAN

Isa Darmawijaya. M. 1997. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Karta Saputra AG. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Bina Aksara.
Sitanala Arsyad. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Penerbit IPB.

Strahler, Arthur. 1986. Physical Geography. New York: John Wiley and Son Inc.



Yusman Hestiyanto. 2005. Geografi 1. Jakarta: Yudhistira.
Yusman Hestiyanto. 2005. Geografi 2. Jakarta: Yudhistira.



[Type text] Page



Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©atelim.com 2016
rəhbərliyinə müraciət