DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM
Oleh: Soemarno, 2012
1. Pendahuluan
Beberapa permasalahan agribisnis mangga di Jawa Timur yang dapat diidentifikasikan selama ini adalah:
(a). Volume ekspor buah mangga selama ini mengalami fluktuasi yang sangat tajam dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adalah potensial demand pasar luar negeri dan domestik ; kendala-kendala kualitas (terutama tentang jenis/varietas yang paling disukai konsumen); keadaan teknik penanganan pascapanen; serta kendala-kendala kontinyuitas dan peningkatan produksi buah.
(b). Sebagian besar tanaman mangga ditanam penduduk di lahan pekarangan di sela-sela tanaman lainnya. Alternatif pengembangan kebun mangga monokultur pada lahan tegalan atau perkebunan masih belum diketahui secara meyakinkan, apakah tanaman mangga yang diusahakan secara komersial cukup "layak" (feasible) baik ditinjau dari aspek finansial, ekonomi, maupun sosial.
(c). Biaya investasi untuk pengusahaan mangga apabila dilakukan secara komersial (perkebunan) cukup besar, sulit terjangkau oleh petani yang permodalannya lemah. Oleh karenanya, dalam rangka pengembangan agribisnis mangga, perlu dikaji model pengelolaan yang dapat memecahkan masalah tersebut, termasuk permodalan, pemasaran, transfer teknologi serta permasalahan lainnya.
2. Potensi Produksi Mangga
Perkembangan produksi mangga di Jawa Timur semenjak tahun 1985 menunjukkan peningkatan (Tabel 1). Tiga jenis mangga yang dominan adalah Arumanis, Gadung dan Manalagi (Tabel 2)
Tabel 1. Perkembangan Produksi Mangga di Jawa Timur Selama Tahun 1985-1990.
Tahun
|
Produksi
|
Perkembangan
|
|
(ton)
|
(% /th)
|
1985
|
186.250
|
-
|
1986
|
207.600
|
11.46
|
1987
|
284.850
|
37.21
|
1988
|
306.225
|
7.50
|
1989
|
452.500
|
47.77
|
1990
|
611.250
|
35.08
|
Sumber: Diolah dari laporan Tahunan Dinas Pertanian Tana man Pangan Propinsi Jawa Timur 1991/1992
Tabel 2. Produksi Mangga Berdasarkan Jenisnya di Jawa Timur, Tahun 1990
Jenis Mangga
|
Produksi
|
Persen
|
|
(ton)
|
(%)
|
Arumanis
|
216.994
|
35.50
|
Golek
|
92.290
|
15.10
|
Manalagi
|
132.641
|
21.70
|
Jenis lain
|
169.316
|
27.70
|
Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Timur, 1991/1992.
3. Wilayah Agroekologi mangga
Tanaman mangga sangat cocok untuk daerah-daerah yang mempunyai bulan kering sekitar tiga bulan (tipe iklim yang sesuai B2, C dan D), ia cukup tahan kekeringan. Di daerah yang beriklim basah tanaman mangga sering mengalami ganggua seperti kerontokan bunga, gangguan penyakit Gleosporium dan penggerek buah. Di daerah iklim kering diperlukan persyaratan bahwa kedalaman air tanah tidak boleh lebih dari 200 cm. Tanaman ini kurang sesuai untuk daerah dataran tinggi (>1000 m dpl). Periode kering sebelum dan sewaktu pembungaan sangat diperlukan untuk keberhasilan pembuahan, sedangkan cuaca berawan dan banyak hujan pada saat pohon berbunga dapat mengganggu perkawinan bunga dan mengakibatkan kerontokan. Karakteristik tanah yang sesuai adalah gembur dan tekstur lempung berpasir, dan solumnya cukup dalam.
Tiga macam faktor agroekologi utama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mangga adalah ketinggian tempat, pola hujan sepanjang tahun, dan solum tanah. Sedangkan faktor-faktor agroekologi lain yang dapat membatasi produktivitas tanaman mangga adalah (i) salinitas tanah yang tinggi, (ii) muka air tanah yang terlalu dangkal, (iii) tekstur tanah liat berat, (iv) drainase tanah yang jelek/daerah genangan/banjir, (v) faktor khusus. Hasil evaluasi rekonaisans di Jawa Timur diabstraksikan dalam Tabel 3.
Secara general, wilayah pengembangan mangga di Jawa Timur dapat dijelaskan seperti berikut.
(1). Wilayah pengembangan dataran menengah beriklim basah (400-1000 m dpl, CH = > 2000 mm/tahun)
Daerah ini kurang sesuai bagi tanaman mangga, faktor pembatasnya adalah curah hujan yang berlebihan. Pada saat tanaman mangga menghendaki periode kering ternyata masih turun hujan. Oleh karena itu kasus yang sering terjadi ialah kerontokan bunga dan bakal buah.
(2). Wilayah pengembangan dataran menengah beriklim agak basah (400- 1000 m dpl, CH = 1000 - 2000 mm/tahun)
Sebaran wilayah ini di Jawa Timur sangat luas dengan kondisi agroekologi sangat beragam. Keadaan ini memungkinkan berbagai jenis mangga tumbuh dan berkembang dengan baik. Kendala yang mungkin dihadapi adalah solum tanah yang tipis, tekstur liat berat atau berpasir.
(3). Wilayah pengembangan dataran rendah beriklim kering
(0-400 m dpl, CH = < 1000 mm/tahun)
Wilayah pengembangan ini hanya sesuai bagi tanaman mangga yang tahan terhadap kekeringan, yaitu jenis-jenis lokal yang mempunyai perakaran sangat dalam dan luas, penetrasinya kuat dan umumnya mempunyai tajuk yang daunnya kecil-kecil. Kendala yang lazim adalah cekaman air tanah yang mengakibatkan kegagalan fruitset.
Tabel 3. Klasifikasi lahan bagi pengembangan mangga di Jawa Timur (Soemarno dkk, 1992)
N
|
Development zones
|
Altitude
|
Tipe
|
Solum
|
Possible constraint*)
|
o
|
(Symbols)
|
( m dpl
|
iklim
|
(cm)
|
|
|
|
|
1.
|
A1R1S1 (Sesuai)
|
0-400
|
C2-C3
|
> 100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
2.
|
A1R1S2 (Sesuai)
|
0-400
|
C2-C3
|
60-100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
3.
|
A1R1S3 (Kurang sesuai)
|
0-400
|
C2-C3
|
< 60
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
4.
|
A1R2S1 (Kurang sesuai)
|
0-400
|
D
|
> 100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
5.
|
A1R2S2 (Kurang sesuai)
|
0-400
|
D
|
60-100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
6.
|
A1R3S1 (Kurang sesuai)
|
0-400
|
B; E
|
> 100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
7.
|
A1R3S2 (Kurang sesuai)
|
0-400
|
B; E
|
60-100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
8 .
|
A2R1S1 (Sesuai)
|
400-1000
|
C2-C3
|
> 100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
9 .
|
A2R1S2 (Sesuai)
|
400-1000
|
C2-C3
|
60-100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
10
|
A2R1S3 (Cukup sesuai)
|
400-1000
|
C2-C3
|
< 60
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
11
|
A2R2S1 (Cukup sesuai)
|
400-1000
|
D
|
> 100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
12
|
A2R2S2 (Cukup sesuai)
|
400-1000
|
D
|
60-100
|
k1 ;k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
13
|
A2R2S3 (Kurang sesuai)
|
400-1000
|
D
|
< 60
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
14
|
A2R3S1 (Kurang sesuai)
|
400-1000
|
B; E
|
> 100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
15
|
A2R3S2 (Kurang sesuai)
|
400-1000
|
B; E
|
60-100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
16
|
A3R2S3 (Tidak sesuai)
|
>1000
|
D
|
< 60
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
Keterangan : *) Kendala yang mungkin ada; k1 = salinitas yang tinggi; k2 = kedalaman muka air tanah < 50 cm; k3 = tekstur tanah liat berat; k4 = drainase buruk/daerah genangan/banjir; k5 = kekeringan; k6 = kondisi iklim (suhu dan kelembaban udara) ; k7 = curah hujan berlebihan.
(4). Wilayah pengembangan dataran rendah beriklim agak basah (0-400 m dpl, CH = 1000-2000 mm/tahun)
Wilayah ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pusat produksi mangga. Kondisi agroklimat umumnya sesuai bagi pertumbuhan dan produksi mangga. Periode kering cukup panjang bagi periodisasi pertumbuhan tanaman mangga. Kendala yang mungkin dihadapi adalah muka air tanah yang terlalu dangkal, drainase yang jelek atau genangan air, dan tekstur tanah liat berat.
4. Pusat produksi mangga
Tanaman mangga di Jawa Timur tersebar pada hampir seluruh wilayah. Daerah-daerah sentra produksi aktual mangga di Jawa Timur disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Daerah Sentra Produksi Mangga di Jawa Timur
|
Kabupaten
|
Produksi buah (ton) Kultivar:
|
|
|
Arumanis
|
Golek
|
Lainnya
|
1.
|
Pasuruan
|
44.436
|
27.025
|
29.143
|
2.
|
Probolinggo
|
28.895
|
2.565
|
9.620
|
3.
|
Kediri
|
4.962
|
8.575
|
24.850
|
4.
|
Lumajang
|
7.040
|
4.128
|
13.760
|
5.
|
Jombang
|
17.940
|
1.331
|
5.430
|
6.
|
Gresik
|
7.524
|
1964
|
9.642
|
7.
|
Mojokerto
|
7.434
|
1.127
|
8.270
|
8.
|
Ponorogo
|
7.560
|
975
|
7.515
|
Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur, 1991/92.
5. Keragaan Sistem Agribisnis Mangga
5.1. Usahatani
Tanaman mangga pada umumnya diusahakan di lahan pekarangan secara sambilan. Estimasi tentang persentase luas pengusahaan mangga berdasarkan sistim pengusahaannya disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Estimasi Persentase Usahatani Tanaman Mangga Berdasarkan Sistem Pengusahaannya
|
Farming systems
|
% luasan
|
1.
|
Mangga diusahakan pada lahan pekarangan
|
90 - 95
|
2.
|
Mangga diusahakan pada lahan
|
|
|
tegal dan tumpangsari dengan tanaman pangan
|
± 5.0
|
3.
|
Mangga diusahakan pada lahan
|
|
|
tegal secara monokultur
|
± 1.0
|
Sumber: Soemarno dkk., 1992.
Tanaman mangga di lahan pekarangan penduduk tidak mendapatkan perawatan secara memadai, pemupukan dilakukan ala kadarnya, pemangkasan tajuk tidak dilakukan. Sebagian besar tanaman berumur tua dan ditanam dari biji.
5.2. Produktivitas mangga
Jumlah tanaman mangga dan produksinya di daerah sentra produksi Probolinggo disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Tanaman dan Produksi Buah Mangga di Kabupaten Probolinggo, 1990/91.
Kultivar
|
Jumlah pohon mangga:
|
Produksi
|
|
Productif
|
Muda
|
Total
|
buah
|
|
|
|
|
(kw)
|
Gadung
|
95.527
|
55.520
|
151.047
|
137.085
|
Manalagi
|
44.735
|
33.149
|
77.884
|
58.357
|
Golek
|
20.950
|
23.986
|
44.936
|
35.803
|
Madu
|
7.229
|
18.303
|
25.532
|
7.898
|
Jenis lain
|
45.972
|
63.932
|
109.904
|
142.372
|
Jumlah
|
214.413
|
204.890
|
419.303
|
381.515
|
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, 1991/1992.
5.3. Usahatani mangga rakyat
Deskripsi ringkas sistem usahatani mangga yang dilakukan oleh petani sebagaimana disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Deskripsi Sistem Usahatani Mangga Yang Dilakukan Petani, 1991/1992
|
Kondisi aktual
|
1. Rata-rata jumlah pohon
|
3-5 pohon
|
2. Lahan yang digunakan
|
Lahan pekarangan
|
3. Jarak tanam
|
Tidak beraturan
|
4. Sistim penanaman
|
Sebagian besar berasal dari
|
|
cangkokan
|
5. Jenis mangga yang
|
Arumanis (gadung) dan
|
banyak diusahakan
|
Manalagi
|
6. Pemangkasan
|
Umumnya dilakukan pada
|
|
waktu tanaman umur 1-3 tahun
|
7. Pemupukan
|
Umumnya dilakukan pada waktu
|
|
tanaman umur 1-2 tahun
|
8.Pemberantasan hama dan penyakit
|
Jarang dilakukan
|
Sumber: Soemarno dkk. 1992.
|