2.2. Kultivar Lalijiwo
Asal-usul: Kebun Cukur Gondang I/115-116.
Tinggi pohon mencapai 9-11 m, tajuk pohon jorong ke atas bergaris tengah 13,5 - 15 m. Percabangannya sedang, berdaun sedang, berbuah jarang, rontokan buah banyak. Letak daun mendatar, permukaan keriput, berbentuk jorong, lipatan datar, pucuk daun runcing, dasar daun runcing, panjang 23 - 24 cm, lebar 4-5 cm. Produksi rata-rata berat buah/pohon/tahun Lalijiwo 1991 : 71,3 kg. 1975 - 1980.
2.3. Kultivar Arumanis
Asal-usul :
1. Pilang, Probolinggo. Kebun Poh Jentrik No. 1, Kebun Cukur Gondang I/1-2.
2. Paiton, Kraksaan, Kebun Pohjentrek No. 135, Kebun Cukur Gondang 1/97-88.
3. Muka Klenteng Kota Probolinggo, Kebun Poh Jentrik No. 143, Kebun Cukur Gondang I/95-96.
4. Kebunsari Kulon, Kanegaran, Kraksaan, Kebun Pohjentrek No.151,Kebun Cukur Gondang I/103-104
Nama Arumanis sama dengan "Gadung", hal ini disebabkan karena kedua jenis tanaman tersebut mempunyai karakteristik yang sama, di antaranya bentuk dan warna buahnya yang tergantung pada kesuburan tanamannya. Tinggi Pohon mencapai 9,2 m, tajuk pohon piramida tumpul bergaris tengah mencapai 11,8 m. Percabangan sedang, berdaun tebal, berbuah sedang dan teratur, kerontokan buah sedikit. Letak daun mendatar, permukaan daun berombak berbentuk jorong, agak melipat, pucuk daun runcing, dasar daun tumpul, panjang 20,3 cm lebar 6,4 cm. Malai bunga 44,8 X 30,2 cm, bentuk malai piramida lancip, warna bungan kuning, tangkai malai hijau keunguan. Berat buah 450 gram, berukuran 15.1 x 7.8 x 5.5 cm berbentuk jorong, letak tangkai di tengah, pangkal buah bulat dan miring, lekukan dangkal atau tidak ada, pucuk buah runcing, berparuh sedikit. kulit buah tipis, halus, berlilin bintik-bintik agak jarang berwarna putih kehijauan. Warna buah masak pangkal buah hijau kuning kecoklatan sampai merah keunguan, pucuk buah hijau. Daging buah tebal, warna masak kuning berserat halus, air buah banyak, beraruma harum rasanya manis.Bijinya tipis berukuran 13,75 x 4,25 x 1,9 cm, sebagian biji berserat pendek.
Produksi rata-rata berat buah/pohon pada 1944 - 1967 :
Aromanis 1 : 41.96 kg.
Aromanis 135 : 46.75 kg.
Aromanis 143 : 54.71 kg.
Aromanis 151 : 28.04 kg.
Aromanis 205 : 38.54 kg.
Aromanis 21 : 50.64 kg.
Dari angka produksi diatas Aromanis 143 dan Gadung 21 kiranya perlu mendapatkan prioritas dalam pembibitan karena kemampuan produksinya yang tinggi dibandingkan dengan lain-lain.
2.4. Kultivar Santog
Asal-usul : Kebun Cukur Gondang I/75/76.
Tinggi pohon mencapai 12 - 12.5 m, tajuk pohon jorong kesamping, bergaris tengah 13,5 m. Percabangan jarang, berdaun jarang, berbuah jarang, kerontokan buah banyak. Daun letaknya mendatar, permukaan keriput berbentuk jorong, lipatan datar, pucuk daun tumpul, dasar daun tumpul, panjang 27 - 29 cm, lebar 6 - 7 cm. Malai bunga (tidak teramati). Berat buah 180 gram, berukuran 7 X 18 cm, berbentuk jorong, letak tangkai miring, pangkal buah bulat, sedikit melekuk dan miring, sedikit berparuh. Kulit buah halus, berlilin, bintik-bintik rapat dan jelas berwarna hijau muda. Warna masak : pangkal buah hijau muda. Daging buah tebal, kenyal, warna masak kuning, pucuk buah hijau tua, berserat banyak, air buah sedang, beraruma sedang, rasanya masam. Bijinya kecil berukuran 8 x 2.5 x 1.5 cm, sebagian biji berserat pendek.
Produksi Rata-rata berat buah/pohon/tahun Santog 89 : 70.40 kg selama periode 1976 -1980.
2.5. Kultivar Golek
Asal-usul :
1. Sebani, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 31, Kebun Cukur Gondang I/27-28.
2. Kili, Bayeman, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 33 Kebun Cukur Gondang I/29-30.
3. Randukuning, Kraksaan, Kebun Pohjentrek No.35, Kebun Cukur Gondang I/31-32.
4. Bayeman, Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.133, Kebun Cukur Gondang I/85-86
5. Sukabumi, Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.177, Kebun Cukur Gondang I/129-130.
6. Bayeman, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.195, Kebun Cukur Gondang I/147-148
7. Kebun Pohjentrek, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 229, Kebun Cukur Gondang I/169-170.
8. Kelian, Bangkalan, Kebun Pohjentrek No.255, Kebun Cukur Gondang II/189-190.
Tinggi pohon mencapai 8.7 m, tajuk pohon bulat bergaris tengah mencapai 13.5 m. Percabangan sedang, berdaun jarang, berbuah jarang dan teratur, kerontokan buah sedikit. Letak daun tegak, permukaan berombak, berbentuk jorong, agak melipat, pucuk daun lancip, dasar daun tumpul, panjang 24.8 cm, lebar 5.6 cm. Malai bunga 32.6 X 21.4 cm, bentuk malai piramida lancip, warna bunga kuning, tangkai malai hijau muda. Berat buah 512 gram, berukuran 16.7 X 7.9 X 6.2 cm, berbentuk panjang, letak tangkai ditengah, pangkal buah runcing, tidak berlekuk, tidak berparuh, kulit buah agak tebal, halus berlilin, bintik-bintik sedang, berwarna putih kehijauan. Buah yang masak pangkalnya kuning, pucuknya hijau muda. Daging buah tebal lunak, warna masak kuning halus, air buah sedang, beraroma agak harum, rasanya manis, apabila terlalu masak rasanya tidak enak lagi. Bijinya medium, berukuran 14.5 X 4.2 X 2.8 cm, sebagian biji berserat pendek.
Rata-rata berat buah/pohon/tahun selama 1944 - 1967:
Golek 31 : 52.34 kg (disebar-luaskan)
Golek 33 : 32.86 kg.
Golek 35 : 30.51 kg.
Golek 133 : 23.78 kg.
Golek 177 : 26.69 kg.
Golek 29 : 52.45 kg. 1976 - 1980.
Golek 195 : 25.59 kg.
Golek 229 : 22.22 kg (disebar-luaskan)
Golek 255 : 13.06 kg.
2.6. Kultivar Madu
Asal-usul
1. Wangkal, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.65, Kebun Cukur Gondang I/57-58.
2. Kebuncendi, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.67, Kebun Cukur Gondang I/59-60.
3. Rumah Bupati Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.131, Kebun Cukur Gondang I/83-84.
4. Tongas, Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.139, Kebun Cukur Gondang I/91-92.
5. Karang anyar, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.179, Kebun Cukur Gondang I/131-132.
6. Pohjentrek, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 225,Kebun Cukur Gondang I/No.167-168.
7. Pohjentrek, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.233, Kebun Cukur Gondang I/ 172-173.
8. Pohjentrek Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.311, Kebun Cukur Gondang II/219-220.
Tinggi pohon mencapai 10,1 m, tajuk pohon Jorong ke atas bergaris tengah mencapai 12,8 m. Percabangan sedang, berdaun sedang, berbuah jarang dan teratur, kerontokan buah sedikit. Letak daunnya tegak, permukaan berombak, berbentuk jorong, agak melipat, pucuk daun lancip, dasar daun tumpul, panjang 22,6 cm, lebar 5,7 cm. Malai bunga 22.8 X 27 cm, bentuk malai piramida lancip, warna bunga kuning, tangkai malai hijau keunguan. Berat buah 370 gram, berukuran 10.4 X 6.9 X 5.6 cm, berbentuk jorong, letak tangkai agak miring, pangkal buah bulat, pucuk buah bulat, tidak belekuk, tidak berparuh. Kulit buah sedang, halus berlilin, bintik-bintik sedang, berwarna putih kehijauan.Daging buah tebal lunak, warna masak kuning berserat, sedikit dan agak kasar, air buah sedang, beraroma harum, rasanya manis. Bijinya sedang, berukuran 9.1 X 4.9 X 2.4 cm, sebagian biji berserat pendek.
Produksi :
Rata-rata berat buah/pohon/tahun :
Madu 65 : 30.25 kg. 1944 - 1968.
Madu 67 : 28.83 kg. 1946 - 1968.
Madu 131: 33.49 kg. 1944 - 1968 (Disebar-luaskan)
Madu 139: 6.46 kg. 1944 - 1968.
Madu 179: 30.72 kg. 1944 - 1968.
Madu 225: 20.34 kg. 1944 - 1980.
Madu 233: 11.59 kg. 1944 - 1968.
Madu 311: 45.15 kg. 1948 - 1968.
Madu 255: 31.5 kg. 1976 - 1980.
7.3. Irama pertumbuhan tanaman
7.3.1. Waktu terbentuknya daun muda (pupus/flush)
Pupus terbentuk 1-2 bulan setelah musim kering, kemudian 2-4 minggu kemudian segera akan tumbuh bunga, tergantung dari kultivar.
7.3.2. Periode pembungaan
Kuncuk bunga akan tumbuh dam membuka pada musim kemarau (periode kering) . Namun demikian bunga dapat juga tumbuh mada musim hujan tetapi hal ini sering kali menyebabkan gagalnya penyerbukan bunga sehingga berpengaruh pula terhadap calon buah. Dari hasil observasi ternyata pembungaan terjadi pada musim kering, yakni pada bulan 5-8 (Mei-Agustus). Akan tetapi bunga terbanyak tumbuh pada bulan 7-8. Pada bulan 4 sering juga terjadi pembungaan namun bunga yang tumbuh pada bulan ini sedikit sekali dan banyak yang gugur akibat hujan yang terjadi pada bulan itu (Tabel 13).
.
Tabel 13. Rata-rata waktu terbentuknya bunga dari beberapa jenis tanaman mangga (1976-1980)
No.
|
Macam Varietas
|
Rata-rata bulan terbentuknya bunga
|
1
|
Manalagi 241
|
4 - 9
|
2
|
Lalijiwo 91
|
6 - 8
|
3
|
Arumanis 205
|
7 - 10
|
4
|
Santog 89
|
7 - 10
|
5
|
Kepodang 45
|
5 - 8
|
6
|
Golek 229
|
6 - 8
|
7
|
Madu 225
|
5 - 10
|
8
|
Cuncung 201
|
7 - 10
|
Sumber: Sukindar, 1991.
7.3.3. Periode pembuahan
Pembuahan terjadi apabila keadaan lingkungan memenuhi syarat. Dalam hal ini salah satu faktor yang dapat membantu terjadinya pembuahan adalah serangga. Dari hasil observasi buah terbentuk pada 3-4 minggu setelah pembungaan (Tabel 14).
Tabel 14. Rata-rata waktu pembuahan dari beberapa jenis tanaman mangga ( 1976-1980).
No.
|
Macam Varietas
|
Rata-rata bulan mulai berbuah
|
1
|
Manalagi 241
|
5 - 9
|
2
|
Lacijiwo 91
|
6 - 8
|
3
|
Arumanis 205
|
7 - 10
|
4
|
Santog 89
|
7 - 10
|
5
|
Golek 229
|
6 - 8
|
6
|
Madu 225
|
5 - 10
|
7
|
Cuncung 201
|
7 - 10
|
Sumber: Sukindar, 1991.
7.3.4. Saat panen.
Pada umumnya buah segera dapat dipanen setelah tanaman berumur 3-4 bulan dari saat berbunga. Adapun cara pemetikan buah yang biasa dilakukan petani adalah dengan bambu yang dianyam (dibentuk) sedemikian rupa, sehingga apabila bambu ditarik maka buah akan langsung dapat masuk kedalam anyaman tersebut. Masa panen mangga disjaikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Rata-rata saat penen dari beberapa jenis tanaman mangga (1976-1986)
No.
|
Macam Varietas
|
Saat panen bulan ke:
|
1
|
Manalagi 241
|
7 - 11
|
2
|
Lacijiwo 91
|
9 - 10
|
3
|
Arumanis 205
|
10 - 12
|
4
|
Santog 89
|
10 - 12
|
5
|
Kepodang 45
|
8 - 11
|
6
|
Golek 229
|
9 - 10
|
7
|
Madu 225
|
8 - 12
|
8
|
Nanas 175
|
9 - 11
|
9
|
Penci 427
|
9 - 12
|
10
|
Cuncung 201
|
10 - 12
|
|
|
|
Sumber: Sukindar, 1991.
7.3.5. Produksi
Produksi tanaman buah-buahan fluktuasinya besar sekali dari tahun ketahun. Menurut Kusumo (1975) berat buah perpohon berkisar antara 2,58 - 84,20 kg, sedang berat buah perbiji diantara 110-800 g. Dari hasil observasi dapat dilihat, bahwa rata-rata produksi selama 5 tahun berkisar antara 2.1-129.4 kg/pohon/tahun. Hal ini sangat terganung dari macam varietas tanaman mangga
Tabel 16. Produksi beberapa verietas tanaman mangga (1976-1986)
No.
|
Macam Varietas
|
Rata-rata produksi (kg/ph)
|
1
|
Manalagi 241
|
15.10
|
2
|
Lacijiwo 91
|
71.30
|
3
|
Arumanis 205
|
37.90
|
4
|
Santog 89
|
70.40
|
5
|
Kepodang 45
|
129.45
|
6
|
Golek 229
|
51.45
|
7
|
Madu 225
|
31.50
|
8
|
Nanas 175
|
2.10
|
9
|
Penci 427
|
13.65
|
10
|
Cuncung 201
|
41.40
|
Sumber: Sukindar, 1991.
8. Kesimpulan dan Saran
Sebagian besar wilayah Jawa Timur mempunyai kondisi agro ekologi yang cukup sesuai bagi pertumbuhan dan produksi tanaman mangga. Daerah sentra produksi mangga umumnya terletak pada ketinggian 0-400 m dpl dengan kondisi iklim tipe C2 dan C3. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 400-1000 m dpl juga masih ditemukan banyak tanaman mangga yang produktif.
(1). Tingkat Kelayakan Sistem Usahatani Mangga
(a). Usahatani mangga, baik yang dilakukan di lahan pe-karangan dan kebun campuran maupun di kebun-kebun monokultur, dengan jarak tanam 7 m x 7 m dan 10 m x 10 m secara sosial-ekonomi dan ekologi layak untuk dikembangkan di daerah dengan ketinggian 0-1000 m dpl dengan tipe iklim C2 dan C3. Kondisi daerah seperti ini tersebar di wilayah Kabupaten Kediri, Jombang, Ngawi, Nganjuk, Madiun, Tuban, Pasuruan, Probolinggo, Malang dan sekitarnya.
(b). Sistem usahatani mangga di Jawa Timur secara sosio-teknologi juga layak untuk dikembangkan karena pada saat sekarang penduduk telah menguasai agroteknologi budidaya mangga yang telah memenuhi syarat minimal. Infrastruktur penyuluhan teknologi budidaya mangga juga memungkinkan untuk melakukan transfer IPTEK yang lebih baik untuk mengintensifkan usahatani mangga. Demikian juga respon penduduk terhadap komoditi ini sangat baik mengingat peluang pasarnya cukup besar. Beberapa pusat pengembangan teknologi mangga, baik milik pemerintah maupun suasta, telah mulai merintis dan mengembangkan agroteknologi mangga yang dapat disebarkan kepada masyarakat sekitarnya.
(2). Potensi Produksi Mangga di Jawa Timur.
(a). Sebagian besar wilayah Jawa Timur mempunyai kondisi agroekologi yang cukup sesuai bagi pertumbuhan dan produksi tanaman mangga. Daerah sentra produksi mangga umumnya terletak pada ketinggian 0-400 m dpl dengan kondisi iklim tipe C2 dan C3. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 400-1000 m dpl juga masih ditemukan banyak tanaman mangga yang produktif; sedangkan pada ketinggian lebih dari 1000 m dpl produktivitas tanaman mangga mulai menurun terutama kalau di daerah yang banyak hujan.
(b). Rata-rata produksi buah mangga di Jawa Timur pada sa-at sekarang relatif masih rendah dibandingkan dengan potensi produksi (potensi genetik) yang mungkin dapat dicapai. Hal ini karena sebagian besar mangga milik penduduk adalah pohon mangga tua yang produktivitasnya sudah menurun, sedangkan tanaman mangga hasil peremajaan masih belum mencapai tingkat produksi yang optimal. Selain itu, sebagian besar pemilik mangga tidak melakukan pemeliharaan secara intensif, seperti pemupukan, pemangkasan dan pengaturan tajuk, manipulasi pembungaan dan pembuahan, penyiangan dan pemberantasan hama dan penyakit. Kontribusi kebun-kebun mangga komersial terhadap produksi regional masih sangat rendah.
(c). Jenis (varietas) pohon mangga produktif yang ada sekarang sangat beragam, sehingga buah mangga yang dipasarkan juga beragam. Sebagian besar jenis mangga ini kualitas buahnya kurang bagus, namun cukup baik untuk digunakan sebagai batang bawah. Usaha peremajaan tanaman mangga penduduk sebagian besar telah memilih jenis Gadung, Arummanis atau Manalagi. Sebagai akibat dari keragaman jenis tersebut maka irregular-bearing tampak jelas dan fluktuasi produksi dari tahun ke tahun tampak jelas.
(d). Rataan produksi mangga Arummanis di Pasuruan (kebun mangga monokultur dengan tingkat intensifikasi medium) mulai umur 5 - 20 tahun sekitar 10-11 ton/ha/tahun. Sedangkan untuk mangga Manalagi di Probolinggo sekitar 7.5-8.0 ton/ha/tahun.
(3). Sistem Pemasaran Buah Mangga di Jawa Timur
(a). Lembaga pemasaran buah mangga segar yang ada sekarang tampaknya telah terbentuk sejak lama, mulai dari tingkat pedagang pengumpul desa hingga pedagang pengumpul di kota-kota besar dan pedagang pengecer. Pada tingkat petani produsen ternyata mekanisme penetapan harga juah didominasi oleh para penebas/pedagang desa yang membeli buah mangga dengan cara tebasan kontan atau ijon.
(b). Saluran pemasaran buah mangga segar di Jawa Timur se-cara umum adalah: Petani ----> pedagang/penebas ----> pedagang penyalur di kota besar (Surabaya/ Jakarta/Bandung) ----> pengecer lokal ----> Konsumen.
(c). Penerapan fungsi-fungsi pascapanen dan manajemen pe-masaran buah mangga sepenuhnya dilakukan oleh para pedagang, terutama pedagang pengumpul tingkat desa atau kecamatan. Produsen jarang sekali melakukan fungsi pasca panen buah mangga. Hal ini yang dianggap sebagai penyebab rendahnya marjin pemasaran yang diterima petani mangga (rata-rata kurang dari 50%).
(d). Volume pemasaran buah mangga segar Jawa Timur masih didominasi oleh segmen pasar domestik Jawa Timur, dan beberapa kota besar di Jateng, Jabar dan DKI Jakarta. Perdagangan antar pulau masih terbatas ke beberapa kota di Kalimantan. Sedangkan volume ekspor buah mangga masih relatif sangat kecil dibandingkan dengan total volume buah mangga yang dipasarkan.
(4). Penanganan pascapanen dan pengolahan buah mangga
Penanganan pascapanen buah mangga masih terbatas kepada upaya-upaya untuk menyeragamkan proses pematangan dan upaya-upaya untuk menangguhkan proses pematangan buah secara sederhana. Aktivitas ini umumnya dilakukan oleh pedagang dalam rangka untuk meningkatkan kualitas buah atau untuk memperluas jangkauan pasar buah mangga segar.
Saran-Saran
(1). Kajian Teknologi Inovasi
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pengembangan sistem agribisnis mangga di Jawa Timur dapat ditempuh dengan mengintegrasikan (secara fungsional) aktivitas kebun mangga monokultur komersial dengan kebun mangga rakyat (di pekarangan dan kebun campuran) dan pusat-pusat inovasi agroteknologi mangga. Lima hal yang masih dipandang sangat penting untuk menunjang pengembangan sistem agribisnis mangga di Jawa Timur, adalah : (1). Inovasi teknologi bibit dan pembibitan; (2). Teknologi off-season; (3). Teknologi penghambatan pematangan buah mangga; (4). Pengembangan pusat informasi mangga ; (5). Teknologi pengolahan buah mangga.
(2). Teknologi Budidaya Mangga (Mangifera indica)
1. Syarat tumbuh tanaman: ketinggian tempat < 400 m dpl dengan curah hujan 800-1000 mm setahun dengan tipe iklim (Schmidt & Ferguson) C, D, E dan musim kemarau yang tegas.
2. Bibit tanaman: berasal dari okulasi atau grafting dengan menggunakan batang bawah ejenis madu dan podang. Kultivar batang atas yang disarankan adalah Arumanis 143, Gurih 163, Golek 41 dan Manalagi 69.
3. Penanaman bibit:
(a). Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm, tanah lapisan atas sedalam 30-40 cm dipisahkan dengan lapisan bawah.
(b). Jarak tanam 6x6m - 8x8 m, tanah lapisan atas dicampur dengan rabuk organik, pupuk dasar, dan Furadan 8-10 gram.
(c). Bibit grafting atau okulasi ditanam pada lubang tanam yang disiapkan 1/2 - 1 bulan sebelumnya.
(d). Bibit grafting (hasil sambungan dini) siap ditanam pada umur 6-7 bulan, sedangkan bibit okulasi umur 12 bulan.
(e). Penanamanm bibit dilakukan pada awal musim hujan
4. Pemeliharaan tanaman:
(a). Pemupukan dapat dilakukan dengan dosis seperti di bawah ini.
Umur
(th)
|
ZA
|
TSP
|
KCl
|
Rabuk
kandang
|
Keterangan
|
0
|
50
|
25
|
25
|
2
|
Sebulan setelah tanam
|
1
|
200
|
100
|
100
|
2
|
separuh pada Desember-Januari dan sisanya Juni-Juli;Semua rabuk kandang pada bulan Desember -Januari
|
2-3
|
500-
1000
|
250-
500
|
250-
500
|
2-3
|
sda
|
4-5
|
1000-
2000
|
500-
1000
|
500-
1000
|
2-3
|
sda
|
6-10
|
2000-
3000
|
1000-
1500
|
1000-
1500
|
3-4
|
sda
|
>10
|
3000-
4000
|
1500-
2000
|
1500-
2000
|
3-4
|
sda
|
Sumber: SP2UK-P2LK Jatim, 1991.
(b). Tanah di sekitar tanaman dibersihkan dan digemburkan, pada musim kemarau ditutup dengan mulsa
(c). Batang utama dipangkas setinggi 70-75 cm, cabang yang tumbuh dipelihara 3-4 arah, pemangkasan dilakukan sampai tahun ke dua setelah tanam dan dilakukan pada awal musim hujan.
(d). Tanaman yang berasal dari grafting atau okulasi akan berproduksi pada umur 3-4 tahun.
(e). Untuk memacu pembungaan mangga yang lebih awal, digunakan Cultar dengan dosis 2.5 ml/liter air/pohon untuk tanaman umur 3- 4 tahun dan 10 ml/liter air/pohon untuk tanaman umur 5-10 tahun. Aplikasi dilakukan pada bulan April-Mei.
|