5.4. Sistem Pemasaran
Buah mangga pada umumnya dikonsumsikan dalam bentuk segar, kurang dari satu persen dari total produksi yang diproses menjadi bentuk olahan (Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 1986). Buah mangga sebagian besar dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
a. Saluran Pemasaran. Buah mangga yang dihasilkan di Kabupaten Pasuruan, Probolinggo dan sekitarnya dipasarkan di dalam wilayah Kabupaten dan sebagian dikirim ke luar wilayah.
b. Cara Pemasaran
Penjualan buah mangga pada umumnya dilakukan melalui tiga cara, yakni tebasan, ijon dan kontrak. Sebagian besar petani melakukan pemasaran mangganya dengan cara tebasan (80%), sisanya dengan cara ijon dan kontrak. Dalam hal ijon dan kontrak, penentuan harga sangat didominasi oleh pedagang.
c. Marjin pemasaran
Marjin pemasaran mangga di Kabupaten Probolinggo sebagaimana Tabel untuk pemasaran sampai luar Probolinggo (ke Jakarta) . Market Share petani dari harga beli konsumen hanya sebesar lebih kurang 45% (Tabel 8).
Tabel 8. Pemasaran Mangga dari Kabupaten Probolinggo ke luar Kabupaten, 1991/1992
Aktivitas
|
Nilai
|
Pangsa
|
|
(Rp/100 buah)
|
(%)
|
1. Petani
|
|
|
Harga jual
|
14.280
|
44.70
|
2. Pedagang pengumpul
|
|
|
a. Harga beli
|
14.280
|
44.70
|
b. Biaya
|
|
|
- Panen
|
714
|
2.23
|
- Sortasi
|
460
|
1.44
|
- Packing
|
1.285
|
4.02
|
- Transport lokal
|
250
|
0.78
|
- Kuli angkut
|
860
|
2.69
|
- Transpor ke luardaerah (Jakarta)
|
5.732
|
17.94
|
Total
|
9.301
|
29.12
|
c. Harga jual
|
31.945
|
100
|
d. Keuntungan
|
8.355
|
26.15
|
Sumber: Soemarno dkk, 1991
5.5. Agroteknologi mangga
Berdasarkan hasil penelitian di Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo diperoleh informasi tentang agro-teknologi mangga seperti yang diabstraksikan dalam Tabel 9. Sebagian besar petani mangga di dua daerah sentra produksi mangga (Pasuruan dan Probolinggo) kurang menerapkan teknologi budidaya mangga. Terutama para petani yang menanam mangga di pekarangan dapat dikatakan belum melakukan usaha kearah peningkatan teknologi budidaya, atau boleh dikatakan melakukan budidaya apa adanya.
6. Tingkat Kelayakan
6.1. Aspek Agroekologi
Tanaman mangga dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada tempat-tempat dengan ketinggian 0-600 meter diatas permukaan laut, sedangkan kondisi yang ideal adalah 0-300 m dpl. Syarat-syarat tumbuh (pola hujan) untuk tanaman mangga sebagai berikut :
(1). Daerah-daerah yang kondisi iklimnya ditandai oleh bulan basah kurang dari 9 bulan dan bulan kering minimal 2 bulan, daerah toleransinya adalah 7-8 bulan basah dan 4-5 bulan kering . Kedalaman muka air tanahnya 50 cm atau lebih, sehingga tidak terjangkau oleh sistem perakaran .
(2). Daerah-daerah yang bulan basahnya 5-7 bulan dan bulan keringnya 4-6 bulan, dengan kedalaman muka air tanah 50 cm sampai 150 cm.
(3). Daerah-daerah yang bulan basahnya kurang dari 5 bulan dan bulan keringnya 6 bulan, sampai yang bulan basahnya 2-4 bulan dan keringnya 8 bulan, dengan kedalaman muka air tanahnya 50 cm sampai dengan 150 cm di bawah permukaan.
Tabel 9. Keadaan Agro-Teknologi Budidaya Mangga di Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo .
|
Pasuruan
|
Probolinggo
|
|
Homeyards
|
Gardens
|
Homeyards
|
Gardens
|
I. Bibit dan Pembibitan
|
|
|
|
|
a. Asal bibit
|
|
|
|
|
- Sendiri
|
75.0 %
|
36.5 %
|
55 %
|
20%
|
- Membeli
|
25.0 %
|
63.5 %
|
45 %
|
80
|
b. Cara Pembibitan
|
|
|
|
|
- Biji
|
55.0 %
|
0
|
15 %
|
-
|
- Sambungan
|
26.0 %
|
55.0
|
30 %
|
60%
|
- Okulasi
|
15.0 %
|
30.0
|
20 %
|
40
|
- Cangkok
|
4.0 %
|
15.0
|
35 %
|
-
|
c. Jarak Tanam; m
|
|
|
|
|
- Tak teratur
|
8 x 8
|
-
|
7 x 7
|
-
|
- Teratur
|
10 x 10
|
12 x 12
|
10 x 10
|
10 x 10
|
d. Sistim Penanaman
|
|
|
|
|
- Tumpangsari
|
100 %
|
75 %
|
85 %
|
50%
|
- Monokultur
|
-
|
25 %
|
15 %
|
50
|
II. Pemeliharaan
|
|
|
|
|
a. Pemangkasan/
|
|
|
|
|
Benalu
|
55.55 %
|
40.75 %
|
50 %
|
80%
|
b. Pemupukan
|
11.00 %
|
55.00 %
|
20 %
|
90%
|
c. Pemberantasan
|
|
|
|
|
hama penyakit
|
5.00 %
|
45.00 %
|
12 %
|
70%
|
d. Penyiangan
|
40.00 %
|
75.00%
|
20 %
|
80%
|
III. Jumlah rata-rata
|
4 pohon
|
60
|
3
|
40
|
pohon setiap orang
|
|
|
|
|
Sumber: Soemarno, dkk. 1992.
.
6.2. Prospek pengembangan Mangga
Keberhasilan pengembangan mangga di Jawa Timur menghadapi beberapa faktor:
(a). Swa sembada pangan
Pengembangan tanaman mangga haruslah diarahkan pada lahan kering (pekarangan, tegalan, kebun campuran, dan lahan-lahan kritis). Arah kebijakan ini dipertegas oleh Dinas Pertanian Cabang Kabupaten yang menggelarkan "gerakan mangganisasi", yaitu menanam tanaman mangga pada setiap jengkal lahan yang kosong.
(b). Pengelolaan lahan kritis
Lahan-lahan kritis di Jawa Timur sampai saat ini masih memer lukan penanganan yang lebih serius, terutama yang berada di kawasan lahan usaha milik penduduk. Kenyataan ini mendorong adanya kebijakan Pemerintah Daerah untuk menggerakkan program penghijauan. Jenis tanaman unggulan yang dianjurkan adalah mangga, karena tanaman ini disamping untuk tujuan penghijauan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
(c). Respons petani
Respon petani untuk menanam mangga pada lahan kering (pekarangan, tegalan, kebuun, dan lahan-lahan terlantar) cukup besar. Untuk lebih membantu respon penduduk ini pemerintah daerah telah mengarahkan bantuan pembangunan desa untuk pengadaan bibit mangga yang baik.
(d). Intensifikasi penggunaan lahan
Intensitas penggunaan lahan kering masih sangat rendah yakni satu sampai dua kali setahun (tanam yang kedua kadang-kadang berhasil dipanen dan kadang-kadang gagal dipanen karena mengalami kekeringan). Pada musim kemarau lahan-lahan seperti ini praktis tidak menghasilkan produk, sehingga lazimnya dikategorikan sebagai lahan "Sleeping Land". Dengan demikian penanaman mangga pada lahan seperti ini diharapkan dapat meningkatkan intensitas produktivitasnya.
(e). Peningkatan pendapatan petani
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman mangga memberikan sejumlah pendapatan keluarga. Kenyataan ini menunjukkan bahwa apabila pengembangan mangga diarahkan pada lahan-lahan petani tersebut diharakan dapat meningkatkan pendapatan petani.
6.3. Aspek Sosio-teknologi
Penguasaan agroteknologi mangga oleh penduduk pada umumnya sudah menguasai syarat minimal, akan tetapi untuk menuju kepada usahatani yang lebih intensif masih diperlukan tambahan informasi teknologi inovatif. Teknologi bibit dan pembibitan, penanaman bibit dan perawatan tanaman, serta fungsi pascapanen sederhana telah dikuasai penduduk.
6.4. Ketersediaan sarana produksi
Ketersediaan sarana produksi untuk pengembangan mangga yang terpenting adalah bibit yang kualitasnya baik. Potensi bibit mangga di Jawa Timur masih dapat dikembangkan lagi sesuai dengan permintaan pasar. Dalam rangka penyediaan bibit mangga, peranan masyarakat dalam usahatani pembibitan mangga dipandang perlu dilibatkan, karena usahataninya cukup efisien dan meningkatkan pendapatan petani (Tabel 10).
6.5. Aspek Finansial
a. Tingkat profit
Usahatani mangga apabila akan dikembangkan secara kormersial dalam bentuk kebun mangga monokultur, terlebih dahulu perlu dievaluasi keuntungannya. Perkiraan biaya investasi dan keuntungan iusahatani kebun mangga monokultur disajikan dalam Tabel 11 dan 12.
.
.
.
Tabel 10 . Analisis Usaha pembibitan mangga dengan volume 1500 buah bibit mangga
Bahan :
|
|
a. Sewa Tanah 015 Ha
|
Rp. 150.000.-
|
b. Benih 2000 x Rp. 10
|
Rp. 20.000.-
|
c. Pupuk I 10 Kg x Rp. 170.-
|
Rp. 1.700.-
|
II 30 Kg x Rp. 170.-
|
Rp. 5.100.-
|
d. Tali Plastik
|
Rp. 1.000.-
|
e. Kranjang 2000 x Rp. 50.-
|
Rp. 100.000.-
|
f. Entris 2000 x Rp. 15
|
Rp. 30.000.-
|
|
Rp. 307.800.-
|
Tenaga_Kerja :
|
|
a. Pengolahan Tanah:
|
|
- Bajak 10 HKSP x Rp. 2.000.-
|
Rp. 20.000.-
|
- Bedengan 17.5 HKSP x Rp. 2.000.-
|
Rp. 35.000.-
|
b. Penanaman:
|
|
- Ajir & tanam 125 HKSP x Rp.2.000
|
Rp. 25.000.-
|
c. Pengairan:
|
|
- Penyiraman 25 HKSP x Rp. 2.000.-
|
Rp. 50.000.-
|
- Pengairan 24 HKSP x Rp. 2.000.-
|
Rp. 48.000.-
|
d. Penyiangan 18 HKSP x Rp. 2.000.-
|
Rp. 36.000.-
|
e. Pemupukan 10 HKSP x Rp. 2.000.-
|
Rp. 20.000.-
|
f. Penyambungan 1500 x Rp. 100 .-
|
Rp. 150.000.-
|
g. Pemanenan &
|
|
pembungkusan 50 HKSP x Rp. 2.000.-
|
Rp. 100.000.-
|
Total
|
Rp. 484.000.-
|
Produksi : 1500 bibit x Rp. 1.250.-
|
Rp. 1.875.000.-
|
Total biaya: Rp.307.800 + Rp. 484.000
|
Rp. 791.800.-
|
Pendapatan :
|
Rp. 1.083.200.-
|
Sumber: Soemarno dkk.,1992.
.
Tabel 11. Biaya Investasi Awal Untuk Usahatani Mangga di Probolinggo dan Pasuruan
Uraian
|
Satuan
|
Volume
|
Nilai (Rp)
|
1. Sewa tanah
|
Ha
|
1
|
200.000
|
2. Sarana pengairan
|
Buah
|
2
|
400.000
|
(pembuatan sumur)
|
|
|
|
(@ Rp. 200.000
|
|
|
|
3. Sarana produksi:
|
|
|
|
a. Bibit
|
batang
|
175
|
218.750
|
b. Pengolahan tanah
|
HKSP
|
11
|
22.000
|
c. Penanaman
|
HKSP
|
20
|
40.000
|
d. Pengairan
|
HKSP
|
8
|
16.000
|
e. Pupuk dan rabuk
|
unit
|
175
|
43.750
|
|
Sub Total
|
|
340.500
|
Total of initial invesment
|
940.500
|
Sumber: N. Hanani dkk. 1991.
Ramalan produksi mangga dilakukan hingga umur ekonomi tanaman mangga 30-35 tahun pada tingkat produktivitas medium. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk memperhitungkan faktor resiko dikarenakan adanya mangga yang tidak bisa dipasarkan karena busuk, terlalu kecil, kecurian, gangguan hama-penyakit dan lain-lain. Berdasarkan estimasi cash flow selama 30 tahun diperoleh informasi bahwa tanaman mangga baru mendatangkan keuntungan setelah umur 5 tahun. Sedangkan apabila modalnya berasal dari kredit akan dapat terlunasi pada tahun ke-10. Besarnya keuntungan mangga pada "discount rate" 18 persen per tahun dengan "Net Present Value" (NPV) sekitar Rp.4.000.000,- sedangkan besarnya "Internal Rate of Return" (IRR) sekitar 32.5 persen. Dengan informasi ini dapat disimpulkan bahwa secara finansial usahatani kebun mangga secara monokultur sangat menguntungkan.
Tabel 12. Analisis Keuntungan Usahatani kebun mangga (untuk setiap Hektar kebun Mangga)
Keterangan
|
Keadaan
|
1. Umur mulai berproduksi
|
4 tahun
|
2. Umur impas permodalan
|
10 tahun
|
3. Net Present Value (NPV)
|
|
dengan DF = 18 %
|
Rp. 4.059.068
|
4. Internal Rate of Return (IRR)
|
32.77 %
|
5. Nilai Break Event Point (BEP)
|
|
a. Produksi
|
189 buah / pohon
|
b. Harga
|
Rp. 24.4 / buah
|
Sumber: Soemarno dkk, 1992.
7. Kebun Percobaan Mangga
7.1. Pendahuluan
Kebun percobaan tanaman mangga Cukur Gondang terletak di desa Cukur Gondang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. Luas areal seluruhnya kurang lebih 11 Ha. Jenis tanahnya termasuk komplek latosol dengan ketinggian 50 m di atas permukaan laut. Rataan curah hujan tahunan 1100 mm, dengan suhu udara rata-rata 31 oC. Kedalaman air tanah dapat mencapai sekitar 1,5 m di bawah permukaan tanah.
Tanaman uatamanya adalah mangga yang merupakan tanaman koleksi. Pada umumnya tanaman ini sudah tua ( ditanam tahun 1941). Adapun tanaman lainnya adalah koleksi pisang, tanaman pekarangan, tanaman buah-buahan aneka warna. Koleksi mangga terdiri dari 197 jenis yang berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan luar negeri. Pada bulan juni 1981 yang baru lalu ditambah 6 jenis mangga baru asal Pakistan.
7.2. Beberapa kultivar penting
2.1. Kultivar Manalagi
Asal-usul:
1. Pasuruhan Kebun Pohjentrek No.69, Kebun Cukur Gondang I/61-62.
2. Bangil, Kebun Pohjentrek No. 83, Kebun Cukur Gondang I/ 73/74
3. Rumah Bupati di Situbondo, Kebun Pohjentrek No. 241, Kebun Cukur Gondang II/ 179/180.
Sifat-sifat buahnya merupakan perpaduan antara Kultivar Golek dengan Arumanis. Kebanyakan tanaman yang berasal dari biji buahnya kurang enak karena rasanya masam dan berserat. Tinggi pohon mencapai 7.5 m, tajuk pohon bulat bergaris tengah 12.5 m. Percabangan sedang, berdaun jarang sampai sedang, berbuah teratur berontokan buah sedikit. Letak daun menggantung, permukaan berombak berbentuk jorong, tidak melipat, pucuk daun lancip, dasar daun bulat, panjang 28 cm, lebarnya 7.2 cm. Malai bunga berukuran 34 x 21 cm, bentuk malai piramida lancip, warna bunga kuning, tangkai mulai hijau muda kemerah-merahan. Berat buah 560 gram, berukuran 16 x 8.2 x 7.3 cm, berbentuk jorong, letak tangkai miring, pangkal buah runcing, sedikit berleher, pucuk buay bulat, tidak atau sedikit berlekuk, berparuh jelas. Kulit buah tebal, halus, berlilin, bintik-bintik jarang berwarna hijau keputihan, timbul titik-titik coklat di tengahnya. Warna masak, pangkal buah kuning, pucuk buah hijau, daging buah tebal, lunak, warna masak kuning, berserat halus sekali, air buah sedang, beraroma harum, rasanya manis segar. Bijinya kecil, berukuran 14 X 4,6 X 2 cm, sebagian biji berserat pendek.
Produksi buah: Rata-rata berat buah/ pohon/th:
Manalagi 69 : 36,48 kg. 1946 - 1967.
Manalagi 83 : 23,82 kg. 1944 - 1967.
Manalagi 241: 22,64 kg.(1947-1967) dan 15,1 kg. 1976-1980.
|