Ana səhifə

Bab 2 landasan teori 1 Tinjauan Umum 1 Terminologi Judul


Yüklə 6.94 Mb.
səhifə2/4
tarix26.06.2016
ölçüsü6.94 Mb.
1   2   3   4

2.1.7 Klasifikasi Fasilitas Sekolah Musik Klasik

Menurut Time-Saver Standards for Building Types (Chiara, 2001:415), sebuah sekolah musik memfasilitasi kegiatan pelatihan musik, perkantoran, serta penyimpanan instrumen musik. Melihat pembagian aktivitas di dalam sekolah musik yang telah disebutkan, maka fasilitas di dalam sebuah sekolah musik klasik sendiri dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu :




  • Fasilitas Utama

  • Ruang Kelas, dalam bentuk :

      • Practice Room, yaitu suatu ruang dimana kegiatan pembelajaran instrument musik yang dilakukan secara privat.




Gambar 2.14 Practice Room

Sumber : www.smu.edu


      • Music Classroom, yaitu ruang kelas yang digunakan untuk kegiatan choral/paduan suara maupun instrumen dalam kelompok. Ruangan ini juga dapat digunakan sebagai tempat berlatih untuk pertunjukan.




Gambar 2.15 Music Classroom

Sumber : valencia.berklee.edu


      • Regular Classroom, yaitu ruang kelas yang digunakan untuk pembelajaran teori seperti sejarah musik, komposisi, dan lain-lain. Ruangan kelas teori dapat dilengkapi dengan peralatan multimedia untuk mendukung penyampaian materi.




Gambar 2.16 Multimedia Classroom

Sumber : www.gmb.com


    • Ruang Pertunjukan, dalam bentuk :

      • Recital Hall, yaitu ruang yang digunakan untuk menampilkan pertunjukan musik oleh seorang instrumentalist, penyanyi, ataupun kelompok musik dalam skala kecil.




Gambar 2.17 Barness Music Recital Hall

Sumber : eps.arts.usf.edu


      • Concert Hall, yaitu ruang yang digunakan untuk menampilkan pertunjukan musik oleh kelompok musik dalam skala besar.




Gambar 2.18 Queen Elizabeth Hall

Sumber : architectsjournal.co.uk


    • Front Desk, sebagai tempat dimana resepsionis menerima tamu dan pengunjung dapat melakukan konsultasi.




Gambar 2.19 Ross School of Business Front Desk

Sumber : flickr.com



    • Office, sebagai ruangan kerja bagi pengelola.




Gambar 2.20 Sony Music Office

Sumber : jointhebusride.com


  • Fasilitas Pendukung

    • Lounge sebagai area duduk untuk menunggu atau bersantai.




Gambar 2.21 University of Oregon Lounge

Sumber : boora.com


    • Music Library, yaitu perpustakaan sebagai ruang untuk menikmati bacaan atau mencari referensi audio visual.




Gambar 2.22 Houghton College Music Library

Sumber : www.houghton.edu


    • Cafeteria, yaitu tempat dimana para pengguna sekolah baik dari pelajar, pengajar, pengunjung, hingga pengelola bangunan dapat memesan dan menikmati makanan ataupun minuman.




Gambar 2.23 Greenville High School Cafeteria

Sumber : thedailynews.cc


    • Music Store, yaitu tempat penjualan barang ataupun peralatan yang mendukung kegiatan pembelajaran musik, seperti alat musik, aksesoris musik, hingga buku-buku pelajaran.




Gambar 2.24 Bridgepoint Music Store

Sumber : inmenlo.com





Gambar 2.25 Northwestern High School Art Gallery

Sumber : commons.wikimedia.org


  • Fasilitas Servis

    • Storage, yaitu tempat penyimpanan peralatan.

    • Service room, yaitu tempat dimana dilakukan treatment maupun reparasi alat musik.

    • Ruang Panel, yaitu ruangan yang mengatur arus listrik dan sumber energi di dalam sekolah.

    • Ruang Pengendali, yaitu ruangan untuk mengatur peralatan elektronik berupa lighting dan audio untuk ruangan pertunjukan.

    • Toilet


2.1.8 Pendidikan Musik Klasik Bagi Anak-Anak

Pendidikan musik pada anak dipercayai memiliki berbagai keunggulan, seperti mendukung proses pengembangan intelektual, emosi, motorik, dan keterampilan sosial (Djohan, 2009:173). Bernhard (2007) melalui bukunya “Les Musik untuk Anak Anda” menyebutkan berbagai manfaat pendidikan musik bagi anak (berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan), antara lain :



  • Memperoleh nilai lebih tinggi dalam ujian

  • Mengurangi perilaku nakal pada anak

  • Peningkatan kecerdasan visual-spasial

  • Anak menunjukkan perkembangan fisik, emosi, dan sosial yang baik

  • Meningkatkan konsentrasi dan meningkatkan kemampuan anak dalam memahami instruksi

  • Meningkatkan rasa percaya diri dan disiplin pada anak

Salah satu peran penting musik bagi anak adalah bagaimana musik menjaga keseimbangan perkembangan otak kanan dan otak kiri pada anak. Otak kiri yang berhubungan dengan analisa dan logika pada umumnya berkembang lebih pesat dibandingkan otak kanan yang berhubungan dengan imajinasi dan kreativitas. Hal ini disebabkan karena pendidikan sekolah yang diterima anak lebih banyak menitikberatkan pada pelajaran eksak atau ilmu pasti yang lebih berorientasi pada penggunaan otak kiri, sedangkan pelajaran untuk mengembangkan kreativitas anak tidak banyak difokuskan. Musik dalam hal ini menjembatani otak kiri dan otak kanan anak, sehingga kinerja otak menjadi maksimal (Bernhard, 2007:4).

Meskipun musik dan pendidikan musik pada umumnya memberikan pengaruh baik terhadap anak, hanya ada beberapa jenis musik yang memberikan pengaruh positif tersebut. Musik klasik merupakan salah satu jenis musik yang baik bagi anak, karena musik klasik memungkinkan sel-sel otak untuk saling berhubungan. Semakin banyak sel yang terkoneksi, maka semakin cerdas otak. Karena itulah, anak yang diekspos dengan pengalaman maupun pendidikan musik klasik memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi. Menurut beberapa penelitian ilmiah lainnya, musik klasik memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja otak. Musik klasik dipercayai merubah struktur otak yang melibatkan aspek emosi, pemikiran, dan pemecahan masalah.

Melihat pengaruh musik klasik terhadap aspek emosi, musik klasik banyak digunakan sebagai salah satu metode terapi. Terapi musik klasik dipercayai dapat mengatasi rasa sakit, manajemen stress, serta menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada anak-anak. Terapi musik klasik juga merupakan salah satu bentuk komunikasi atau sarana untuk mengekspresikan emosi. (Djohan, 2006:24). Terapi ini baik terutama bagi penderita Alzheimer atau anak yang menyandang autisme, karena kesulitan mereka dalam berkomunikasi secara verbal.

Dari penjabaran di atas, bisa dilihat bahwa pendidikan musik klasik menghasilkan banyak manfaat positif bagi anak-anak. Namun, pendidikan musik tidak hanya sekedar berfungsi menstimulasi pertumbuhan, meningkatkan kecerdasan, ataupun melatih anak menguasai sebuah alat musik saja. Pendidikan musik klasik juga bertujuan untuk membangun relasi anak dengan musik, agar anak mampu untuk menikmati nilai estetis musik klasik.

Melihat banyaknya manfaat musik klasik terhadap anak, tentunya banyak orang tua yang ingin anaknya mengikuti pendidikan musik. Namun, tidak semua anak memiliki keinginan untuk mengikuti kelas musik. Meskipun setiap anak telah menunjukkan kemampuan musik alami sejak lahir, minat dan ketertarikan anak pada musik tergantung pada berbagai faktor, seperti faktor keturunan, jumlah musik yang ada di rumah (seberapa sering orang tua menyanyi, memainkan alat musik, atau memutar rekaman musik), dan bahkan seberapa jauh latihan musik yang diterima oleh orang tua (Ortiz, 2002:25). Dengan demikian, orang tua memegang peranan penting dalam membangun minat anak untuk mengikuti pendidikan musik.

Tidak hanya orang tua, guru sebagai pengajar juga menjadi faktor penentu kesenangan anak dalam kegiatan belajar. Menurut Siks (1978), ciri-ciri guru yang baik adalah sebagai berikut : ramah dan perhatian, sabar, tidak memimihak, memiliki rasa humor, memberi perhatian terhadap masalah anak, menghargai dan memuji anak, serta memiliki kemhiran dalam mengajar subjek tertentu. Guru sekolah musik klasik yang baik adalah guru yang tidak hanya memiliki kehalian memainkan dan mengajar musik, namun ia juga mampu menciptakan kegiatan pembelajaran musik sebagai sesuatu yang menyenangkan bagi anak-anak.

Berdasarkan artikel dari The International School of Music (2010), kesuksesan pendidikan musik pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


  • Kesiapan pada anak (fisik dan mental)

  • Gaya belajar pada anak

  • Minat pada anak

  • Jumlah waktu dimana orang tua berlatih bersama anaknya

  • Kesesuaian pengajar dan pelajar

  • Lingkungan belajar

  • Kesempatan untuk tampil

  • Kurikulum sekolah musik

Sekolah musik sebagai lembaga yang memberikan pendidikan musik seharusnya memiliki kurikulum pembelajaran yang menyesuaikan tingkat pengetahuan dan kemampuan anak-anak sebagai pelajar. Oleh karena itu, penting untuk dipelajari bagimana tahapan perkembangan anak beserta gaya belajar anak untuk menciptakan kurikulum dan lingkungan pembelajaran yang baik.

  1. Tahapan Perkembangan Anak

Masa kanak-kanak dianggap sebagai masa keemasan (golden age) yang begitu unik dan kritis, karena masa ini merupakan masa dimana anak-anak membutuhkan rangsangan-rangsangan yang tepat untuk mencapai kematangan yang sempurna (Pratisti, 2008:56). Pengalaman-pengalaman yang dialami seorang anak pada masa ini dapat menjadi penentu kehidupannya pada masa depan. Masa kanak-kanak ini juga dianggap sebagai masa yang paling tepat untuk meletakkan nilai-nilai dasar kehidupan seperti nilai bahasa, nilai sosial-emosional, nilai seni, nilai moral, nilai keagamaan, maupun nilai-nilai lainnya.

Perkembangan pada anak-anak sendiri terjadi dalam beberapa tahapan, yaitu (Santrock, 2007:19) :



    • Periode prakelahiran (prenatal period), adalah periode mulai pembuahan hingga kelahiran, sekitar sembilan bulan.

    • Masa bayi (infancy), adalah periode perkembangan yang terus terjadi dari lahir hingga sekitar 18 hingga 24 bulan. Pada masa ini, banyak aktivitas psikologis baru terjadi, seperti dimulainya kemampuan berbicara, tindakan meniru, dan lain-lain.

    • Masa kanak-kanak awal (early childhood), adalah periode perkembangan mulai akhir masa bayi hingga 5 atau 6 tahun. Pada masa ini, anak mulai menjadi mandiri dan telah mengembangkan keterampilan kesiapan sekolah.

    • Masa kanak-kanak tengah & akhir (middle and late childhood), adalah periode perkembangan yang dimulai sekitar 6 hingga 11 tahun. Anak sudah menguasai keterampilan dasar membaca, menulis, berhitung.

    • Masa remaja (adolescence), adalah masa peralihan perkembangan dari anak-anak ke masa dewasa awal. Bermula sekitar 10-12 tahun hingga 18-22 tahun. Masa remaja ditandai dengan purbertas, yang menyebabkan perubahan fisik dan cara berpikir.

Terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli piskologi anak mengenai tahapan perkembangan anak, salah satunya Jean Piaget. Jean Piaget menjabarkan 4 tahapan perkembangan kognisi pada anak, yaitu (Santrock, 2007:243) :

  • Tahap Sensorimotor, mulai dari lahir hingga 2 tahun. Pada tahap ini, bayi memperoleh pengetahuan tentang dunia dari tindakan fisik yang mereka lakukan. Bayi mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensorik dengan tindakan-tindakan fisik, dan telah menunjukkan adanya permanensi objek.

  • Tahap Praoperasional, pada usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menggunakan imajinasi atau gambaran mental untuk memahami dunianya. Anak-anak mulai menggambarkan dunia mereka melalui kata-kata, bayangan, dan gambar-gambar.

  • Tahap Operasional Konkret, pada usia 7 hingga 11 tahun. Pada tahap ini, anak mampu berpikir logis mengenai kejadian-kejadian, memahami inti percakapan, mampu mengorganisasikan dan mengatur objek.

  • Tahap Operasional Formal, pada usia 11 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini, remaja dapat berpikir dengan abstrak, idealis, dan logis secara hipoteis-deduktif.

Lev Vygotsky, seorang ahli perkembangan lain turut menyetujui Teori Piaget yang menyatakan bahwa anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi, Vygotsky menekankan peran interaksi sosial di dalam proses pembelajaran anak. Vygotsky mengemukakan bahwa pengetahuan pada anak tidak dihasilkan dari dalam individu, melainkan melalui interaksi dengan orang lain dan benda. Jean Piaget dan Lev Vygotsky sebagai psikolog anak turut memberikan beberapa saran untuk perencanaan kegiatan pembelajaran, yaitu :

  • Menggunakan pendekatan konstruktif, dengan membiarkan anak-anak aktif mencari solusi secara mandiri

  • Mendesain situasi pembelajaran yang membiarkan muridnya belajar sambil bertindak, untuk mengembangkan penalaran dan kreativitas murid

  • Mempertimbangkan pengetahuan anak dan tingkat pemikiran mereka

  • Mengubah ruangan kelas menjadi ruang eksplorasi dan penemuan

  • Memanfaatkan lebih banyak teman sebaya yang terampil sebagai guru

  • Menghubungkan kegiatan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari




  1. Modalitas / Gaya Belajar

Modalitas belajar dapat diartikan sebagai gaya atau kecenderungan cara berpikir pada masing-masing individual. Melihat sifat anak yang unik, maka dapat dikatakan bahwa setiap anak juga memiliki gaya belajar yang unik pula (Suyadi, 2014:155). Fleming & Mills (1992) mengemukakan 4 kategori gaya belajar yang dikenal sebagai VARK, yaitu :

  • Gaya Visual, yaitu model belajar dengan penampakan, gambar, atau visualisasi. Ciri-ciri anak dengan gaya belajar visual yaitu teliti, memperhatikan detil, mengingat hal visual, mengingat apa yang dilihat. Anak visual lebih senang dengan buku gambar, warna-warna, komputer, dan benda-benda geometri.

  • Gaya Auditori, yaitu model belajar dengan menggunakan indra pendengaran. Ciri-ciri anak dengan gaya belajar auditori yaitu berbicara dengan sistematis, senang membaca keras, menyukai musik, suka berdikusi. Anak auditori lebih senang dengan bermain diiringi musik, berdiskusi, dan berdialog dengan teman.

  • Gaya Baca-Tulis (Reading-Writing), yaitu model belajar dengan melakukan kegiatan baca dan tulis. Ciri-ciri anak dengan gaya belajar baca-tulis yaitu senang membaca, menyukai ketenangan dan kesendirian, serta kritis dan analitik. Anak baca-tulis senang bermain dengan ensiklopedia, buku-buku pengetahuan, dan senang mencatat.

  • Gaya Kinestetik, yaitu model belajar dengan pergerakan tubuh. Ciri-ciri anak dengan gaya belajar kinestetik yaitu sering melakukan sentuhan dengan orang lain, banyak menggunakan bahasa tubuh, lebih senang berjalan-jalan dibandingkan duduk terdiam. Anak kinestetik menyenangi aktivitas fisik.

Sama seperti kecerdasan, setiap orang memiliki setiap gaya belajar, namun dengan kombinasi dan tingkatan tertentu. Menurut Suyadi (2014:160), anak-anak pada usia 0-6 tahun memiliki kombinasi gaya belajar yang relatif seimbang. Anak-anak usia 6 hingga remaja memiliki 2 gaya belajar yang dominan, dan baru mengembangkan 1 gaya belajar dominan pada usia dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa masa kanak-kanak adalah masa yang paling mudah untuk mempelajari segala hal. Karena itu, masa kanak-kanak dianggap sebagai masa keemasan yang sangat penting dalam mempelajari banyak hal.


  1. Aplikasi Tahapan Perkembangan Anak Dalam Sekolah Musik

Sekolah musik seharusnya memiliki kurikulum pembelajaran yang menyesuaikan tingkat perkembangan, pengetahuan, dan kemampuan anak-anak sebagai pelajar. Anak-anak yang masih belum mengerti banyak hal diajarkan untuk menyenangi musik, dan bukan untuk menguasai alat musik. Anak-anak sebaiknya tidak langsung dibiarkan untuk memegang alat musik, sebelum anak memahami cara kerja mendasar dari alat musik tersebut.

Berdasarkan teori perkembangan anak yang dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa tahapan perkembangan pada anak yang menunjukkan perbedaan fisik dan tingkat pemahaman pada anak di setiap tahapannya. Menurut artikel dari The International School of Music (2010), pendidikan musik pada anak baik dijalankan sejak dini, namun diperhatikan kesiapan pada anak itu sendiri. Anak yang terlalu muda dalam mengikuti pendidikan musik justru dapat merasa frustasi karena tingkat pemahaman yang tidak sesuai dengan pembelajaran.

Pendidikan musik yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak dapat dijabarkan sebagai berikut :


  • Masa kanak-kanak awal

Pendidikan musik sebaiknya berupa kegiatan pengenalan musik secara sederhana seperti mengikuti ritme ataupun nyanyian (sing-along). Kegiatan musik yang mengkombinasikan unsur bermain sambil belajar dapat membantu anak untuk memahami pelajaran, namun tetap mendapatkan unsur fun di dalamnya. Kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan keaktifan dan kesenangan anak akan membuat mereka untuk lebih semangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Pendidikan musik awal sebaiknya diadakan dalam kelompok dan mengikutsertakan orang tua anak dalam kegiatan pembelajaran.

Anak-anak sudah dapat dikenalkan kepada berbagai alat musik, namun faktor dimensi tubuh tetap mempengaruhi pemilihan alat musik yang sesuai dimainkan bagi anak-anak. Untuk alat musik piano dan strings dapat dimulai sejak usia 5 tahun (sudah ada alat musik yang dimensinya sesuai bagi anak), alat musik perkusi sejak usia 7 tahun (tinggi badan yang sesuai, faktor jangkauan tangan dan kaki), serta alat musik woodwind & brass mulai usia 9 tahun (kapasitas udara dalam paru-paru yang sesuai). Kegiatan musik sudah dapat dilakukan secara privat.

  • Masa remaja

Anak remaja sudah dapat diajarkan untuk menguasai musik dengan lebih mendalam, tidak hanya dari segi praktis namun juga dari segi teori. Kelas vokal lebih baik dimulai pada masa ini karena faktor pubertas yang mempengaruhi perubahan suara telah terjadi. Kegiatan gabungan seperti orkestra ataupun paduan suara juga dapat diadakan.
Dalam pendidikan musik klasik, tentunya setiap kegiatan pembelajaran diharapkan dapat berjalan dengan efektif dan produktif, serta menghasilkan manfaat bagi sang anak. Untuk menciptakan efektivitas dan produktivitas ini, salah satunya dapat dilakukan melalui perancangan program belajar yang baik.

Sujiono (2009:87) dalam bukunya Konsep Pendidikan Anak Usia Dini, menjelaskan pembelajaran dengan metode PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) yang memiliki landasan yuridis UU RI No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 4 ayat 4, menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Metode PAKEM itu sendiri dapat dijabarkan sebagai berikut :



  • Pembelajaran Aktif

Proses pembelajaran dimana anak aktif bertanya, mempertanyakan, dan menemukan gagasan. Anak juga didorong untuk aktif secara fisik sehingga motorik halus maupun kasar pada anak dapat berkembang.

  • Pembelajaran Kreatif

Proses pembelajaran untuk memunculkan kreativitas pada perserta didik, dengan bentuk atau metode pembelajaran yang bervariasi sehingga memenuhi beragam tingkat kemampuan anak.

Proses pembelajaran yang mampu membekali anak dengan berbagai kemampuan dan pengalaman baru. Pembelajaran efektif dapat dilakukan dengan menuntut partisipasi anak secara maksimal melalui kegiatan dengan tindakan nyata (learning by doing) dan mengkombinasikan kegiatan bermain.

  • Pembelajaran Menyenangkan

Proses pembelajaran menyenangkan dapat tercipta dengan suasana tempat belajar yang menyenangkan, aman, dan nyaman. Guru dalam hal ini berperan sebagai mitra belajar sehingga terbentuk keakraban dengan para peserta didik, sehingga kegiatan belajar dapat terjadi tanpa memunculkan perasaan terpaksa atau tertekan pada anak.
2.2 Tinjauan Khusus
Untuk mendapatkan referensi perancangan sekolah musik, perlu dilakukan survey dan observasi lapangan ke beberapa sekolah musik yang sudah ada, sehingga dapat dilakukan studi kasus terhadap kegiatan dan kejadian nyata yang terjadi di lapangan. Pada proyek tugas akhir ini, penulis tidak hanya melakukan kunjungan lapangan ke sekolah musik saja, melainkan juga ke sanggar musik dan edutainment center yang menyediakan kelas musik.
2.2.1 Studi Kasus – Nuansa Musik (Yamaha)

1) Profil Nuansa Musik

Nuansa Musik merupakan salah satu cabang sekolah musik Yamaha terbesar di Indonesia, dengan 12 outlet sekolah musik di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Nuansa Musik mengikuti sistem pendidikan musik dari Yamaha yang memiliki filosofi “musik untuk semua orang”. Dengan demikian, kurikulum pembelajaran pada seluruh cabang sekolah musik Yahama disesuaikan dengan usia dan perkembangan fisik dan mental para pelajar, yang mayoritas merupakan anak-anak.

Untuk studi kasus tugas akhir ini, penulis melakukan kunjungan lapangan ke Nuansa Musik cabang Pondok Indah Mall (PIM) 2 yang didirikan pada tahun 2008. Karena lokasi yang sangat strategis dan pencapaian yang mudah, Nuansa Musik PIM 2 mengalami perkembangan pesat dan menjadi salah satu cabang Nuansa Musik terbesar.


2) Program Kelas & Kegiatan

Jenis kelas yang disediakan oleh Nuansa Musik dibagi menurut umur pelajar, yaitu :



    • Umur 3 tahun : Kelas Music Wonderland, yaitu kelas pengenalan pertama anak dengan musik & keyboard.

    • Umur 4-5 tahun : Kelas Junior Music Course (JMC), yaitu kelas pengetahuan dasar musik hingga memainkan alat musik.

    • Umur 6 tahun ke atas : Anak dapat memilih kelas peminatan alat musik yang disukai. Nuansa Musik menyediakan kelas Electone Study, Piano Study, Junior Violin, Junior Drum, Junior Vocal, dan Junior Guitar.

    • Umur 12 tahun ke atas : Pelajar dapat memilih kelas peminatan alat musik yang lebih luas. Nuansa Musik menyediakan kelas Drum, Electric Guitar, Electric Bass, Pop Piano, Keyboard, Vocal, Saxophone, Flute, Electone Study, Piano Study, Guitar, dan Violin.

Untuk setiap alat musik disediakan ruangan kelasnya masing-masing. Kelas Music Wonderland & JMC sifatnya kolektif/kelompok sekitar 10 orang, sedangkan kelas instrumen khusus sifatnya lebih privat. Lamanya 1 sesi kelas sekitar 1 jam untuk kelas kolektif, dan 30 menit untuk kelas privat. Tidak hanya kegiatan belajar mengajar saja, Nuansa Musik PIM 2 juga mengadakan konser sebanyak 1 kali setiap tahun, di atrium mall PIM 2.
3) Operasional

Nuansa Musik PIM 2 beroperasional setiap harinya, mulai pukul 10.00 hingga pukul 21.00, mengikuti jam operasional mall PIM 2. Jumlah ruangan kelas yang disediakan ada lebih dari 20 kelas. Jumlah staff pengajar di Nuansa Musik sekitar 80 orang dan jumlah staff operasional sekitar 10 orang, termasuk store salesman.


4) Pembagian Ruang & Fasilitas

a. Entrance

Nuansa Musik terletak di sayap barat lantai 2 Pondok Indah Mall 2, tepat didepan eskalator. Nuansa Musik hanya memiliki 1 buah entrance sebagai akses masuk utama, yang menuju ke area retail store. Digunakan kaca pada entrance sehingga display didalam toko dapat dilihat dari luar. Desain entrance hingga interior Nuansa Musik mengikuti corporate identity dari Yamaha, sehingga setiap cabang sekolah musik Yamaha lain juga akan memiliki desain yang serupa.


Gambar 2.26 Main Entrance Nuansa Musik

Sumber : Dokumentasi Pribadi
b. Retail Store

Area retail Nuansa Musik menyediakan penjualan alat musik seperti gitar, piano, drum, beserta perlengkapan audio seperti speaker, microphone, dan lain-lain. Nuansa Musik juga menyediakan penjualan buku-buku panduan yang dipergunakan selama mengikuti kelas musik.




Gambar 2.27 Retail Store Nuansa Musik

Sumber : Dokumentasi Pribadi
c. Resepsionis

Resepsionis selain untuk menerima tamu juga berfungsi sebagai area pembayaran dan tempat absensi bagi para pelajar. Karena itu tersedia beberapa mesin EDC (Electronic Data Capture) untuk transaksi pembayaran dengan kartu dan tersedia juga Fingerprint Device yang digunakan untuk memproses absensi para pelajar. Di belakang meja resepsionis merupakan akses masuk menuju ruang staff, dan di sebelah meja resepsionis merupakan koridor menuju ruang kelas.




Gambar 2.28 Meja Resepsionis Nuansa Musik

Sumber : Dokumentasi Pribadi
d. Area Tunggu & Koridor

Nuansa Musik menyediakan beberapa tempat duduk di depan kelas dan di sepanjang koridor. Area tunggu ini diperuntukkan bagi para pelajar yang menunggu pergantian kelas maupun bagi orang tua atau pengasuh anak. Namun, penempatan kursi duduk di area koridor menyebabkan jalur sirkulasi yang menjadi lebih sempit, sehingga dapat membahayakan pengguna ruangan jika terjadi keadaan darurat.




Gambar 2.29 Koridor Nuansa Musik

Sumber : Dokumentasi Pribadi

e. Ruang Kelas

Ruang kelas di Nuansa Musik dibagi menurut kelas instrumen yang diambil. Untuk ruangan privat disediakan sebuah piano ataupun electone/organ, sedangkan untuk ruang kolektif disediakan beberapa electone untuk pelajar dan sebuah piano untuk pengajar. Di setiap kelas juga tersedia papan tulis beserta tempat duduk bagi murid dan pengajar.

Kelas kolektif yang digunakan anak-anak berusia 3-4 tahun, terletak cukup jauh dari entrance, sehingga mempersulit akses bagi anak-anak tersebut. Jika terlalu banyak anak yang ingin masuk menuju ke kelas kolektif, dapat menggangu sirkulasi pengguna ruangan yang lain.




Gambar 2.30 Ruang Kelas Privat Nuansa Musik & Gambar 2.31 Ruang Kelas Kolektif Nuansa Musik

Sumber : Dokumentasi Pribadi
5) Elemen Interior

a. Lantai

Untuk lantai di sepanjang koridor menggunakan laminate flooring dengan durabilitas tinggi, dan di ruang kelas dipergunakan karpet untuk material lantai untuk meredam suara.


Gambar 2.32 & Gambar 2.33 Treatment Lantai Nuansa Musik

Sumber : Dokumentasi Pribadi
b. Dinding

Disepanjang koridor, digunakan veneer matte finished sebagai pelapis dinding. Sedangkan untuk diruangan kelas dipergunakan dinding yang dilapisi bahan serupa karpet untuk meredam suara.




Gambar 2.34 & Gambar 2.35 Treatment Dinding Nuansa Musik

Sumber : Dokumentasi Pribadi
c. Ceiling

Gipsum dipergunakan sebagai material ceiling baik di kelas maupun di koridor, dan untuk area koridor dibuat permainan down ceiling.




Gambar 2.36 Treatment Ceiling Nuansa Musik

Sumber : Dokumentasi Pribadi
d. Pencahayaan

Pencahayaan di Nuansa Musik mengkombinasikan teknik penerangan direct & indirect lighting. Karena tidak ada cahaya matahari yang masuk, hanya penerangan buatan yang digunakan. Untuk penerangan di koridor digunakan lampu downlight dengan warna warm white, sedangkan penerangan di ruangan kelas menggunakan downlight dan fluorescent lamp dengan warna cool daylight. Pencahayaan di koridor sudah cukup memadai, namun pencahayaan di dalam ruangan kelas masih harus ditingkatkan.




Gambar 2.37 Lighting di Koridor

Sumber : Dokumentasi Pribadi
e. Penghawaan

Pendingin ruangan baik di koridor maupun ruangan kelas menggunakan AC sentral sesuai dengan ketentuan mall. Namun, pada ruangan kelas kolektif ditambahkan AC split dan portable air cooler karena daya AC sentral tidak cukup untuk mendinginkan ruangan.




Gambar 2.38 Ceiling Kelas & Gambar 2.39 Portable Air Cooler

Sumber : Dokumentasi Pribadi
f. Akustik

Untuk meredam suara, dipergunakan material-material seperti yang disebutkan diatas, seperti karpet pada lantai dan dinding. Untuk beberapa ruangan kelas bagi instrumen yang dapat menghasilkan suara yang cukup keras seperti drum, dipergunakan sistem pintu double layer dan dibuat ruang pengunci suara. Meskipun berbagai sistem akustik telah diaplikasikan pada interior, peredaman suara di Nuansa Musik masih tergolong rendah karena suara dari suatu kelas masih dapat terdengar dari kelas lain.


g. Signage

Di Nuansa Musik, selain brand signage dari stainelss steel yang ditempatkan di resepsionis, juga terdapat signage penunjuk ruangan kelas dengan material akrilik. Signage penunjuk ruangan kelas diletakkan tepat diatas pintu masuk ruangan masing-masing kelas.




Gambar 2.40 Brand Signage & Gambar 2.41 Signage Ruangan Kelas

Sumber : Dokumentasi Pribadi
h. Keamanan

Area koridor, resepsionis, dan area retail telah dilengkapi dengan CCTV pada beberapa sudut ruangan. Karena berlokasi di mall, pihak mall telah menempatkan beberapa security officer untuk melakukan patroli dalam mall, termasuk didepan Nuansa Musik sendiri. Dalam keadaan darurat, fire stair tersedia tepat disebelah Nuansa Musik.




Gambar 2.42 Akses Fire Stair

Sumber : Dokumentasi Pribadi
1   2   3   4


Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©atelim.com 2016
rəhbərliyinə müraciət