Ana səhifə

Bab 2 landasan teori 1 Tinjauan Umum 1 Terminologi Judul


Yüklə 6.94 Mb.
səhifə1/4
tarix26.06.2016
ölçüsü6.94 Mb.
  1   2   3   4


BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Terminologi Judul

Terminologi judul merupakan pembahasan akan makna dari sebuah judul agar dapat dipahami tujuan maupun sasarannya. Adapun judul dari laporan tugas akhir ini yaitu Perancangan Interior Sekolah Musik Klasik Bagi Anak-anak. Bila ditinjau dari segi bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka :

- Perancangan : proses, cara, perbuatan merancang

- Interior : (1) bagian dalam gedung (ruang dsb); (2) tatanan perabot (hiasan dsb) di dl ruang dalam gedung dsb

- Sekolah : bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran

- Musik : (1) ilmu atau seni menyusun nada atau suara dl urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yg mempunyai kesatuan dan kesinam-bungan

- Klasik : (2) karya sastra yg bernilai tinggi serta langgeng dan sering dijadikan tolok ukur atau karya susastra zaman kuno yg bernilai kekal; (3) bersifat spt seni klasik, yaitu sederhana, serasi, dan tidak berlebihan; (4) termasyhur karena bersejarah

- Bagi : kata depan untuk menyatakan tujuan; untuk

- Anak-anak : masih kecil (belum dewasa)

Berdasarkan tinjauan pengertian judul di atas, Perancangan Interior Sekolah Musik Klasik Bagi Anak-anak dapat diartikan sebagai proses merancang tatanan ruang dalam untuk sebuah lembaga yang memberikan pendidikan/pembelajaran musik klasik untuk anak-anak.


2.1.2 Definisi & Sejarah Musik

Kata musik berasal dari bahasa Yunani μουσική (mousike) yang dapat diartikan sebagai seni dari Muse (Art of the Muses), sekelompok dewi yang melambangkan kesenian dalam mitologi Yunani. Menurut kamus Merriam-Webster, musik dapat diartikan sebagai seni penyusunan nada atau suara menjadi suatu kombinasi atau komposisi tertentu yang memiliki kesatuan dan kesinambungan. Berdasarkan penemuan arkeologi, dipercaya bahwa musik sudah dikenal manusia sejak zaman pra sejarah.

Sejarah asal usul bagaimana musik ditemukan belum dapat diketahui secara pasti, namun dipercayai bahwa bentuk musik mula-mula merupakan peniruan akan suara-suara alami yang dilakukan oleh manusia purbakala. Musik pada masa itu dipercaya sebagai elemen penghibur, pendukung kegiatan memburu, maupun pengiring ritual-ritual tertentu.

Manusia pada zaman purbakala menggunakan batu-batuan sebagai sebuah alat musik perkusi yang dipukulkan sehingga menghasilkan bunyi. Suara yang dihasilkan oleh benturan batu membuat mereka lebih bersemangat ketika berburu (Grimonia, 2014:38). Tidak hanya demikian, penemuan alat musik tiup dari tulang dari situs arkelogi paleoltikum juga turut menandakan bahwa manusia juga telah mengenal alat musik sejak zaman pra sejarah.




Gambar 2.1 Batu Purbakala Sebagai Alat Musik Perkusi Kuno

Sumber : news.sciencemag.org


Gambar 2.2 Seruling dari Gading Mammoth

Sumber : news.bbc.co.uk
Seiring perkembangan zaman, musik juga turut mengalami perkembangan. Musik dikenal masyarakat dari lintas tempat, lintas budaya, maupun lintas waktu. Setiap kelompok masyarakat memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap musik. Hal ini disebabkan oleh faktor pola kehidupan, kebudayaan, dan kepercayaan yang berbeda-beda antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain. Perkembangan-perkembangan inilah yang pada akhirnya menyebabkan banyaknya aliran musik yang dikenal pada masa modern ini. Secara umum, musik dapat dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu :

  • Musik Populer, yaitu aliran musik manapun yang digemari dan memiliki daya tarik kepada masyarakat luas. Musik populer didistribusikan melalui media massa (media cetak dan media elektronik). Media massa digunakan untuk menyebarluaskan musik, menyiarkan pertunjukan musik, promosi rekaman, ataupun menyebarkan berita-berita seputar kehidupan para musisi (Purba & Pasaribu, 2006:5). Aliran musik yang termasuk di dalam kategori musik populer yaitu musik pop, musik rock, musik jazz, musik country, musik blues, dan lain-lain.

  • Musik Tradisional, yaitu musik yang hidup di dalam kebudayaan sebuah kelompok masyarakat tertentu, dan diteruskan secara turun temurun. Di Indonesia, contoh musik tradisional yang dikenal adalah gamelan, angklung, dan sasando.

  • Musik Seni / Musik Serius, yaitu musik yang diciptakan dengan memberi perhatian secara detil pada fungsi estetis daripada fungsi sosialnya (Djohan, 2006:216). Dalam sejarahnya, musik seni mengalami perkembangan yang pesat terutama pada kebudayaan masyarakat Barat (Eropa). Musik seni di dalam budaya Barat (Western art music) pada masa kini lebih dikenal dengan istilah Musik Klasik (Classical Music).


2.1.3 Definisi & Sejarah Musik Klasik

Istilah ‘musik klasik’ (classical music) dipakai secara umum untuk mendeskripsikan beragam periode musik barat mulai dari abad ke 5 hingga masa kini. Kata ‘klasik’ memiliki pengertian “mempunyai nilai atau mutu yang diakui secara luas, dan menjadi tolak ukur kesempurnaan yang tertinggi” (Grimonia, 2014:42). Istilah ‘klasik’ sendiri sebenarnya memiliki beberapa konotasi. Kata ‘klasik’ digunakan untuk mendeskripsikan kebudayaan dan kesenian pada periode Yunani dan Romawi kuno. Kata ini kemudian muncul kembali pada abad 18 karena nilai-nilai pada masa Yunani kuno kembali mempengaruhi kesusastraaan dan kesenian pada zaman tersebut (Mcneill, 2008:2).



Menurut Banoe (2003:289), musik klasik merupakan musik masa lampau yang selalu memperhatikan tata tertib penyajiannya; musik serius dengan standar karya klasik walaupun diciptakan sekarang. Musik klasik di dalam kebuydaan Barat dipercaya berakar dari musik yang muncul di Mesir, Yunani, dan Romawi Kuno, dan dikelompokkan berdasarkan beberapa periodisasi, yaitu :

  • Periode Abad Pertengahan /Medieval (Awal hingga 1400)

Pada periode ini, musik sering dimainkan untuk berbagai acara-acara khusus di suatu kelompok masyarakat, baik sifatnya religius ataupun sekuler. Pada periode ini juga ditemukan sistem Solmisasi (‘do-re-mi-fa-sol-la-si-do’) yang masih dipergunakan hingga sekarang.

  • Periode Rennaisance (1400-1700)

Pada periode ini, musik menjadi bagian penting dari masyarakat, agama, dan politik. Pola pikir ‘pencerahan’ (enlightment) yang muncul pada masa ini mempengaruhi musik dari segi penulisan, metode penyebaran, dan alat musik tiup kayu (woodwind) mulai berkembang.

  • Periode Barok/Baroque (1600-1750)

Pada periode ini, musik dalam bentuk opera sangat mengalami perkembangan. Pada masa ini juga muncul berbagai komposer-komposer musik yang ternama seperti Johann Sebastian Bach (1685-1750), George Frideric Handel (1685-1759), dan Antonio Vivaldi (1678-1741). Musik pada periode ini memiliki sifat yang kontras dan dramatis. Pemakaian instrumen musik keyboard berupa Clavicord berkembang pada masa ini.


Gambar 2.3 Bach, Handel, & Vivaldi

Sumber : antoniatejeda.wordpress.com


  • Periode Klasik/Classical (1730-1820)

Pada periode ini, pertunjukan musik menjadi bagian penting dalam sejarah musik. Meskipun musik dengan fungsi religius masih diutamakan, fungsi sekuler musik klasik sebagai hiburan mulai berkembang. Musik pada periode ini terinspirasi kembali pada musik kuno, memiliki sifat yang lebih terstruktur dan ornamentasi yang lebih ringan. Tiga tokoh utama dalam musik periode klasik yaitu Franz Joseph Haydn (1732-1809), Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791), dan Ludwig van Beethoven (1770-1827).


Gambar 2.4 Haydn, Mozart, & Beethoven

Sumber : blogs.kusp.org


  • Periode Romantis/Romantic (Abad 18 hingga 19)

Musik pada periode ini dipengaruhi oleh perkembangan sastra dan seni. Musik menjadi lebih ekspresif dan emosional. Pada periode ini, muncul berbagai komposer seperti Franz Liszt (1811-1886), Johannes Brahms (1833-1897), Felix Mendelssohn (1809-1847), Franz Schubert (1797-1828), Frédéric Chopin (1810-1849), dan Robert Schumann (1810-1856).


Gambar 2.5 Liszt, Brahms, Mendelssohn, Schubert, Chopin, & Schumann

Sumber : www.wqxr.org


  • Periode Kontemporer (Abad 20 hingga 21)

Pada periode ini, musik diciptakan dengan lebih bebas diluar batasan-batasan atau aturan umum musik klasik, sehingga musik pada masa ini dapat dikatakan sebagai bentuk ‘pemberontakan’. Perkembangan teknologi yang begitu pesat memungkinkan musik diciptakan dengan begitu bebas.
2.1.4 Pendidikan Musik Klasik

Musik pada mulanya memiliki hubungan yang sangat erat dengan upacara-upacara religius maupun ritual-ritual magis. Para pendeta, dukun, maupun pemimpin masyarakat memiliki peran penting dalam memberikan pendidikan musik bagi masyarakatnya. Ahli filsafat pada zaman dahulu seperti Phytagoras di Yunani menganggap musik sebagai sesuatu yang penting, dan turut memberikan sumbangsih dalam pendidikan musik mula-mula. Ditelusuri berdasarkan sejarahnya, pendidikan musik dapat dikategorikan ke dalam beberapa periode (Banoe, 2013:18) :



  • Masa Awal

Pada masa ini, pendidikan musik berhubungan erat dengan upacara religius atau ritual, dengan musik sebagai medium antara manusia dengan ‘Tuhan’. Pendeta, dukun, ataupun pemimpun masyarakat memiliki peran dalam pendidikan musik tersebut.

  • Masa Yunani Kuno

Pada masa ini, pendidikan musik sangat dikaitkan dengan pendidikan estetika. Musik sangat dihargai oleh ahli filsafat terkenal Plato dan Aristoteles. Pelajaran musik diwajibkan dalam sistem pembelajaran masa tersebut.

  • Masa Romawi Kuno

Pada masa ini, pandangan hidup utilisme menimbulkan sikap acuh tak acuh pada masyarakat terhadap pendidikan estetika maupun pendidikan musik. Pendidikan musik hanya dihargai karena fungsinya dalam artikulasi berbicara.

  • Masa Abad Pertengahan/Medieval

Pada masa ini, pendidikan musik sangat berkaitan dengan agama Kristen yang sedang berkembang. Para pendeta maupun biarawan harus memperoleh pendidikan musik secara mendalam. Pada masa ini juga ditemukan sistem tangga nada dan Solfegio dalam musik yang masih dipergunakan hingga sekarang.

  • Masa Rennaisance

Pada masa ini, muncul tokoh-tokoh yang yang menghidupkan pendidikan musik diluar kegiatan religus, dan berpangkal pada pengembangan individu.

  • Masa Realisme

Pada masa ini, muncul pertentangan antara pihak yang merasa pendidikan musik tidak bermanfaat dengan pihak yang mendukung pendidikan musik.

  • Masa Rasionalisme

Pada masa ini, muncul ahli-ahli filsafat yang mendukung pendidikan musik karena manfaatnya dari segi sosiologis dan filantropis.

  • Masa Abad 18

Pada masa ini, pendidikan musik disebarkan kepada seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya pada masyarakat golongan tertentu saja.

  • Masa Abad 20

Pada masa ini, pendidikan musik dikaitkan dengan pendidikan kesenian, dan diperhatikan dari segi teoritis dan praktis.

  • Masa Kini (Abad 21)

Pendidikan musik pada masa kini menitikberatkan pada :

  • Usaha-usaha membangkitkan dan mengembangkan pendidikan musik baik secara praktis maupun teoritis.

  • Membentuk pengalaman estetis dan sosiologis bagi anak-anak maupun remaja.


2.1.5 Sekolah Musik Klasik

Pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah musik di Indonesia didasari pada Peraturan Pemerintah RI No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Dalam peraturan perundang-undangan ini, dijabarkan secara rinci bentuk-bentuk pendidikan, ketentuan-ketentuan, serta pengelolaan pendidikan yang melibatkan berbagai pihak. Pembahasan mengenai pendidikan dan sekolah musik dapat mengacu khususnya pada Bab IV mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal.

Sekolah musik merupakan wadah pendidikan musik secara informal yang mengutamakan pengembangan kemahiran dan keterampilan siswa dalam bermusik, baik mengolah vokal maupun memainkan alat musik (Banoe 2003:136). Di Indonesia, pendidikan sangat didominasi oleh pendidikan formal (SD, SMP, SMA), sehingga pendidikan musik hanya dianggap sebagai selingan saja dan bukan merupakan suatu bentuk pendidikan formal.

Meskipun pendidikan musik klasik sudah berlangsung sejak bertahun-tahun yang lalu, bagaimana suatu lembaga pendidikan musik terbentuk masih merupakan sebuah spekulasi. Schola Cantorum di Roma dianggap sebagai sekolah musik tertua dalam catatan sejarah, ketika Paus Gregorius Agung (Gregory the Great) berusaha keras memajukan, memperbaiki, dan menyebarkan nyanyian gereja (Banoe, 2013:19). Ia menciptakan suatu serikat (guild) yang diikuti oleh biarawan, klerus, dan anak laki-laki. Di dalam serikat ini dilakukan pelatihan paduan suara paus (papal choir). Perkembangan sekolah musik terjadi di berbagai wilayah di Eropa seiring berjalannya waktu, terutama di Itali, Perancis, dan Inggris.

Penyebaran agama dari Eropa menuju Amerika pada abad ke 18, menyebabkan pertumbuhan lembaga pendidikan musik di Amerika. Berdasarkan artikel History of Music Education in the United States oleh Stanford (2012), disebutkan bahwa Lowell Mason (1792-1872) membangun Boston Academy of Music pada tahun 1832. Boston Academy of Music inilah yang menjadi sekolah musik formal pertama di dunia dan selanjutnya menjadi standar dalam pembangunan sekolah musik lainnya.


Gambar 2.6 Lowell Mason

Sumber : www.cyberhymnal.org
Pada awal abad ke 20, kurikulum gelar sarjana (bachelor degree) pendidikan musik telah dijalankan oleh Oberlin Conservatory of Music, sebuah perguruan tinggi yang meyediakan pendidikan musik formal di bidang pertunjukan, teori musik, sejarah musik, komposisi musik, dan permainan musik.

Di Indonesia sendiri, telah muncul berbagai lembaga-lembaga pendidikan musik, baik itu perguruan tinggi musik, akademi musik, institut musik, sekolah musik, sanggar musik, dan lain-lain. Dengan demikian, seseorang telah dapat mengikuti pendidikan musik baik itu sekedar hobi maupun ingin menyelami dunia musik secara profesional.

Sekolah musik klasik merupakan lembaga yang memberikan pendidikan musik, khususnya musik klasik. Meskipun banyak aliran musik yang bermunculan di zaman modern ini, musik klasik tetap dikenal hingga sekarang karena sifatnya yang timeless (kekal). Hingga saat ini, pendidikan musik klasik tetap diajarkan pada beberapa sekolah musik, seperti Gloriamus dan Sekolah Musik YPM (Yayasan Pendidikan Musik). Beberapa sekolah musik lainnya menggabungkan pembelajaran musik klasik dan musik populer.
2.1.6 Klasifikasi Aktivitas Sekolah Musik Klasik

Aktivitas di dalam sekolah musik dilaksanakan oleh pengguna sekolah musik yang dapat dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu pelajar, pengajar, pengelola, dan pengunjung.

Pelajar dan pengajar adalah pihak yang terlibat langsung dengan kegiatan pembelajaran. Pelajar atau murid merupakan pihak yang menerima didikan, sedangkan pengajar atau guru adalah pihak memberikan didikan. Menurut Time-Saver Standards for Building Types (Chiara, 2001:415), aktivitas atau kegiatan pembelajaran di dalam sebuah sekolah musik dibagi menjadi 4 kategori : vokal/choral, instrumen, kelas (teori), dan pertunjukan.


  • Kelas Vokal/Choral

Kelas vokal adalah kegiatan pembelajaran untuk melatih vokal atau suara manusia sebagai instrumen musik. Kelas choral adalah kelas vokal yang diikuti oleh sekelompok pelajar yang disebut choir atau paduan suara.

  • Kelas Instrumen

Kelas instrumen adalah kegiatan pembelajaran untuk melatih kemahiran menggunakan instrumen atau alat musik. Instrumen musik klasik yang diajarkan di dalam sekolah musik dapat dijabarkan ke dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Instrumen Musik Klasik

NO

KATEGORI

INSTRUMEN

1

Strings

(Alat musik senar)





Violin, Viola, Cello, Double-Bass

2

Woodwind

(Alat musik tiup kayu)









Piccolo, Flute, Clarinet, Oboe, Basson, Contrabassoon

3

Brass

(Alat musik tiup logam)





Trombone, Trumpet, French Horn, Tuba

4

Percussion

(Alat musik perkusi)













Timpani, Drum Set (Bass, Snare, Cymbal),

Mallet Instruments (Xylophone, Marimba, Glockenspiel, Vibraphone), Triangle, Chimes, Maracas, Claves, Tambourine, Tubular Bells

5

Alat musik lainnya



Piano, Harp

Kelas instrumen dapat dilakukan secara individu, dikategorikan ke dalam instrumen musik tertentu, ataupun dilakukan dengan kelompok. Kelas instrumen yang dilakukan bersama dari setiap kategori instrumen disebut juga sebagai kelas orkestra atau ensembel.



  • Kelas Teori

Kelas teori adalah kegiatan pembelajaran diluar kegiatan kelas praktis. Para pelajar diajarkan berbagai pelajaran mulai dari sejarah, konsep, hingga pengetahuan teoritis musik lainnya.

  • Pertunjukan

Sebuah sekolah musik biasanya tidak hanya memberikan kegiatan pembelajaran musik saja, namun juga turut mengadakan berbagai pertunjukan musik sebagai salah satu bentuk penilaian, pencapaian, maupun apresiasi. Berdasarkan jumlah personel yang terlibat dan instrumen musik yang digunakan, sebuah pertunjukan musik klasik dapat dibagi menjadi:

  • Recital, yaitu pertunjukan musik yang hanya memfokuskan 1 pemain musik maupun penyanyi (dapat diiringi dengan 1 pemain piano).




Gambar 2.7 Piano Recital

Sumber : themaneater.com


  • Chamber Orchestra, yaitu pertunjukan musik instrumental dengan jumlah personel yang kecil, sekitar dibawah 50 orang. Istilah grup musik seperti duet, trio, quartet, termasuk di dalam Chamber Orchestra.




Gambar 2.8 Chamber Orchestra

Sumber : umbriajournal.com


  • Orchestra, yaitu pertunjukan musik instrumental dengan jumlah personel yang besar. Orkestra dengan jumlah personel penuh (sekitar 100 orang) disebut juga dengan Symphony Orchestra atau Philharmonic Orchestra.




Gambar 2.9 Symphony Orchestra

Sumber : www.miami.edu


  • Choir, yaitu pertunjukan musik vokal. Pertunjukan choir/paduan suara dapat diiringi dengan musik maupun tanpa musik (a capella).




Gambar 2.10 Choir

Sumber : summitchoralsociety.org


  • Choral Symphony, yaitu pertunjukan musik gabungan antara paduan suara dan orkestra.




Gambar 2.11 Choral Symphony

Sumber : conspirare.org


  • Opera, yaitu pertunjukan gabungan antara penyanyi opera dan orkestra musik. Opera memiliki sifat dramatis atau teatrikal.




Gambar 2.12 Opera

Sumber : www.theguardian.com
Di dalam sebuah pertunjukan musik sendiri, terdapat pembagian posisi duduk spesifik bagi pemusik yang diilustrasikan sebagai berikut:


Gambar 2.13 Seating Plan Sebuah Orkestra

Sumber : www.english-online.at
Jika kegiatan kelas hanya melibatkan pelajar dan pengajar, kegiatan pertunjukan melibatkan pelajar, pengajar, sekaligus pengunjung. Pengunjung dalam konteks ini merupakan pihak luar yang datang ke sekolah musik namun tidak mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Pihak terakhir yang terlibat di dalam sekolah musik yaitu pihak pengelola, yang merupakan sekelompok orang yang mengelola atau mengurus sekolah, dan bertanggungjawab atas kegiatan yang berlangsung di dalam sekolah musik.

Diluar kegiatan belajar-mengajar dan pertunjukan yang disebutkan diatas, aktivitas lain yang berlangsung di dalam sekolah musik yaitu aktivitas sosial (berkumpul, bersosialisasi), aktivitas yang berhubungan dengan administrasi (absensi, melakukan transaksi biaya, konsultasi), serta aktivitas penunjang atau pendukung kegiatan belajar (membaca, mendengarkan musik).

  1   2   3   4


Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©atelim.com 2016
rəhbərliyinə müraciət